Pengunjung

Selasa, 20 Oktober 2020

ADAM

PART 3


Lila menatap pintu kamar yang tertutup itu dengan pandangan tak terbaca. Semuanya berubah begitu cepat membuatnya terkadang tidak bisa menerima kenyataan dengan mudah. Mengetuk pintu kamar pelan namun tidak membuahkan sebuah jawaban.

" Adam.." panggil Lila.

Tak lama pintu terbuka. Adam menatap Lila dengan raut datar yang Nampak menyebalkan dimata Lila.

" Ayo makan malam. Bunda udah masakin special buat kamu.."

" Bunda atau Mbak Sri?" cibirnya. Lila tertawa pelan kemudian tangannya terangkat begitu saja mengelus surai Adam.

" Iya deh.. Adam bener.. yang masak mbak Sri.." balas Lila

" Hayuk.." ajak Lila. Adam mengangguk, melangkah menjauhi kamarnya bersama Lila menuju meja makan dimana Neneknya sudah duduk menunggu mereka. Adam mendengus malas membuat Lila mencubit lengannya pelan.

" Ndak sopan, sayang!" tegur Lila. Adam mengangguk mengiyakan saja daripda dia kena cubit lagi. Cubitan Bundanya itu nggak main main.

" Adam, Lila.. Ayo duduk.." ajak sang Nenek.

Adam hanya diam namun duduk di sebelah Lila. Lila sendiri mengangguk.

" Nenek mau sama apa? Biar Lila ambilin?" tawar Lila.

" Em.. Nenek mau komplit.." balas sang Nenek hangat. Lila mengangguk dan dengan cekatan mengambilkan apa yang mau dimakan sang Nenek. Kemudian meletakkannya didepannya.

" kamu mau sama apa sayang?" tanya Lila pada Adam.

" Mau seperti biasa aja Bunda." Balasnya. Lila mengernyit, biasa? Diakan lupa lupa ingat. Namun dengan yakin Lila mengambil semur kentang dan ayam goreng kepiring Adam. Adam tersenyum lebar menatap Lila membuat Lila spontan membalas senyumnya. Sejenak lupa kalau ada sosok lain diujung meja sana. Menatap keduanya sendu namun seulas senyum penuh kelegaan tersungging di bibir tuanya.

" Nenek mau nambah?" tawar Lila.

" ini aja belum habis lho,La!" gurau sang Nenek dan Lila balas tertawa. Sedangkan Adam mengacuhkannya dan memilih memakan makan malamnya.

***

Selepas makan malam, Adam kembali naik ke kamarnya. Lila sudah menawarinya untuk menonton TV bersama namun saat tau ada neneknya di sana, dia memilih untuk ke kamar tanpa berkata apapun. Lila tak mampu berkata-kata melihat pemandnagan tersebut.

" Nek, Lila minta maaf kalau selama liburan Adam sama Lila.." ucap Lila tak enak.

" Ndak papa.. sudah saatnya anak itu bahagia. Nenek udah jahat ngrebut kebahagiaan dia yang tak seberapa itu." Lirihnya sendu. Lila mengenggam tangan penuh keriput itu lembut.

" Nenek, Adam hanya tidak tau apa yang sebenarnya terjadi. Makanya Adam hanya bisa marah. Coba nenek bilang kalau sebenarnya ada hal yang jauh lebih rumit daripada perpisahan itu,nek. Nenek jangan nyalahin diri nenek sendiri. Lila yang harusnya minta maaf, andai saja Lila dateng lebih cepat. Mungkin keadaannya nggak akan begini. Seandainya Lila bisa bantu jelaskan." Lirihnya.

" Ndak perlu Nak Lila.. Nenek udah seneng Adam tinggal di sini, meski marah sama Nenek. Kamu jangan ceritakan apapun ya. Biar itu tetap jadi rahasia. Dan Nenek mohon, jaga dan sayangi Adam ya nak."

" Lila janji akan selalu ada di samping Adam, apapun yang terjadi. Nenek jangan khawatir, jangan pikirin soal ini. Nenek hanya perlu jaga kesehatan nenek. Dan serahkan Adam ke Lila." Tegas Lila. Sang nenek menatap Lila penuh haru. Sedangkan Lila memeluknya erat.

Tak terasa obrolan yang makin tak jelas itu harus berakhir kala jarum jam emnunjuk angka 11.00 malam. Lila menguap setelah memastikan nenek kembali kekamarnya. Kemudian dia menaiki tangga menuju lantai dua, menuju sebuah pintu yang dihafalnya dalam sekejab. Tanpa mengetuknya, dia membuka pintu. Suasana sudah remang-remang, dan sepettinya si pemilik kamar sudah tertidur. Mendekat ke tempat tidur, duduk di tepi kasur. Menatap sosok yang nampak garang kala terjaga namun begitu polos kala tidur dengan lembut. Membenarkan selimutnya dan mengecup keningnya.

" Selamat malam sayang.." bisik Lila lembut. Tersenyum, membenarkan selimutnya kemudian beranjak sebelum sebuah tarikan membuatnya oleng dan terjatuh di atas kasur.

" eng—bunda tidur sini.." gumamnya dengan mata berkedip kedip mencoba menyesuaikan dengan cahaya. Lila tertawa kecil.

" Iya.. sebentar.. Bunda cuci muka, kaki dan tangan dulu." Bangun dari acara terjatuhnya.

" Emm.." ucapnya. Adam beranjak dari tidurnya kemudian duduk sembari mengucek matanya. Lila mengacak surai Adam gemas. Kemudian menuju kamar mandi untuk melakukan apa yang di bilang tadi. Tak butuh lama untuk kembali ketempat tidur, dimana Adam menunggunya sembari terkantuk-kantuk membuahkan kekehan.

" Capek hmm?" tanya Lila. Menaiki kasur dan tidur disisi yang kosong. Adam mendekat kearah Lila dan melingkarkan tangannya pada perut Lila. Lila membalas memeluknya sembari mengusap surainya.

" Hmm.. Adam tadi main futsal sma temen-temen.." lirihnya.

" Menang?"

" M-hmmhmhm.." lila menunduk dan tertawa pelan. Sudah tidur eoh.

***

Lila mengguncang tubuh Adam dengan ekspresi kesal yang tidak dapat dia tutupi. Sudah sejak 10 menit yang lalu dia membangunkannya namun Adam malah makin bergelung dengan nyaman.

" Kalau Adam nggak bangun juga, Bunda nggak akan ajak Adam jemput Ayah pagi ini." Ancam Lila. Adam mengerang kesal, membuka matanya dan mencebik menatap Lila.

" Buruan bangun! Kita solat subuh.. masih muslimkan?" sindir Lila. Adam mendelik.

" Masihlah bun.." jawabnya sebal. Mengulet sebentar kemudian turun dari kasur menuju kamar mandi mengabaikan Lila yang berdecak.

" Bunda mau kemana?" tanya Adam setelah mereka selesai sholat dan Lila nampak siap dengan pakaian seperti hendak berolahraga.

" Mau jalan-jalan pagi.. sekalian nyari yang enak dipandang.." jawab Lila. Adam sontak terbangun dari acara tidurannya.

" Ikut." Ucapnya.

" Bunda tunggu di bawah.." ucap Lila. Adam mengangguk, membuka lemari baju dan segera berganti.

***

Lila menuruni tangga bersama Adam yang membawa kopernya. Sang Nenek menatap mereka dengan senyuman.

" Nek, Lila culik Adam dulu ya.." gurau Lila.

" Jangan lupa dikasih makan ya.." balas sang Nenek. Keduanya lalu tertawa mengabaikan Adam yang mencibir.

" Adam, pamit sama Nenek gih." Suruh Lila.

Adam mendelik tak setuju. Namun tatapan Lila tidak bisa dibantahnya. Dengan setengah terpaksa Adam maju mendekati neneknya.

" Nek, Adam nginep di rumah Bunda ya.. nenek jaga kesehatan dan baik-baik di rumah.." ucapnya. Seburuk apapun neneknya, beliaulah yang merawat Adam selama ini. Meski ada sedikit rasa kesal, namun Adam tetaplah menyayangi neneknya tersebut.

" jangan ngrepotin Bunda ya.. jaga diri kamu.." pesan Nenek. Adam tersenyum tipis, memeluk sang Nenek sekilas kemudian membalikkan badan, mengambil kopernya dan berlalu dari sana. Lila terkekeh pelan.

" dasar tsundere." Kekeh Lila. Lila menatap sang Nenek yang tengah menatap pintu dimana Adam keluar. Dia tersenyum lembut dan mendekati sang Nenek.

" Lila akan jaga Adam. Nenek ngga usah khawatir." Ucap Lila. Sang Nenek mengalihkan atensinya pada Lila.

" terimakasih sayang.. kalau ngga ada kamu, nenek nggak tau harus menyerahkan Adam sama siapa." Sendunya. Lila mengenggam tangan sang Nenek.

" nenek jangan bicara begitu, Adam pasti juga nggak suka mendengarnya. Lila kembali bukan mau rebut Adam dari Nenek."

" sayang, kamu tahu dengan pasti kalau nenek sudah tua. Kamu tahu itu. Di keluarga ini, anak anak nenek bahkan nggak ada yang peduli sama Nenek ataupun saudaranya. Bahkan Pakdhenya sendiripun ndak peduli soal Adam bagaimana. Malahan kamu yang nggak ada ikatan darah sama kami, begitu pedul dan sayang pada Adam dan Nenek. Nenek lega, kamu kembali ke sisinya Adam. Jadi, kelak kalau Nenek udah nggak bisa menemani Adam lagi. Masih ada kamu yang menemani Adam disisinya." Jelas sang Nenek panjang lebar membuahkan kerutan tak suka dari Lila.

" Nenek akan hidup dan mendampingi Adam sampai Adam punya anak. Lila nggak suka dengar Nenek bicara begitu." Desah Lila tajam.

" Sayang~~.. nenek mohon.. kita tidka pernah tahu umur manusia. Dan kelak jika masa itu tiba, nenek mohon. Jaga Adam, sayangi dia seperti kamu menyayangi anak kamu sendiri. Pastikan dia tidak jatuh dalam kubangan kegelapan yang menyesatkan.."

" Tap.."

" hanya kamu satu-satunya harapan Nenek," potong sang Nenek. Lila mendesah pelan.

" Lila janji Nek.. nenek ndak perlu khawatir. Lila jamin, Adam akan mendapatkan yang terbaik." Balasnya yakin. Sang Nenek tersenyum lega.

" BUNDAAAA!! LAMAA!" teriak Adam dari luar. Lila mendesah pelan, sedangkan sang NEnek tertawa pelan.

" sudah gih berangkat."

" iya nek.. lila berangkat.. nenek jaga diri baik-baik ya.. kalau ada apa-apa kabari Lila."

" Iya,,"

" Mbak Sri, kalau ada apa-apa jangan ragu buat telfon Lila ya." Pesan Lila.

" Iya non.." balasnya. Lila memeluk sang Nenek sekali lagi sebelum berlalu. Adam nampak bersidekap di mobil dengan wajah cemberut. Lila tertawa pelan. Mengelus surai Adam lembut kemudian melajukan mobilnya menuju bandara.

1 jam kemudian..

Adam dan Lila menunggu di pintu penerbangan luar negeri. Lila melirik Adam yang cemberut dengan gelisah.

" kenapa sih?" tanya Lila heran.

" Lama banget Ayah,." Gerutunya.

" kan udah take off.. sebentar lagi keluar.." balas Lila. Menatap ke pintu keluar. Senyumnya tersungging begitu melihat sosok yang amat dikenalnya. Sedangkan Adam sudah berlari terlebih dahulu.

" AYAHHH!" teriaknya semangat. Lila menutup mukanya malu mendengar teriakan Adam. Sedangkan sosok yang dipanggil Ayah tersebut menoleh kesumber suara dan tersenyum. Adam langsung menyongsongnya dengan pelukan.

" Adam kangennn!" rengeknya. Sosok tersebut tertawa.

" Adam udah gedhe ya.. terakhir ketemu berapa tahun sih? 6 atau 7 tahun?" tanya sosok tersebut. Adam mencebik.

" 7 tahun.. kalian jahat!" rengeknya.

" maaf son!" balas sang Ayah.

" Malu Adam.." tegur Lila yang barusaja datang.

" okaeri Robbi.."

" Tadaima Sayang!" balas sosok tersebut. Menyambut Lila dalam pelukannya.

" Ayo pulang!" ajak Lila. Adam dan Robbi mengangguk setuju.


tbc,.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar