Part 1
Gadis
ini menatap sekelilingnya dengan santai dan tenang, ini hari ketiga sekolah
masuk setelah libur 3 minggu yah lebih 3 hari untuk gadis ini karena masih
malas untuk sekedar bersekolah. Gadis ini tersenyum tipis melihat wajah asing
asing adek kelasnya yang kini sudah selesai mengikuti MOS.
“
WOO!! Lilaa!!” sapaan itu membuat gadis berkerudung itu menoleh dan tersenyum
tipis pada 2 orang teman yang cukup dekat dengannya. Lila gadis bengal
berkerudung itu nyengir saat mereka sudah dekat dan bertos ria.
“
yang liburan plus plus mah enakk..” cibir mereka. Lila tertawa geli mendengar
gerutuan teman temannya itu.
“
gimana anak barunya? Banyak cogan baru nggak?” tanya Lila nyengir lebar.
“
EKHEM..” dehem seseorang lalu..
“
ehh..” Lila kaget saat sebuah tangan melingkar manis di pinggangnya dan
memeluknya posesif. Lila mendongak dan menemukan seorang cowok tampan untuk
ukuran anak SMA atau lebih disana tengah menatapnya dingin dan datar. Lila
melengos malas dan melepaskan pelukan orang itu.
“
yah, yang pagi pagi udah diapelin juga ada!” sindir Vidya pada Lila. Lila
terkekeh pelan kemudian merangkul Vidya dan Putri.
“
mending nyari cogan aja.. anggep aja barusan gue khilaf. Yuk!” ajak Lila tanpa
dosa, tanpa peduli pada cowok yang tengah mendesis jengkel karena di abaikan.
“
nggak lucu tau yang!” desis cowok itu sambil menarik lengan Lila agar
menghadapnya. Lila bersidekap dan menaikkan sebelah alisnya malas. Lila
menyeringai kemudian mengecup pipi cowok itu.
“
sory.. becanda doang elahh..” gurau Lila. Dia mengamit lengan cowok tampan yang
menyandang status sebagai Ketua osis Nusantara International High School.
“
nggak lucu beneran!!” ucapnya dingin. Lila mendnegus malas, kemudian
mengedarkan pandangan kesekitarnya.
“
3 hari bolos ngapain?” tanya cowok itu setengah menyindir, padahal dia tau apa
yang di lakukan oleh gadisnya ini.
“
robbii.. sejak kapan lo kepo gini sih?” gerutu gadis ini malas. Dia bersidekap
dan menatap jengah Robbi. Hanya gadis ini yang tak takut dengan ketua osis
sekaligus pentolan SMA itu. Iyalah, orang mereka pacaran dan mereka menghargai
satu sama lain.
“
kita kelas mana guys?” tanya Lila.
“
IPS 1..” jawab Vidya kalem sambil cengengsan. Lila nyengir dan bertos Ria pada
mereka.
“
gue kekelas ya.. bye hunn..” pamit Lila dan berlalu dari hadapan Robbi yang
mendesis jengkel melihat gadisnya yang teramat sangat cuek itu. Coba kalau
nggak sayang, udah dari kapan tau dia tendang tuh bocah.
The
best couple SMA itu selalu membuat iri siapapun. Paras yang cantik dan tampan
saling melengkapi meskipun yang satu dingin, datar dan pendiam. Yang cewek
bawel, acuh dan blak blakkan.. tapi jangan salah, mereka hobi tawuran dan
berantem. Itu sebabnya mereka sering di sebut pasangan pentolan Sekolah. WOW
kan?. Yah begitulah.
***
Lila
dkk berjalan santai menuju kantin menjelang istirahat ini, namun langkah mereka
terhenti saat Putri mendadak minta ke kamar mandi akrena kebelet pipis. Mereka
berdecak dan mengantar kedepan Kamar mandi.
“
wahh..” Putri takjub saat membuka pintu kamar mandi Putri. Lila mengernyit ikut
melongok masuk kedalam dan berdecak sambil bersidekap.
“
masih jaman Bullying eh?” tanya Lila datar. seorang anak baru sepertinya tengah
di bully dengan teman sesamanya. Benar benar.
“
udah SMA masih aja di bawa kebiasaan SMP.. ckck!” ucap Lila malas.
“
LO SIAPA?” teriak seorang gadis yang berpakaian agak mini dan ketat yang
sepertinya ketua dari geng Bullying itu. Lila menaikkan sebelah alisnya dan
mengangkat dagunya acuh.
“
Jangan ikut campur!” ucap gadis itu. Lila menggeleng pelan dan terkekeh pelan.
“
gue Lila.. salam kenal.” Ucap Lila. Dia mendekat dengan tatapan dingin yang
siap memangsa siapa saja. Dia berjongkok pada gadis yang nampak ketakutan itu.
Lila mengangkat dagunya, pipinya merah dan matanya basah oleh air mata.
Seseorang mencengkeram bahunya membuat Lila mendesis jengkel dan menoleh tajam.
“
jangan sentuh gue.. adek kelas kan? Lepas atau elo menyesal!” ucap Lila tegas.
Matanya mengintimidasi siapapun yang menatapnya.
“
Ada apa nih?” pertanyaan bernada dingin didepan pintu membuat Lila serta 3
gadis pembully menoleh. Robbi bersama 2 orang temannya muncul di ambang pintu.
“
Kak, kakak.. mereka ngebully temen aku..” ucap gadis tadi sok manis. Lila
hampir muntah bersama teman temannya mendengar nada gadis itu.
“
kenapa?” tanya Robbi pada Lila. Lila berdecak dan menggeser tubuhnya agar Robbi
dkk bisa melihat gadis yang meringkuk ketakutan di belakang Lila.
“
mulut lo perlu di cuci emang!” desis Lila malas pada gadis itu. Dia mendekati
Gadis itu dan membantunya bangun. Vidya sigap membantu dan Putri malah masuk ke
bilik kamar mandi.
Mereka
sampai di UKS bersepuluh, Lila menyuruh gadis itu duduk dan Lila segera
mengambil obat obatan serta air bersih.
“
tahan ya..” ucap Lila. Dia mengusap dan membersihkan wajah gadis itu.
Memberinya salep agar segera sembuh. Lila mengusap pipi gadis itu pelan membuat
si empunya meringis.
“
finish..” ucap Lila kalem. Dia menoleh pada teman temannya dan juga ketiga
gadis yang menunduk itu.
“
yang, beliin makan kek.. tega bener!” ucap Lila membuka suara. Robbi mendengus
pelan, cuman Lila nih yang suka merintah kurangajar sama Robbi.
“ mau apa?” tanyanya. Lila nyengir lebar dan
melompat ke pelukan Robbi.
“
yang, lo tu pake kerudung loh.. ya Allah..” gemas Robbi lirih. Lila terkekeh
pelan diikuti teman temannya. Kelakuan mereka emang absurd banget.
“
biar gue aja sini yang beli.. lo urus nih tiga cewek ini..” ucap Alex. Dia
menarik tangan Putri keluar membuat lila berdecak.
“
modus banget!” gerutu Lila. dia turun dan bersidekap menatap tiga gadis itu.
“
gue nggak ngerti masalah kalian apa sama gadis itu, so tell me!” ucap Lila
tegas. Tiga gadis itu hendak membantah namun bungkam saat Lila menatapnya
tajam. Robbi, Vidya, dan Marco hanya diam menggeleng menatap Lila yang kalem
tapi siap nerkam.
“
mb-mbak.. yang salah aku..” ucap seseorang. Vidya dan Lila sontak menatap gadis
yang di tolong tadi. Dia menunduk takut takut dan meremas 10 jarinya gugup.
Lila menaikkan sebelah alisnya menunggu.
“
ta-tadi aku yang nggak ati ati sampai numpahin jus ke bajunya Rena..” ucap
gadis itu. Lila berdecak pelan dan menatap tajam gadis yang menunduk itu.
“
sesepele itu? Astagaa.. ini udah SMA..” ucap Lila malas.
“
lo bertiga boleh balik kekelas, sekali lagi gue denger atau liat kalian bikin
ulah.. lo berurusan langsung sama gue..” ucapnya tegas. Tiga gadis ini
mendongak menantang.
“
lo siapa sih? Berani banget!” ucap Rena angkuh dan takut. Lila terkekeh dan
berbalik, dia duduk di pangkuan Robbi membuat Robbi menyandarkan kepalanya di
bahu Lila dan merengkuh pinggang Lila.
“
gue Lila.. lo bisa cari tau siapa gue dari kakak kelas lo kalau mau tau.. balik
sono ah!!” usir Lila tajam. Mereka hendak protes namun Robbi lebih dulu menatap
mereka tajam. Mereka keluar dengan misuh misuh dan membanting pintu UKS membuat
gadis tadi terlonjak kaget sedangkan 4 orang itu hanya berdecak malas. Lila
menoleh pada gadis yang hendak turun dari ranjang UKS.
“
mau kemana?” tanya Vidya mewakili Lila. gadis itu menunduk menatap lantai.
“
ba-balik kekelas mbak.” Ucapnya gugup. Lila berdecak pelan.
“
tiduran dulu aja.. lo masih syock gitu!” suruh Lila tegas. Gadis itu mendongak
namun sesaat menunduk akrena tatapan Lila mengintimidasinya. Gadis itu naik ke
kasur UKS dan berbaring. Lila dan Vidya terkekeh pelan, lila menatap Robbi yang
terpejam di bahunya. Tangannya terulur mengusap rambut Robbi sayang.
Tak
lama Putri dan Alex muncul membawa nampan dan kresek yang mungkin isinya Roti.
“
eh lo.. minum tehnya dulu.. sama makan!” suruh Putri sambil mendekat. Gadis
tadi mengangguk patuh takut takut. Lila tersenyum dan menyandarkan pipinya di
kepala Robbi.
“
yang, capek ya?” tanya Lila berbisik. Robbi berdehem dan mengeratkan pelukannya
pada Lila.
“
balik enak nih yang..” balas Robbi parau. Lila mencibir. Apa apaan nih ketua
osis satu ini.
“
nama lo siapa?” tanya Alex. Gadis tadi tersedak pelan di tanya begitu.
“
pelan pelan aja.. nggak ada yang minta!” ucap Vidya geli. wajah gadis itu
memerah. Mereka terkekeh pelan.
“
Le-Lena mbak..” ucapnya lirih. Lila kembali fokus pada Robbi. Mengusap
rambutnya sayang.
“
nanti malem, temenin tidur!” ucap Robbi pelan. Lila mengangguk kalem. Robbi
mendongak dan mengecup pipi Lila. robbi tersenyum lembut yang di balas senyum
lembut dari Lila. mereka saling menempelkan dahinya sampai Lila di tarik
mundur.
“
udahan.. gue envy!” gerutu Marco bete. Lila mendengus bersama Robbi.
“
lo ganggu!!” desis Robbi jengkel. Dia menarik lagi tubuh Lila mendekat.
“
ngajarin adek kelas jelek woyy!” gerutu Putri. Lila dan Robbi terkekeh pelan.
Lila duduk disebelah Robbi namun pinggangnya masih di rengkuh Robbi mesra.
BRAK
“
Bunda gueee!!” ucap seseorang di ambang pintu UKS. Semua serentak menoleh kaget
bahkan Lena tersedak pelan. Robbi mendengus pelan melihat siapa yang ada di
depan UKS dan sekararang duduk di antara dia dan Lila. memeluk lila erat
membuat Lila mendengus pelan.
“
Dev, jarak lo sama Lila cuman setahun!” ucap Putri malas. devan, cowok itu
mendengus acuh dan tetap memeluk Lila yang akhirnya membalas pelukannya. Robbi
mendesis gemas dengan tingkah bocah 1 ini, dia mengacak rambut Devan gemas.
“ Devan, kangen!!” rajuknya. Lila memutar kedua
bola matanya jengah. Mengecup kening Devan yang tengah merajuk itu.
“
baru 2 hari nggak ketemu Dev.. ya Allah... alay!” gerutu Robbi gemas. Iya 2
hari lalu saat Robbi kerumah Lila, anak ini merengek ikut. Gangguin banget
emang. Apalagi kalau ada Devan, nggak jadi pacaran akhirnya malah yang ada dua
orang ini nuruti mau Devan.
“
kangen yahh.. kangen!!” gerutu Devan balik. Robbi dkk mencibir pelan melihat
kelakuan bocah kelas 11 SMA itu. Mau tak mau Robbi mengalah kalau Devan udah
ngerengek gitu. Dia hanya mengusap rambut Devan sayang, iya mau kayak apa Robbi
sayang kok sama Devan.
“
dev, ada cewek.. malu kalii!” ucap Alex mencibir. Devan mendongak dan
mengernyit pada Lena yang menatapnya kikuk. Tatapan Devan datar dan dingin.
“
cih sok cool..” ucap Marco malas. devan melepaskan pelukannya pada Lila dan
menatap acuh. Lila dan Robbi saling pandang kemudian cengengesan.
“
keluar yuk yang..” ajak Robbi menyeringai. Devan hendak protes namun di
telannya bulat bulat, itu membuat senyum tertahan di wajah ke empat teman Robbi
dan Lila.
“
BUNDA KEJAMM!!” teriak Devan akhirnya mengundang tawa dari teman temannya.
Bahkan Lena tersenyum geli melihat kelakuan kakak kelasnya itu. Robbi dan Lila
tertawa pelan saat Devan menubruk Robbi dan menenggelamkan wajahnya di dada
Robbi. Robbi mengusap bahu Devan pelan.
“
ceritanya jaim.. tapi kelepasan nggak bisa pisah sama Bunda Ayahnya!” seringai
Alex geli. Lila dan Robbi tersenyum menunduk pada Devan yang menyembunyikan
wajahnya pada Robbi.
“
masuk kelas gih sayang.. udah masuk..” tegur Lila. Devan mendongak dan hendak
protes namun tatapan Robbi dan Lila tegas tak mengijinkan Devan membolos.
Dengan menggerutu dia melepaskan pelukannya dan mengecup pipi Robbi dan Lila
bergantian kemudian keluar UKS. Lena menganga melihat adegan barusan, bukan
masalah kalau Devan mengecup pipi Lila, tapi ini Robbi juga dan semuanya tampak
biasa saja. Tak sadar lila sudah ada didepan Lena, Lena hampir terlonjak karena
barusan melamun. Lila menggeleng pelan melihatnya. Mengusap rambut Lena pelan.
Lena terdiam, entah kenapa sejak tadi dia merasakan sentuhan Lila seperti
sentuhan Mama yang tak pernah dia miliki. Hatinya menghangat, dia mengigit
bibirnya menahan perasaannya.
“
lo mau disini atau balik kekelas?” tanya Lila. Lena menunduk, kalau dia
kekelas, yang ada malah ngelamun nantinya.
“
disini mbak..” jawabnya lirih. Lila tersenyum tipis dan mengangguk.
“
kalau gitu kita mau balik kekelas.. nggak papakan kalau di tinggal?” tanya
Lila. Lena mendongak menatap mereka semua yang sudah berdiri di ambang pintu
UKS kecuali Robbi yang berdiri di belakang Lila. Lena menatap Lila, dia ingin
di temani tapi kan dia nggak kenal baik sama Lila. Lena mengangguk pelan. Lila
tersenyum kemudian mengusap pipi Lena.
“
yaudah.. cepet sembuh ya.. bye Lena..” pamit lila. Dia dan Robbi berbalik namun
baru beberapa langkah, entah kenapa tangan Lena bergerak menahan tangan Lila.
Lila mengernyit dan menoleh bersama Robbi.
“
kenapa Len?” tanya lila heran. Lena tergagap dan melepaskan tangannya pada
Lila. Menggeleng pelan. Lila tersenyum dan melanjutkan langkahnya, bukan dia
nggak peka.. tapi jangan deh.. nanti Devan ngamuk kalau tau Lila berbagi sayang
sama oranglain.
***
Lila
menyandarkan kepalanya di dada bidang Robbi, tangannya memainkan tangan Robbi
dan kepala Robbi menyandar di kepala Lila.
“
yang, udah lama deh nggak begini?” gumam Lila. Robbi mengangguk setuju dan
tersenyum menerawang.
“
gue kangen.. biasanya ada aja yang gangguin..” bisik Robbi. Lila tertawa pelan
dan mengangguk.
BRAK
“
Bunda.. ayahh!!” rengek seseorang. Lila dan Robbi menoleh malas, baru aja di
omongin eh dateng. Devan merangkak naik ke tempat tidur dan Lila memberi ruang
agar Devan bisa di tengah tengah mereka.
“
Devan di anak tirikan! Kejam..” gerutunya. Lila dan Robbi mencubit pipinya
gemas membuat Devan meronta kesakitan.
“
bunda punya anak kayak kamu aja masih mikir mikir dev..” gurau Lila membuat
Devan cemberut mendengar ucapan Lila.
“
tuhkan bunda sama Ayah nggak sayang Dev lagi..” tuduhnya. Lila mengecup pelipisnya
sayang.
“
dasar cengeng..” cibir Robbi. Dia menjadikan lengannya bantalan untuk Devan.
“
ayah tu pengen berduaan sama Bunda malah
di gangguin..” gumam Robbi. Devan merengut merasa di tolak. Dia memainkan
jarinya kalau lagi sedih gitu, tapi cuman didepan Lila dan Robbi aja. Robbi
mendekatkan kepala Dev kedadanya.
“
gitu aja ngambek..” gumam Robbi. Lila mengusap pipi Dev sayang kemudian
mengecup kening Devan.
“
katanya Devan ganggu!” rajuknya sambil duduk. Lila dan Robbi terkekeh pelan
mendengarnya. Robbi menarik Devan agar kembali tiduran.
“
becandaa.. sini bobo..” ucap Robbi sambil mengusap rambut Dev sayang. Lila
mengelus pipi Devan sayang.
“
kamu ke sini semalem ini udah makan?” tanya Lila lembut. Dev mengangguk
kemudian menggeleng membuat Lila mendesis.
“
yang bener sayang..”
“
belum.. tapi tadi sore udah.” Ucapnya. Lalu Dev menoleh pada Lila.
“
tapi Dev laper Bunda..” ucapnya polos membuat lila gemas sekali. Dia mengecup
pipi Dev kemudian duduk, mengucir rambutnya dan turun.
“
yauda Dev mau makan apa?” tawar Lila. Dev berbinar senang.
“
mau nasi goreng bunda..” ucapnya. Lila terkekeh bersama Robbi dan mengangguk.
“
yaudah Bunda buatin..” ucap Lila kemudian dia berdiri dan keluar kamarnya
menyisakan Dev dan Robbi yang tiduran.
“
yah..” panggil Dev. Robbi berdehem menunduk pada Devan.
“
tadi yang di UKS siapa sih?” tanyanya. Robbi mengulum senyum tertahan.
“
namanya Lena.. dia abis di bully tadi..” jawab Robbi.
“
kenapa? Naksir?” tanya Robbi. Devan mencibir kemudian menyembunyikan kepalanya
di dada Robbi. Matanya sayu dan benar saja, saat Lila muncul Dev sudah terlelap
ke alam mimpi.
“
tidur kan?” tanya Lila kalem sambil membawa segelas jus. Robbi mengangguk dan menunduk pada Devan. Lila naik ketempat
tidur, dia tau lila tidak jadi membuat nasi goreng, karena dia tau muka Dev
sudah sayu sejak datang tadi dan benar dia sekarang sudah terlelap dengan
nyamannya di pelukan Robbi.
***
Lila
menghela nafas jengah pada Dev yang memintanya bolos dan disuruh menemaninya di
taman belakang sekolah, Devan sudah terlelap sejak setengah jam lalu di
pangkuannya. Nampaknya Devan kelelahan setelah seminggu full dia latihan Basket
karena sebentar lagi ada turnamen antar sekolah. Robbi yang mantan kapten
basket menggembor adek kelasnya dan Dev dkklah yang akhirnya kena imbasnya. Dev
bahkan sudah merengek meminta di kurangi jadwal latihan mereka namun jawaban
Robbi hanya, Profesional Dev. Gitu doang! Dev juga sempet ngambek sama Robbi
setelah itu, tapi akhirnya nggak jadi karena Robbi ngancem bakal jauhin lila
dari Dev kalau Dev ngambek. Emang dasar ya mereka itu!
Lila
menoleh saat mendengar langkah kaki mendekat, Robbi tersenyum melihat lila dan
menyodorkan sebotol minuman dingin pada Lila yang segera di terimanya dengan
senang hati. Robbi duduk disebelah Lila menatap Dev yang kelelahan.
“
kecapekan ya?” tanya Robbi. Lila mengangguk.
“
iya.. tapi hebat loh dia.. ngeluh Cuma sama kita, kalau sama temennya
profesional..” ucap Lila. Robbi terkekeh pelan, mengusap rambut Dev pelan dan
sayang. Dev menggumam entah apa dalam tidurnya sebelum kembali terlelap dalam
tidurnya.
“
sayang..” gumam Lila sambil menatap Dev yang nampak nyaman di pangkuannya,
begitupula Robbi.
“
lo manggil gue apa Dev nih yang?” tanya Robbi lucu. Lila mendongak dan terkekeh
pelan.
“
elolahh.. gue manggil Dev jarang loh pake sayang.. biasanya kalau nggak nama ya
hunn..” ucap Lila geli. Robbi terkekeh pelan dan mengusap rambut Dev sayang.
“
kenapa yang?” tanyanya sambil memperhatikan Dev yang nyaman begini. Lila
mendongak dan menerawang. Lila menggeleng dan terkekeh pelan. Mengusap pipi
Robbi yang juga sebenarnya sama lelahnya, tapi nggak mungkin dong Robbi ngadu
sama Dev atau anak lain kalau dia juga sama lelahnya.
“
pasti capek banget ya?” ucap Lila geli. Robbi mengangguk dan menyandarkan
kepalanya di bahu Lila. Lila mengusap pelan rambut Robbi memberi sedikit
kenyamanan.
“
pengen cepet cepet lulus deh..” gumam Lila menerawang. Robbi menoleh dan
terenyum pada Lila yang terkekeh pelan.
“
lo ada rencana kuliah dimana?” tanya Lila. Robbi tersenyum dan mengecup pipi
Lila lembut.
“
gue ikut elo.. elo mau dimana? Tapi gue agak ragu kalau gue kuliah, kerjaan
perusahaan numpuk udah melambai minta di selesaiin..” gerutunya. Lila terkekeh
pelan dan mengangguk setuju.
“
elo enak ada Bang Leon.. lha gue.. nikah aja yuk yang habis ini..” ajaknya
cengengesan. Lila tertawa dan mengangguk pelan.
“
boleh.. kapan?” tanya Lila geli. robbi menyeringai dan terkekeh kemudian
mengecup pelipis Lila.
“
bulan depan?” tawarnya. Lila tertawa dan memukul lengan Robbi gemas.
“
terserah elo.. elo yang jadi imam gue kan.. jadi gue kalem.. daripada kelamaan
tunangan malah jadinya Zina ntar kalau seringan tidur bareng..” gurau Lila
menerawang lembut. Robbi terkekeh dan mengangguk setuju.
“
yaudah minggu depan aja deh.. nggak papakan? Udah 17 tahun lebih ini..”
guraunya. Lila tertawa dan mengangguk. Menatap Robbi yang juga menatapnya
lembut. Dia bersyukur mereka tak perlu repot repot dalam emncari kemana hatinya
berlabuh, karena nyatanya sampai sekarang dan berharap untuk selamanya kalau
hati mereka hanya satu dan hanya untuk satu orang yang ada didepan mereka.
“
i love you for now, tomorrow and forever..” bisik keduanya lembut. Senyum
mereka terukir tulus. Tak ada yang lebih indah di bandigkan cinta yang
bertujuan untuk mencari RidhoNya.. semoga memang ini yang terbaik untuk mereka.
Ya Allah, jaga hati kamu
agar tetap begini.. semoga kami selalu bahagia dan bersama.. selamanya.. amin
Do’a
keduanya di amini oleh malaikat serta makhluk disana. Semoga memang begini
jalan yang harus mereka tempuh untuk mencapai ridhoNya.
***
Setelah
membicarakan keinginan keduanya pada dua keluarga besar yang sudah bersahabat
sejak dulu, sepasang manusia ini kini
duduk di taman anggrek Mansion mewah keluarga Nasution. Lila menyandarkan
kepalanya di dada Robbi dan memainkan jemari cowok itu dengan gemas. Tapi emang
mungkin belum waktunya mesra mesraan kali ya, buktinya ada aja penganggunya.
“
Bunda.. ayahh..” suara agak cempreng dengan nada merajuk itu membuat keduanya
memutar kedua bola matanya tanpa menoleh. Tau pasti siapa yang memanggil mereka
begitu, hanya ada satu bocah yang manjanya nggak ketulungan.
Brug
Lila
dan Robbi serempak menoleh dan menggeleng pelan saat melihat Devan tengah
tersungkur dengan tidak manisnya. Keduanya bangkit dan berjongkok didepan Devan
yang meringis kesakitan, sepertinya kena beton di paving taman itu. Lila
menatap Devan yang matanya memerah dan berkaca karena terpantul sinar lampu dan
bulan yang cerah sekali malam ini. Darah mengucur dari lutut Devan, padahal dia
memakai jeans celana panjang dan sialnya sobek. Lila dan Robbi mengernyit, kok
tumben sih bisa parah gini jatuhnya apalagi sampai sobek segala lagi celananya.
Robbi membantu Devan untuk duduk di kursi taman, sedangkan Lila sedang
berbicara pada pegawai yang lewat untuk mengambilkannya kotak p3k dan air
bersih secepatnya. Setelahnya Lila menoleh pada Devan dan Robbi yang tengah
memarahi Devan karena selalu ceroboh.
“
dev kan nggak sengaja yah..” belanya. Robbi mendesis gemas pada bocah 1 itu dan
mengacak rambutnya gemas. Dev cemberut tak terima karena dia dimarahi begitu
saja.
“
yaudah , iya.. lain kali hati hati..” gemas Robbi.
“
lepas jeans kamu..” ucap Robbi tegas. Devan mengangguk namun saat sampai pada
lututnya dia meringis.
“
sakitt..” rajuknya. Lila terkekeh pelan saat Robbi dengan gemas membantu Dev
untuk melepaskan celana panjangnya.
“
manja!” gumam Robbi pelan namun masih didengar oleh Devan. Devan cemberut dan
merengek pada Lila yang terkekeh pelan. Dia menghampiri Devan dan duduk
disebelahnya. Tak lama pegawai datang membawa apa yang disuruh Lila tadi di
susul dengan kemunculan mama Nila dan Mama Gina. Mama Robbi dan Lila yang
nampak panik. Lila dan Robbi kompak memutar kedua bola matanya melihat itu
semua. Devan itu udah punya akses bebas di Mansion keduanya, bahkan orangtua
mereka benar benar meganggap Devan itu cucu mereka. Sompret kan!!
“
duh, cucu oma kenapa?” tanya wanita yang baru berumur 38 tahun itu. Devan
sontak makin merengek.
“
sakit oma.. tapi dev malah dimarahin sama ayah..” rajuknyya. Lila dan Robbi
mendesis sebal kalau kayak gini. Repot kalau punya anak kayak Dev. Ya Allah..
“
dia aja yang ceroboh ma..” balas Robbi mencibir. Lila sudah ada di depan lutut
Dev yang terluka dan bersiap untuk mengobatinya, dev meringis saat air bersih
sert alkohol itu mengenai lututnya.
“
dev nggak bohong.. ini perih Bunda..” ucapnya sambil menahan tangan Lila. Lila
dan Robbi terkekeh pelan mendengarnya.
“
hush, anaknya lagi kesakitan malah orangtuanya seneng..” tegur Mama Nila. Lila
dan Robbi sontak nyengir lebar mendengarnya. Setelah selesai, Lila mengecup
lutut Devan yang sudah di perban kemudian berdiri dan mengecup kening Devan
sayang.
“
manja.. gitu doang nangis..” gurau Lila. Devan cemberut mendengar ucapan lila
kemudian dia menoleh pada Mama Robbi dan lila yang ternyata menahan senyum.
“
oma.. mereka kejam.. kan sakit..” ucapnya mengadu. Mama Nila dan Gina terkekeh
pelan dan mengusap rambut Devan sayang.
“
kalian tuh, nggak boleh sama anak sendiri kayak gitu.. kalau gitu Oma tinggal
ya sayang kedalem..” pamit mereka setelah emnegur Lila dan Robbi. Mengecup
kening Devan sayang dan berlalu dari sana.
“
gue mikir mikir nih yang punya anak kayak Dev gini..” bisik Robbi namun masih dapat
didengar Dev. Dev melotot dan memasang wajah sedihnya.
“
becanda..” ucap Robbi tersenyum lembut. Dia mengacak rambut Devan dan duduk
disebelahnya. Dev tersenyum dan menyandarkan kepalanya di dada Robbi kemudian
mendongak pada Robbi. Robbi tersenyum pada Devan, setidaknya Dev tidak
menunjukkan sikap seperti ini pada orang lain.
"
ayah sama bunda sayang kok sama Dev.. bangett jangan pernah raguin itu.."
ucap Robbi. Dev mengangguk dan memainkan jemari Robbi. Lila mengecup keningnya
lembut. Sesaat pandangan Dev seperti menginginkan sesuatu membuat Keduanya
mengernyit heran.
“
kenapa hmm?” tanya Robbi pada Devan. Devan menatap lila.
“
Dev pengen punya adik..” ucapnya polos membuat Robbi dan Lila terbatuk pelan
mendengarnya. Dev cemberut.
“
kenapa? Ayah sama bundakan bentar lagi nikah..” belanya. Lila dan Robbi
menghela nafas, susah emang ngadepin ABG tapi tingkahnya kayak anak umur 5 tahun.
“
dengerin Dev, bunda sama ayah aja suka repot ngurusin kamu.. apalagi ada
adek..” ucap Lila jujur. Dev merengut dan bibirnya tertekuk kebawah.
“
jadi Dev ngrepotin gitu?” protesnya. Lila dan Robbi sontak menghela nafas pelan
melihat Devan yang sensi banget hari ini.
“
bukan gitu sayangnya bunda yang pinterrr... bunda seneng .. ayah juga.. tapi
bunda sama ayahkan baru kerlas 3.. kan makin repot kalau mikir sekolah, masih
mikir anak, belum juga kamu..” ucap Lila menjelaskan dengan gemas. Devan mangut
mangut.
“
kamu siap berbagi sayang sama orang lain emangnya?” tambahnya. Devan berfikir
dan dengan muka polos dia menggeleng membuat Lila benar benar gemas di buatnya.
Dia mengecup pipi Devan sayang.
“
nah itu..” ucap Robbi sama gemasnya dengan tingkah Devan.
“
mending sekarang kamu syukuri aja yang kamu punya.. besok kalau punya adek..
jarang loh bisa kayak gini.” Ucap Robbi. Dev mengangguk dan memeluk Robbi,
menyembunyikan wajahnya di dada Robbi. Tangan Robbi sebelahnya menahan tubuh
Devan dan sebelahnya mengusap rambut Devan dengan sayang. Lila mengusap bahu
Devan sayang dan tersenyum pada Robbi. Meski mereka menikah muda, bukan berarti
akan langsung punya anak. Hanya saja, mereka nggak mau jadi nambah dosa dan
Zina aja.
***
Lena
menunduk saat mendapat tatapan mengintimidasi dari semua orang yang dia lewati.
Pasti gara gara kejadian di kantin kemarin, saat Devan memilih duduk semeja
dengannya. Sial! Gumamnya. Devan yang baru saja dari lapangan Indoor mengernyit
melihat Lena meremas unjung tali tasnya erat dan berjalan menunduk. Iseng dia
hendak mendekat namun sebuah jeweran membuatnya menoleh dan hendak menyemprot
siapa yang berani mengusiknya bahkan menjewernya. Namun selanjutnya dia hanya
cengengsan saja saat tau siapa yang menjewernya.
“
mau kemana hmm?” tanya Robbi dingin. Devan cemberut dan menunjuk ke arah Lena
yang berada diseberang lapangan. Robbi mengernyit dan menggeleng pelan.
“
ayah nyuruh kamu kemana?” tanya robbi tegas. Devan cemberut dan bersidekap.
“
ambil bola basket di gudang..” jawabnya. Robbi menghela nafas pelan saat
matanya menatap lena yang seperti masuk kandang singa itu.
“
yaudah 10 menit.. tapi jangan lupa ambil bola basketnya..” pesan Robbi. Devan
mendongak dan nyengir kemudian mengangguk dan berlalu dari hadapan Robbi
secepat kilat. Robbi menggeleng pelan melihat tingkah Devan yang tak biasa itu,
namun sesaat senyumnya mengembang begitu saja. Dia kembali masuk ke lapangan
Indoor.
“
lhoh, bolanya mana bii?” tanya Alex. Robbi mengedikkan bahunya acuh.
“
si Dev mau ngapelin Lena dulu..” ucapnya lirih agar tak terdengar oleh yang
lainnya. Aex dan Marco membulat sebelum akhirnya tertawa mendengar ucapan dari
Robbi.
“
gue kira Dev nggak suka sama cewek!” cengir Marco. Robbi memukul lengan Marco
dan mendesis jengkel.
“
sembarangan!” ucap Robbi. Kedua temannya tertawa pelan melihat tingkah senewen
Robbi jika tentang Devan. Mereka sama sama tau, Robbi dan lila benar benar
menyayangi Dev seperti anaknya sendiri. Memanjakan dan membela devan selayaknya
anaknya.
***
Devan
mengikuti langkah Lena pelan dari belakang dan menatap tajam pada siapa saja
yang membuat gadis ini terintimidasi. Lena menengok saat dia merasakan ada yang
aneh, namun belum sempurna dia menengok, tangan Devan sudah melingkar manis di
bahunya.
“
yuk gue anter kekelas..” Lena bungkam karena wajahnya memerah dan jantungnya
berdetak kencang. Dia sampai lupa kalau dia tadi sedang takut dengan tatapan
para siswa disini.
“
lama.. keburu bel!” ucap Devan sambil menarik Lena agar melangkah. Keduanya melangkah
dalam hening. Tak sadar bahwa 3 pasang mata terkekeh geli melihat mereka.
“
anak lo normal la.. suka sama cewek!” ucap Vidya. Lila meliriknya sebal.
“
normal lah.. kurangasem!” gerutu Lila. Dia menatap Devan dan Lena, bibirnya
masih terus menyunggingkan senyum.
***
2
tahun kemudian..
Saat
ini, Lila dan Robbi sudah ada di bangku kuliah semester 3 dan hari ini ada
acara OSPEK di kampusnya. Vidya dan putri juga bersekolah di tempat yang sama,
ah soal Devan? Dia sekolah jauh di luar negri. Meski sempat ngambek habis
habisan dengan lila dan Robbi tapi dia akhirnya mau berangkat dengan beberpaa
iming iming tentunya.
BUG
Lila
dkk saling pandang dan menghela nafas, entah kenapa mereka selalu menemukan
korban bully atau berantem saat ada yang baru. Nggak murid baru, nggak
mahasiswa baru. Lila menghampiri asal suara dan mendesah dramatis dengan apa
yang ada didepan mereka. Benar benar manusia!
“
wahh! Hebat! Jagoan!!” ucap lila. Seorang yang memukul seseorang lagi yang
sepertinya mahasiswa baru menoleh dan menghentikan aksinya.
“
gue bingung, kenapa gue selalu liat korban Bully di tempat baru.. ahh!” ucapnya
malas. Dia mendekat dan melepaskan cengkramannya pada sosok yang pasrah saja di
hajar begitu. Lila mendongak menatap 2 orang cowok yang nampak marah itu.
“
bubar sana!” usir Lila datar. Dia menatap jengah pada dua cowok itu.
“
atau mau urusan sama Rektor?” tawar Lila datar. Mereka mendengus dan berbalik
pergi dari sana. Samar samar terdengar gumaman
"
kenapa mesti ketemu mereka sih!" gerutunya membuat Lila menahan senyum
geli. Setelahnya Lila berbalik menatap cowok yang nafasnya 11 13 itu. Lila
berjongkok didepan cowok itu dan menggeleng pelan.
“
masih brondong banget..” komentarnya. Dia menatap kedua temannya yang menahan
tubuh cowok itu dan sekarang mendelik pada Lila yang cengengesan.
Lila
akhirnya mengobati dan membersihkan luka cowok ituu dengan telaten dan tanpa
banyak bicara. Cowok itu sesekali meringis, setelah bersih lila menatap cowok
itu dan mengernyit. Tak asing sekali wajahnya, jadi Lila mencoba mengingat
siapa cowok ini.
“
ah lo yang suka ikut tawuran itukan?” tanya Lila berfikir. Cowok itu membulat
dan mendengus pelan.
“
pantesan, umur lo baru 16 tahun sih..” gumamnya lagi. Lila membereskan kotak
obatnya dan memasukkannya kedalam tas. Dia menatap kedua temannya.
“
lain kali hati hati sama dua orang tadi.. mereka nggak bisa dianggap remeh..
dan elo jangan nyari masalah.. nggak sembarang orang bisa mereka bebasin gitu
aja..” ucap Lila pelan namun tegas dan penuh peringatan. Kemudian Lila berdiri,
membenarkan seragamnya dan menepuk puncak kepala cowok itu beberapa kali
membuat mata cowok itu membulat dan berlalu dari sana bersama kedua temannya.
Tanpa peduli dampak apa yang baru saja dia timbulkan.
Mama.. batin
cowok itu miris.
***
Lila
dkk termasuk Robbi sedang ngobrol di kantin kampus mereka, bukan mereka tak
sadar kalau ada sepasang mata sedari tadi memperhatikan mereka dengan tatapan
entahlah. Namun dasanya mereka cuek, ya biarlah.
“
jadi seriusan Dev ngambek nggak mau makan?” tanya Alex geli. teringat anak
manja yang kini sudah ada di Aussey untuk kuliahnya. Lila mengangguk pelan dan
terkekeh saat teringat gimana Dev massih sering ngambek dan merengek pulang
saat VC.
“
iya.. manjanya keterlaluan emang..” gumam Lila. Dia menoleh pada Robbi yang
menatap satu arah, lila mengikuti arah pandangan Robbi dan mengernyit mengingat
wajah itu. Dia membulat saat teringat siapa cowok yang tengah bersitatap dengan
Robbi itu. Sudah hampir sebulan kejadian itu.
“
yang..” panggil Lila. Robbi menoleh pada Lila dengan dahi berkerut.
“
lo kenal yang? Daritadi liatin sini terus tuh bocah..” ucapnya. Lila tersenyum
menatap bocah itu.
“
nggak asing deh..” gumam Robbi.
“
iyalah.. dia tuh kalau nggak salah namanya Varo.. anak SMA Putra Bangsa, yang
masih muda banget tapi udah kuliah. Umurnya 16 tahun.. pentolan SMA Putra
Bangsa dulunya..” Lila menerangkan. Robbi mengernyit lalu mengangguk paham.
“
oh dia.. tapi kenapa dia terus ngeliatin sini sih? Gara gara kamu tolongin
waktu itu?” tanya Robbi heran. Lila menggedikkan bahunya acuh dan menatap Bara
yang tak juga mengalihkan pandangannya.
“
gue juga nggak tau.. mungkin kali yang..” jawab Lila acuh. Dia menyandarkan
kepalanya di bahu Robbi.
“
membekas kali la.. lokan waktu itu ngusap kepala dia.. dianya aja kaget banget
waktu itu..” ucap Vidya. Lila mengernyit lalu terkekeh pelan.
“
ceritanya baper gitu?” tanya Lila kalem. Vidya dan Putri mengangguk kalem
sambil cengengsan.
BRAK
“
Mata lo di taruh dimana nyet? Baju gue kotor!” ucap seseorang marah. Lila dkk
langsung menoleh, Varo tengah marah marah dengan seorang cowok yang kini
menunduk takut takut. Tak ada niatan untuk melearai atau apapun, mereka diam
dan menonton, sama seperti para pengunjung kantin yang lain. Tangan Varo mencengkeram
kerah kemeja cowok cupu itu. Lila menghela nafas pelan dan menoleh pada Robbi
yang juga menatapnya.
“
yaudah gih yang.. gue males!” ucap Robbi malas. Lila mencibir kemudian dia
berdiri dan mendekat. Hampir saja satu bogem mentah mendarat manis pada cowok
cupu tadi kalau Lila tidak menahan lengan Varo. Varo menoleh kaget lalu saat
tau siapa yang menahannya dia menatap Lila dengan pandangan yang eng.. terluka
dan rindu? Lila mengerjab sesaat dan dia memang engga salah. Lila melepaskan
tangan tangan yang mencengkeram cowok cupu tadi perlahan dan setelahnya memunggungi
Varo yang masih terpaku. Lila menatap cowok cupu itu dan tersenyum padanya.
“
nggak papakan? Maaf ya..” ucap Lila lembut. Cowok itu masih menunduk dan
menatap lantai dengan kesepuluh jarinya saling meremas satu sama lain. Robbi
muncul dan merangkul Varo yang masih terpaku karena sentuhan Lila tadi. Varo makin
membeku dan menoleh pada Robbi yang nampak datar dan dingin dengan pandangan
lurus pada cowok didepan lila.
“
woles broo..” ucap Robbi pada Varo lirih dan tegas. Varo mengerjab lalu menepis
tangan Robbi, dia kemudian berbalik dan melangkah menjauh dari kantin kampus. Lila
menoleh dan menghela nafas.
"
VAROO!!" panggil Lila namun Varo berlalu begitu saja dari sana.
“
mirip Dev..” ucap Robbi dan lila menggumam bersamaan. Keduanya membulat lalu
tersenyum kecil, ternyata mereka punya pikiran yang sama. Lila berbalik namun
sesaat dia mengernyit dan memandang tajam penghuni kantin yang penasaran.
“
udah kali liatinnya.. makan maka aja!” ucap Lila malas. Mereka langsung kembali
makan dan menunduk. Lila mendengus jengah, dia meraih tangan cowok cupu
didepannya dan mengajaknya duduk ke tempat mereka.
“
lo nggak papakan?” tanya Lila. Cowok itu mengangguk pelan dan masih meremas
kesepuluh jarinya.
"
t-tadi.. aku yang salah mbak!" lirihnya gugup. Lila mengangguk.
"
gue tau!" jawab lila santai. Cowok itu mendongak kaget. Namun Lila tak
peduli.
“
mbak..” panggil Lila pada pelayan kantin.
“
tolong buatin yang dia pesen tadi terus bawa kesini.. saya yang bayar sama
kerugian kantin tadi..” ucap lila. Mbak mbak penjual itu mengangguk dan
tersenyum pada Lila. Kemudian berlalu dari sana, Lila terkekeh pelan bersama
kawan kawannya saat melihat wajah pucat cowok itu. Lila meraih tangan itu
membuat cowok itu mendongak menatap Lila.
“
lhah nangis..” ucap Alex geli. lila meliriknya tajam membuat Alex cengengesan
dan meng Vkan tangannya. Lila mengusap pipi cowok itu lembut dan mengecup
keningnya membuat wajah itu menjadi merah merona. Mereka kembali terkekeh saat
melihat perubahan itu.
“
jadi, nama lo siapa?” tanya Lila. Cowok itu kembali menunduk mengigit bibirnya.
“
Ba-Bara mbak..” lirihnya. Lila mengangguk paham.
“
siapa?” tanya Vidya. Lila memutar kedua bola matanya malas.
“
Bara..” jawab lila malas. Obrolan terhenti karena mbak mbak penjual kantin
datang membawakan pesanan Lila tadi. Lila
menyodorkan pada Bara dan tersenyum.
“
di makan bar.. jangan sungkan dan jangan nolak..” ucap Lila. Dia tersenyum
tipis saat tangan Bara meraih sendok.
“
apa perlu gue suapin?” tanyanya sambil menyeringai. Bara menggeleng cepat
membuat kekehan geli dari teman teman lila.
***
Lila
menepuk bahu sesorang yang kini duduk menatang kosong pada halaman belakang
kampus mereka. Sosok itu menoleh dan mendengus begitu tau kalau ternyata
Lilalah yang ada di belakangnya. Lila duduk di sebelah Varo dan ikut menatap
lurus kedepan.
“
tempat ini keren banget kan?” tanya lila. Varo tetap diam saja dan menatap
lurus kedepan.
"
di sini juga pertama kali kita ketemu dan gue masih belum ngerti kenapa elo
engga ngelawan mereka waktu itu? Padahal.." lila melirik Varo yang tak
tertarik.
"
kalau elo mau.. elo bisa mengalahkan mereka!" tambahnya. Lila menghela
nafas pelan karena Varo masih bungkam, sampai sosok lain duduk disebelah lila
dan memeluk pinggang Lila. Lila menoleh dan tersenyum pada sosok itu.
“
kalau mau pacaran jangan disebelah gue..” ketus Varo. Lila terkekeh pelan
mendengar nada ketus dari mulut Varo. Namun, Lila menaikkan sebelah alisnya
saat Varo berdiri dan hendak berbalik.
“
heh, mau kemana lo bocah?” tanya Lila menahan tangan Varo. Varo menaikkan
sebelah alisnya setelah sempat membeku sesaat gara gara sentuhan Lila.
“
gue kesini mau ngomong sama lo.. duduk dulu sini..” ucap lila. Dia berdiri dan
memberii cela diantara dia dan Robbi dan menyuruh Varo duduk di antara mereka.
Varo mendesis sesaat dan menggeleng. Dan anehnya, dia engga menyentak atau
mencoba melepaskan genggaman tangan Lila.
“
kenapa sih.. sini jangan ngeyel..” ucap Lila gemas. Dia tau dan dia sengaja
untuk ini. Varo mendesis jengkel dan duduk di antara mereka dengan sengaja.
"
woaa! Kalem.." ucap Lila sambil bergeser. Robbi mendengus dan menatapnya
datar. tapi tak berkomentar.
Hening...
“ lo nggak perlu se senewen itu kali soal di
kantin.. dia nggak sengaja..” ucap Lila. Varo mendengus, dia hendak bangkit
namun kali ini Robbi yang menahannya dengan cara merangkul bahunya. Varo
mendelik sebal.
“
dengerin gue dulu sini ahh..” ucap Lila. Varo mendesis sebal dan membuang muka,
kembali duduk anteng. Mereka hening..
Lila
mengulurkan tangannya mengusap rambut Varo membuat Varo menegang. Setelah dia
sadar, dia menepis tangan Lila membuat Lila terkekeh.
“
sengaja ya?” ketusnya. Lila mengulum senyum bersama Robbi dan menggeleng. Lila
menarik kepala Varo ke bahunya membuat tubuh Varo menegang, namun sesaat karena
setelah Lila mengenggam jemari Varo yang terkepal dan itu membuat varo perlahan
rileks. Sekarang dia menyandarkan kepalanya di bahu Lila dengan nyaman dan
sukarela, bahkan tangannya melingkar di pinggang lila serta hampir separuh
tubuhnya bersandar pada Lila sepenuhnya.
“
tadi sok nolak, sekarang malah meluk balik..” cibir Robbi. Lila terkekeh saat
Varo hendak mengangkat kepalanya namun di tahan oleh Robbi.
“
becanda.. nggak papa.. santai aja..” ucap Robbi geli.
“
lo nggak cemburu bang?” tanyanya akhirnya setelah bungkam cukup lama. Robbi
menaikkan sebellah alisnya dan tertawa. Menatap Varo yang kini setengah
mengantuk.
“
lhah jauh sebelum elo, ada yang lebih ekstrem dari elo.. bahkan dengan
santainya suka ikutan tidur di ranjang gue sama Lila..” ucap Robbi frontal.
Varo membulat.
“
eh udah nikah?” tanyanya. Keduanya mengangguk kemudian Varo mengangguk paham di
bahu Lila dan memejamkan matanya.
“
gue belum selesai ngomong.. Roo, bangun! ” ucap Lila gemas. Varo mendengus dan
mengangkat kepalanya sebal dengan kantuk yang menyerang. Lila tersenyum tak
tega melihat raut mengantuk Varo. Akhirnya, dia menepuk pahanya untuk Varo yang
di tanggapi kernyitan tak paham di wajah ngantuknya.
“
bingung?” tanya Lila terkekeh geli. Varo mengangguk dengan polosnya.
"
tiduran sini.." suruh Lila. varo menatap ragu, namun tak menunggu lama
untuk melaksanakan semua itu. Lila secara reflek mengelus rambutnya dan
mengenggam sebelah tangan Varo lembut. Varo terbuai dan hampir terlelap.
Drrttt
drrrrttt
Devan calling..
Lila
dan Robbi saling pandang dan terkekeh pelan. Varo mendongak sayu. Lila menunduk
dan tersenyum kecil.
"
tidurlah!" suruhnya. Varo memeluk perut Lila dan tidur.
“ lets see ya..” ucap Lila pada Robbi. Lila
menggeser layarnya dan tak lama muncullah seorang cowok tampan dengan kemeja
kusut dan raut wajah yang tak kalah kusutnya. Varo mengernyit bingung apalagi
saat.
“
BUNDAAAAA!!” panggil sosok itu. Varo mengernyit di perut Lila dan mendongak.
Lalu bertemu pandang dengan lila yang menunduk. Tangan Lila menyodorkan Hpnya
pada Robbi dan dia mengelus rambut Varo. Varo menatap layar HP Lila dan
mengernyit saat Pandnagannya bertemu dengan sosok itu.
“
heh, lo siapa?” tanya Devan galak. Varo mengernyit dan menggedikkan bahunya
acuh. Memeluk perut Lila lagi.
“
bunda nelantarin Dev buat nyari anak kecil kayak dia? Kejjam..” rajuknya.
“
ayah.. pokoknya Dev mau pulang hari ini titik!” rajuknya. Robbi dan Lila saling
pandang kemudian tertawa.
"
engga kok.. hush, sembarangan!" tegas Lila
“
masih lama Dev, 4 tahun lagi.. sabar ya..” ucap Robbi menggoda. Devan berteriak
nyaring disana dan mukanya di tekuk tak enak di pandang. Namun sesaat mata
bulat hitam bening itu berkaca kaca.
“
jadi posisi Dev udah di gantiin gitu aja? Yaudah, ayah sama bUnda udah nggak
sayang lagi emang sama Dev..” ucapnya lalu sambungan terputus begitu saja. Lila
dan Robbi membulat lalu terkekeh pelan.
“
tuhkan ngambek beneran!” ucap Lila geli. Dia menunduk pada Varo yang membisu
sejak tadi. Lila mengelus rambut Varo lembut kemudian dia mengernyit saat
merasakan perutnya basah. Bahu varo bergetar kuat membuat Lila saling pandang
dengan Robbi.
Hampir
setengah jam berlalu, Varo perlahan tenang dan deru nafasnya pun teratur. Lila
menunduk dan sedikit menjauhkan perutnya dari wajah Varo. Tersenyum kecil saat
Varo pulas, Robbi menyelimutinya dengan jaket dan tersenyum kecil.
Namun
ribuan mil jauh disana Dev menatap layar Hpnya yang gelap kemudian mendesah
pelan. Dia menatap langit langit dnegan mata yang berselimut butiran bening
yang siap menetes kapan saja.
Bunda sama ayah udah
nggak sayang lagi.. batinnya kesal.
Dia
membalikkan tubuhnya dan memeluk gulingnya erat dengan rasa jengkel dan gemas
yang bercokol di batinnya. Ingat, dia masih ngambek karena di kirim kemari.
***
Lila
tersenyum saat matanya mengedarkan pandangan ke sekitar Bandara Meoulbourne.
Robbi merangkulnya lembut dan tersenyum pada Lila yang menatapnya. Kemudian
keduanya melangkah pada seorang yang sudah menunggu mereka.
“
silahkan tuan nyonya..” ucap sopir itu. Lila mengangguk bersama Robbi dan masuk
kedalam mobil mewah itu. Dan mobil itu meluncur meninggalkan bandara. Pasti
penasaran kenapa mereka ada disinikan? Jadii...
Flasback on
Lila menerawang langit
langit kamarnya dan menghela nafas. Dia menoleh pad Robbi yang tersenyum di
sebelahnya.
“ gue kangen Dev deh
yang..” gumamnya. Sudah seminggu sejak itu dan Dev nggak ada kabarnya, bahkan
kalau di ajak telfon sukanya ngehindar mulu.
“ gue merasa bersalah
nih.. dia pasti ngambek gegara waktu itu..” ucap Lila.
“ mau jengukin dev?”
tawar Robbi. Lila mendongak dan mengangguk. Robbi terkekeh dan mengecup kening
Lila.
“ oke.. lusa kita
kesana..” ucap Robbi.
Flasback Off
Begitulah
ceritanya..
Tak
terasa hampir 45 menit mereka dan sekarang sudah sampai didepan sebuah
apartemen mewah. Keduanya melangkah kedalam sana dengan wajah datar dan irit
ekspresi. Sekarang pukul 12 malam di Aussey.
Mereka
berhenti di lantai 18 dan apartemen dengan nomor 1514. Lila menekan password
apartemen Dev dan masuk perlahan. Keadaannya gelap dan hanya ada penerangan di
kamar dev remang remang. Memang Dev nggak bisa tidur sendiri kalau keadaan
gelap. Lila membuka kamar Dev setelah meletakkan tas di sofa ruang tengah.
Robbi dan dia mendekat perlahan ke ranjang Dev yang nampak terlelap, ada bekas
air mata di pipinya.
“
cengeng..” gumam Lila pelan. Dev nampak berantakan dan tak terurus membuat
sebersit rasa bersalah menyergapnya.
“
apa Dev balik aja yang?” tanyanya memelas. Robbi mendengus pelan.
“
ini sebenarnya yang nggak bisa pisah anaknya apa bundanya sih?” sindirnya. Lila
memukul lengan Robbi sebal membuat Robbi mengaduh pelan. Lila menatap Dev dan
mengecup pelipisnya karena posisi tidur Dev miring. Lila mengusap rambutnya
sayang dna perlahan agar tak membangunkan Dev.
“
bunda kangen Dev..” bisiknya lembut. Setelahnya Lila turun dan berganti baju di
kamar mandi Dev kemudian dia kembali berbaring disebelah Dev yang entah sadar
atau tidak sudah ada dipelukan Robbi dan sedang tersenyum dalam tidurnya.
***
Dev
mengernyit saat ada yang mengusap rambutnya lembut. Dia mengerjab dan bangun
dengan kaget. Bukankah dia tinggal sendirian? Batinnya.
“
morning sunny..” sapa seseorang. Dev segera menoleh, Lila tersenyum lembut
padanya membuat Dev membulat dan matanya memanas begitu saja.
“
Bunda..” ucapnya parau kemudian menubruk tubuh Lila dan memeluknya erat. Lila
mengusap bahu Devan pelan, matanya memanas dnegan sendirinya.
“
bunda kangen sunny bunda..” bisik Lila membuat tubuh Dev bergetar dan memeluk
Lila erat. Lila balas memeluk Dev erat.
“
i more mom.. more!” ucapnya parau dan lirih. Suaranya kalah dengan isakannya
yang tak bisa ia tahan sendiri. Lila menahan dirinya agar tak terisak. Jadi dia
membiarkan airmatanya mengalir sendiri dalam diam.
Robbi
mengusap rambut Dev, dia sendiri rindu dengan bocah manja yang selalu menganggu
saat berduanya dengan Lila. Bahkan satu tetes airmatanya ikut mengalir melihat
“Bunda” dan “anak” yang baru bertemu itu.
“
hiks.. bunda ayah jahat,. Hiks.. dev .. kira bunda udah punya yang gantiin
posisi Dev.. hiks..” ucapnya.
“
no sayang.. nggak ada yang bisa gantiin Dev buat Bunda sama Ayah..” ucap Lila
lembut. Dia mengeratkan pelukannya.
“
anak bunda cengeng banget sih hmm?” goda Lila. Dev merengut namun bibirnya
terulas senyum. Lila melepaskan pelukannya dan menatap Dev yang basah oleh air
mata. Mengecup pipinya, mata kemudian keningnya.
“
bunda sayang Dev tau.. jangan ngambek gitu sukanya.. bunda kangen sama Dev..
bunda nggak mau Dev kayak gitu lagi..” ucap Lila lembut.
“
anak bunda nggak keurus ya pisah sama Bunda..” gurau Lila. Dev cemberut. Dia
berbalik dan memeluk Robbi yang kaget bahkan tubuhnya terbentur ujung tempat
tidur Dev. Lila ikut meringis saat Robbi meringis. Dev mendongak dan ikut
meringis
“
sakit yah?” tanyanya polos. Robbi menghela nafas, ingin marah tapi nggak bisa
liat Dev dengan muka polos gini. Robbi menggeleng dan mengusap rambut Dev,
kemudian mengecup keningnya lembut.
“
menurut kamu aja gimina dev? Mau nyoba?” tawar Robbi. Dev menggeleng dn nyengir
polos. Dia mengecup pipi Robbi membuat Robbi menghela nafas dan tersenyum pada
Dev. Senyum yang sangat jarang di tunjukkan pada orang lain, bahkan sahabat
mereka sendiri.
“
yaudahh.. kamu sekarang mandi.. kita sarapan keluar.. kebiasaan buruk!” tegas
Lila. Devan mengernyit lalu cengengesan. Benar! Kulkasnya isinya cuman cemilan,
softdrink sama fastfood. Pantesan ngomel.
“
DEVV!” geram lila. Devan mengerjab. Dia langsung bangun dan masuk kekamar mandi setelah sebelumnya
sempat mengecup pipi Lila. Lila dan Robbi menggeleng pelan, Robbi menarik Lila
dan mengecup keningnya sebelum akhirnya keduanya keluar kamar untuk sekedar
membuat minuman hangat di pagi yang dingin itu.
Tbc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar