Pengunjung

Rabu, 17 Februari 2016

Antara kamu dan dia



Pelecehan seksual itu sedang marak sekali di jaman sekarang. Entah muda, remaja, tua atau bahkan tua bangka. Dan hari itu...
Seorang anak lelaki tengah di sodomi oleh 3 orang lelaki besar dan kekar. Si anak hanya bisa menjerit menahan sakit yang di rasakan di lubang bawahnya yang mengeluarkan darah dan juga cairan milik 3 lelaki itu. Seluruh tubuhnya sudah memar bahkan berdarah.
“ hiks.. ampun bang.. s-sak.. ahhh... sakit!” isaknya. Namun tidak ada yang peduli. Mereka terus menggenjot tanpa peduli kalau yang sedang mereka sodomi adalah anak berusia 14 tahun.
***
Kampus itu sangat ramai dengan satu  titik fokus. 3 orang gadis itu saling pandang tak paham dan juga penasaran.
“ liat yuk!” ajak mereka.
“ yuk.. eh mbak..” panggil Lila yang menahan tangan seseorang.
“ eh ya?” tanyanya dengan wajah pucat dan mual.
“ kenapa?”
“ i-itu ada anak kayak abis kena pelecehan!” jawabnya lalu wajahnya nampak mual.
“ eh thanks!” ucap Lila sambil melepaskan tangannya. 3 gadis iu saling pandang dan mengangguk kemudian mendekati kerumunan. Suara suara makin jelas aja deh. Lila menerobos kerumunan paksa dengan jengkel pasalnya daritadi mereka cuman bisik bisik tetangga doang lah. Lila dkk sampai didepan, menatap satu fokus. Anak yang wujudnya kasian banget dan nangis lagi di bujuk oleh seorang cowok yang bikin Lila menyeringai.
“ ih sumpah ngeri!” ucap seseorang. Lila menoleh dan mendengus.
“ heh. Bubar sana! Bukannya bantuin malah bikin takut!” gertak Lila dingin. Mereka menatap Lila namun lalu meringis saat tatapan lila tajam dan auranya menakutkan. Mereka bubar dengan patuh.
“ eng.. thanks!” ucap cowok yang sedang membujuk anak itu. Lila menoleh dan mengangguk datar. Lila ikut berjongkok bersama cowok itu dan 2 temannya berdiri di belakangnya.
“ dek.. ayo dek.. ikut mas bentar yuk!” bujuk si cowok lelah. Lila terkikik mendengarnya. Si cowok menoleh sebal membuat lila bungkam.
“ gue diem loh mas!” jawab lila nyengir. Si cowok mendengus malas.
“ biar gue sini..” ucap Lila. dan tanpa menunggu jawaban, lila berdiri dan mendekat membuat anak itu makin meringkuk lemah.
“ ja-jangan!” lirihnya memohon. Lila tersenyum lembut dan berjongkok didepannya, bau menyengat langsung tercium. Mengelus rambutnya. Kasar
“ jangan takut sayang.. ikut mbak sama mas bentar yuk.. bersihin badan kamu.. nggak ada yang akan nyekitin kamu kok!” bujuk Lila lembut dan getir. Anak itu mendongak pada Lila takut. Mengangguk pelan. Lila tersenyum.
“ mas gendong!” suruh lila girang. Cowok itu membulat lalu mengangguk pasrah. Mengangkat tubuh anak itu.
***
Lila sampai di rumah mewah milik mas Rafsa, iya lelaki yang tadi nolongin anak itu. Bersama dua temannya.
“ gue nggak tau elo tetanggan sama mantan crush lo!” ucap Putri. Lila nyengir lebar. Iya tetangga, orang balkon aja hadap hadapan sama milik dia kok.
“ lupakan!”
“ tapi gue nggak pernah lihat dia deh di sini!” ucap Nana. Lila mencibir kepo. Dia menoleh apda Rafsa dan anak itu. Lila merangkulnya.
“ yuk mandi!” ajak Lila. menarik lembut tangan anak itu menuju kamar mandi. Anak itu berhenti dan memberontak dengan wajah ketakutan. Lila paham dan berbalik.
“ dengerin.. kamu bisa kayak gini terus.. baju kamu dna badan kamu kotor.. kamu harus di obati!” ucap Lila. rafsa menghela nafas dan menggendong tuh bocah ke kamar mandi, bathup.
“ hiks j-jangan!” isaknya. Rafsa mendesah pelan
“ sayang.. look at me.. nggak ada apa apa.. mandi sama mbak!” bujuk Lila. rafsa meliriknya dan mengangguk. Dia keluar dari sana meninggalkan lila.
“ ehh.. mas..” panggil Lila. rafsa menoleh.
“ kalau nggak ada pakaian yang agak kecilan, ambilin di rumah dong.. punya Varo!” ucap lila. rafsa mengangguk kemudian benar benar keluar rumah itu.
Lalu lila menoleh pada anak itu. Tersenyum miris melihatnya mengigil ketakutan.
“ bangun bentar sayang.. sini..” ucap Lila. anak itu mendongak menatap Lila dan lila gemas juga. Jadi dia menarik anak itu duduk di pangkuannya. Dia duduk di kursi yang dia bawa tadi dari luar. Setelanya dia menyalakan kran air panas dan dingin bersamaan lalu menunggu penuh. Setelah penuh, di berinya busa beraroma segar, lavender dan menatap anak itu.
“ mandi ya!” bujuk lila lembut. Menunduk menatapnya. Anak itu menatap lila takut bahkan badannya kaku. Lila mengusap pipi anak itu dan mengecup keningnya. Meraih gunting membuat mata anak itu membulat.
“ buat gunting baju kamu!” jelas Lila dna benar, lila hanya menggunting bajunya bahkan tanpa malu membiarkannya telanjang. Pandangan anak tu kosong dan hampa sekali. lila membersihkan tubuhnya dari noda noda bekas eung, pemerkosaan semalam dengan telaten.
***
Selesai, lila menatap anak itu sayang. Pandangannya masih kosong dan terlihat tampak tak ada kehidupan disana. Lila mengelus kepalanya sayang dan tersenyum sendu.
“ sayang.. back to earth!” ucap Lila lembut. Anak itu masih diam saja, lila meringis menatap luka memar di wajah tampan bocah itu. Bahkan di seluruh badannya.
“ udah la?” tanya Putri mendadak nongol. Lila menoleh dan mengangguk, mereka nongol dengan nampan di tangannya. Bubur. Lila meraihnya dan tersenyum tipis.
“ thanks yee..” ucap lila. mereka mengangguk dan meletakkan teh gelas di atas nakas. Lalu seseorang lagi muncul, Rafsa dan seseorang.
“ ohh.. ada Nyonya besar eh! Siapa yang sakit?” tanya orang itu. Lila mendengus dan menunjuk anak itu dnegan dagunya. Dokter itu mendekat dan mengangguk. Memeriksa setiap inci tubuh anak itu dan kesehatannya.
“ trauma aja sama memar dan yah, anusnya terluka lumayan parah.. gue kasih resepnya dan saleb agar memarnya hilang hilang..” ucap dokter itu. Lila dan Rafsa mengangguk.
“ thanks loh bang..” ucap Lila nyengir. Sosok dokter didepannya mengangguk.
“ nope.. tapi, siapa dia?”
“ nggak tau.. kebetulan ketemu di parkiran kampus!” ucap Rafsa santai. Dokter itu mengangguk.
“ oke.. hati hati.. dia masih rapuh!” ucap dokter itu. Lila dan rafsa mengangguk.
“ akur kalian.. gue balik kerumah sakit duluan!” pamitnya. Lila mengangguk bersama Rafsa.
“ hati hati bang!” ucap lila.
Lalu sepeninggalan mereka, Lila duduk di pinggiran kasur dan meraih bubur. Menatap anak itu dan mengenggam tangannya erat, anak itu tersentak dan beringsut hendak mundur namun yang ada malah ringisan.
“ jangan banyak gerak.. tubuh kamu memar dan alat vital kamu terluka, lumayan parah!” ucap lila. anak itu menatap lila takut dengan buliran bening yang sudah menetes kemudian dengan sayang, lila mengusap pipinya lembut lalu mengecup pipinya lembut.
“ sini makan dulu sayang..” ucap Lila. anak itu menatap lila dan mangkuknya lalu mulai tenang. Lila tersenyum dan menyendokkan bubur itu, meniupnya pelan dan menyodorkannya.
“ ayo makan sayang..” ucap Lila. anak itu membuka mulutnya ragu lalu melahapnya. Lila tersenyum menatapnya.
***
Malam itu, lila dan Rafsa ada di tepi kolam renang rumah rafsa. Duduk bersebelahan sambil menatap langit.
“ lo, nggak capek?” tanya Rafsa.
“ engga! Biasa aja napa mas!” gerutu Lila. rafsa menoleh dan menarik pinggang lila mendekat.
“ lo ngeselin hari ini!” gerutu Rafsa sambil mengecup pipi Lila. lila terkikik pelan dan mengeliat di pelukan Rafsa.
“ elah.. orang bantuin gendong dia doang!” balas Lila. rafsa mengangguk.
“ menurut elo.. sampai kapan dia tra..”
BRUK
PRANG
Lila dan Rafsa saling pandang dan berlalu dari sana menuju dapur. Sesosok bocah berjongkok memunguti pecahan gelas dengan gemetaran. Bahkan air matanya merembes. Lila dan Rafsa saling pandng lalu mendekat.
“ sayang.. kamu mau ngapain?” tanya lila. rafsa mengangkat tubuhnya yang mengigil ketakutan di atas bar conter dapur. Lila membereskan pecahan itu.
“ m-maaf!” isaknya. Lila membuang di tempat sampah dan membuka kulkas, meraih sekotak jus dan gelas. Menuangkan jus mangga itu lalu membawanya kepada anak itu.
“ kamu hauskan? Nih!” ucap lila menyodorkan jus itu. Anak itu menoleh takut pada Lila. rafsa mengelus punggungnya lembut.
“ a-aku alergi mangga!” lirihnya hampir tak terdengar. Lila mengerjab dan terkekeh pelan.
“ maaf sayang.. kalau jambu?” tawar Lila. anak itu mengangguk. Lila berbalik mengambil jus yang lain. Menyodorkan anak itu dan meminumnya hingga tandas. Lila duduk di kursi bar conter dapur bersama Rafsa sedangkan anak itu di mejanya. Menunduk gelisah.
“ nama kamu siapa?” tanya lila lembut dan meremas jemari mungil itu. Anak itu mendongak. Berkaca kaca.
“ a-aku R-raka!” ucapnya terbata. Lila tersenyum.
“ nama yang bagus.. Raka!” komentar Rafsa santai.
“ laper ngga?” tanya Lila. raka makin menunduk saat terdengar bunyi perutnya. Lila dan Rafsa terkikik.
“ oke, karena udah malem sekalian masak buat makan malam aja.. kamu tunggu sama om itu di ruang tengah ya..” ucap lila lembut. Anak itu menoleh pada rafsa.
“ yuk!” ajak Rafasa. Menggendong anak itu yang langsung tersentak. Lila terkekeh pelan. Membuka kulkas dan mengambil beberpaa potong cheese dan chocolate cake. Lalu camilan dan jus. Membawanya keruang tengah.
“ buat ganjel perut bentar.” Jelasnya
***
Raka kembali dalam mode diamnya dia setelah makan malam. Mereka sedang nonton Tv dan anak itu nampak menerawang jauh dan badannya gemetar sedikit.
“ sayang..” panggil lila sambil menepuk bahu Raka. Raka menoleh kaget. Wajahnya bahkan agak pucat. Lila tersenyum dan menarik Raka kedalam pangkuannya.
“ kamu jangan ngelamun.. kesambet entar!” gurau Lila. raka hanya menunduk tak menanggapi gurauan Lila. lila mengelus rambut Raka pelan, Rafsa ada di ruang kerjanya mengerjakan tugas tugas perusahaan yang agak terbengkalai karena kesibukan kampus mereka. lila menarik kepala Raka kedalam pelukannya.
“ kamu kenapa? Cerita sama tante.. siapa tau nanti agak lega dan baikan.. meski yah tante bukan pendengar yang baik!” jawab Lila. raka mendongak pada lila dan memeluk Lila. terisak pelan membuat Lila tersenyum kecil dan mengelus punggungnya sayang.
***
Setelah insiden tangis tangisan semalam, Raka ketiduran di pelukan lila dan sampai pagi ini akhirnya Raka tidur bareng lila dan Rafsa. Lagian lila nggak tega biarin Raka tidur sendirian dan berakhir teriak teriak trauma tengah malem. Kayak semalem dan untungnya tenang dengan cepat. Lila menatap Raka dari pinggiran ranjangnya. Raka masih terlelap dengan pulas dan wajah polosnya.
“ gue bolos deh yang.. nggak tega ninggalin Raka sendirian!” ucap lila. Rafsa tersenyum dan mengangguk.
“ yaudah elo mandi, gue siapin sarapan!” ucap lila.
“ iya bawel!” jawab Rafsa. Memeluk pinggang Lila agar merapat dan mengecup kening kemudian bibirnya sekilas. Lila terkekeh pelan.
“ kesempitan!” gerutu Lila. rafsa tertawa dan mengecup pipi lila sebelum berlalu dari sana.
***
Raka turun ke lantai 1 masih dengan langkah kaki ngakang yang sebenarnya nggak lucu banget tapi lucu sih. Wajahnya masih agak meringis kesakitan gitu. Rafsa sigap mendekat dan menggendongnya.
“ masih sakit ya?” tanya Rafsa.
“ s-sedikit om..” jawabnya dengan ringisan dan itu artinya bokis. Masih sakit banget berarti. Rafsa hanya tersenyum dan mengelus kepalanya sayang.
“ morning honey!” sapa Lila lembut pada Raka. Raka mendongak dan wajahnya memerah.
“ e-eung..” dia salah tingkah membuat Lila dan Rafsa terkekeh. Lila mengelus kepala Raka setelah meletakkan nasi goreng di depan rafsa.
“ mau roti apa nasi goreng sayang?” tanya Lila. raka mendongak dengan tatapan lucu. Meski tidak berbinar seperti kebanyakan dan malah redup, setidaknya nggak semati kemarin.
“ n-nasi goreng tante!” jawabnya lirih. Lila mengangguk dan menyentongkan nasi goreng ke piring didepan Raka. Lalu telur ceplok.
“ makan yang banyak!” ucap Lila. raka mengangguk pelan dan meminum susu di sebelahnya lebih dulu.
***
Hanya ada Raka yang duduk di sebelah lila sekarang. Mereka nonton Tv, ups salah. Tepatnya Raka doang yang nonton. Lila mantengin lapropnya.
“ kamu keturunan Liam ya?” tanya Lila tiba tiba. Raka tersentak kaget lalu menunduk dan meremas jemarinya. Lila menoleh dan mengelus tangan Raka.
“ tante turut berduka soal keluarga kamu.. kamu kuat kok.. ada tante dan om disini!” ucap Lila. raka mendongak berkaca kaca.
“ tante.. kenapa tante baik sama Raka?” tanya Raka. Lila tersenyum.
“ karena tante sayang dan peduli sama Raka.. jadi Raka jangan sungkan sama tante atau om!” jelasnya. Raka makin mengeratkan pelukannya pada Lila dan meringis pelan.
“ itu kamu masih sakit?” tanya Lila. raka mengangguk lirih.
“ sini di kasih salep lagi!” ucap lila. dan.. wajah Raka memerah.
“ m-malu te..” jawabnya.
“ lalu kemarin pas tante mandiin kamu.. apa kabar coba?” gurau Lila. raka cemberut membuat lila terkekeh. Dia meletakkan Raka di sofa dan membaringkannya dengan telungkup. Kemudian melepaskan celana Raka membuat Raka menenggelamkan kepalanya dalam dalam di bantalan sofa. Lila terkikik pelan kemudian berjalan menjauh mengambil salep tersebut. Setelahnya lila kembali dan mengoleskan salep dingin itu di lubang Raka. Raka merintih sesekali.
“ nah finish!” jawab lila sembari memakaikan kembali celana Raka. Lila mengusap rambut Raka sayang. Raka masih menyembunyikan wajahnya di bantal.
“ sakit banget ya sayang?” tanya Lila.
“ hiks.. perih te..” isaknya. Bahunya bergetar pelan membuat lila menatapnya getir.
“ tahan ya sayang!” bisik Lila. raka masih terus merintih sampai akhirnya kesadarannya perlahan hilang. Dia jatu terlelap bukan pingsan.
***
BRUG
“ sial!” umpatan itu membuat Rafsa mendongak dan berdecak sinis mengetahui siapa sosok didepannya. Sama seperti sosok yang juga menatapnya tak suka didepannya.
“ minggir!” sengit sosok itu. Rafsa mendengus dan memberi ruang agar bisa lewat. Sosok itu menabrak bahu Rafsa keras.
“ anjrit lo!” umpat Rafsa. Sosok itu berhenti dan menoleh sedikit.
“ katakan itu pada diri lo.. PHO!” desisnya.
“ gue bukan PHO anjing!”
“ yes.. you’re. Lo udah merusak hubungan gue dan lila!” desisnya membuat sebersit rasa bersalah dalam diri Rafsa.
“ bii.. gue..”
“ simpan bualan lo anjing!” kemudian berlalu begitu saja.
“ lila sayang sama elo..” bisik Rafsa. Sosok itu terhenti dan tangannya terkepal kuat.
“ apa dengan sayang aja cukup? Nyatanya meski kami saling sayang, dia nggak memperjuangkan gue!” desisnya sinis kemudian benar benar pergi dengan senyum getir di wajah tampannya. Namanya Daerobi Mahameru Jibran. Mantan crush onnya nyonya besar Parameswara.
***
Lelaki tampan itu memejamkan matanya menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya. Dia mendesah pelan dengan senyum getir di wajahnya.
Apa arti semua kebersamaan yang akhirnya berakhir kosong ini.. membuat rongga itu kian menganganga lebar dan membuat semakin sulit tertutup rapat..
Apa elo bahagia la? Gue selalu berharap elo bahagia.. dan kalau elo tanya apakah gue bahagia.. jawabannya adalah gue nggak tau apakah gue masih bisa bahagia selepas semua yang terjadi..
***
Lila tersenyum saat sebuah tangan melingkar manis di pinggangnya. Tanpa dia menoleh, dia tau siapa yang tengah memeluknya seperti itu.
“ masak apa hmm?” tanya Rafsa. Lila menunjuk ikan di westafel.
Lalu hening...
“ lepas!! Gue mau masak!”
“ biar gini bentar aja!” ucapnya. Lila mendnegus malas.
“ tadi gue ketemu dia..” jelas Rafsa tubuh Lila sontak menegang. Lalu mendengus pelan.
“ masalalu.. nggak usah di bahas!” ketus Lila. rafsa merasakan dengan jelas perubahan pada Lila dan mendesah pelan. Mengecup puncak kepala Lila dengan sayang.
“ maaf!” bisik Rafsa kemudian melepaskan pelukannya dan menjauh. Membuka kulkas dan mengambil apel hijau didalamnya.
***
Lila memandang jauh kedepan, menatap cincin yang melingkar di jari manisnya. Cincin pertunangannya dengan Rafsa. Menatap jauh kedepan di mana semua kesalahan itu.
Maaf bii.. bukan gue nggak mau memperjuangkan kita.. hanya saja, mungkin ini memang yang terbaik.. maaf menyakiti elo.. maaf ngebuat elo lagi lagi merasa sendiri dan di tinggalkan.. semoga elo bahagia selalu.. gue selalu berdo’a yang terbaik untukmu..
Setetes butiran bening mengalir di pipinya. Rindunya..
Varo.. alvaro Keynan.. anaknya dan Robbi.. meski bukan anak kandung. Tapi dialah yang menentang keras pertunangan Lila dan Rafsa meski Robbi sudah memberi pengertian. Sampai akhirnya 3 bulan yang lalu setelah pertunangan itu, Varo meminta pindah ke Aussey bersama Oma dan opa Jibrannya.
Butiran bening itu menetes bersama butiran yang lain..
Sunny.. bunda kangen.. batinnya sendu
***
Di sebuah tempat yang jauh.. beribu ribu mill jauhnya. Seorang remaja duduk termenung di balkon kamarnya. Tersenyum getir dengan pandangan jauh ke angkasa. Dia bahkan tak menyadari seorang lelaki tampan masuk dan mendekatinya. Mengelus bahunya pelan. Dia tersentak.
“ uncle tumben pulang!” ucapnya sambil menoleh. sosok Leon, abang lila tersenyum.
“ kangen sama keponakan abang.. kamu apa kabar? Seneng disini?” tanya Leon.
“ seneng bang! Mereka asik!” jawab remaja itu antusias. Leon menatap matanya dan tersenyum lirih.
“ masih marah karena bunda milih sama Om Rafsa di bandingkan sama ayah hm?” tanya Leon. Varo membuang muka dan berdecak.
“ Varo nggak mau ngebahas apapun soal itu!” ketusnya. Leon duduk di sebelah Varo dan mengelus bahunya.
“ kamu nggak kangen sama bunda dan Ayah?” tanya Leon.
“ buat apa? Kangen sama orang egois..!” ketusnya.
“ tapi Om rafsa juga baik loh..” ucapnya.
“ kalau om kesini cuman mau bujukin Roo buat balik mending nggak usah!” ketusnya tegas. Leon mendesah dan menyandarkan kepala Varo didadanya.
“ kamu tau engga.. ayah minggu kemarin kekantor om.. nanyain kamu gimana!” ucap Leon. Tatapan Varo jadi sendu.
“ apa ayah baik baik aja?”
“ mungkin tak pernah sebaik saat ada kamu!” jelas Leon.
“ varo kangen ayah sama bunda.. kangen mereka bareng..” lirihnya. Leon paham perasaan Varo. Dia bukan tidak bisa menerima Rafsa, hanya saja Varo memang tidak ingin ayahnya di gantikan siapapun. Dia hanya ingin Robbi dan Lila. hanya mereka bukan orang lain.
***
Rafsa di tempat yang sama namun ruangan yang berbeda mendesah pelan. Dia tau Tunangannya itu terpaksa menuruti keinginan orangtuanya. Bahkan rela melepaskan anak semata wayangnya. Dan juga rela melepaskan kekasihnya. Rafsa merasa jahat. Meski sejujurnya dia mencintai Lila, tapi apakah dia terlalu egois mengorbankan orang banyak demi kepentingannya. Meski Lila tak pernah mengeluh, namun dia tau. Lila sedikit tersiksa dengan semuanya.
***
Seminggu...
Lila berjalan tergesa dengan Raka di sebelahnya. Mengenggam tangan Raka, bersyukurlah Raka sudah baikan. Lila mengambil kartu apartemen dan menekan password. Setelah pintu terbuka, dia masuk bersama Raka dan tak lupa menutupnya.
“ sayang.. kamu duduk aja! Tante kekamar sebentar!” pamit Lila. raka mengangguk. Lila membuka pintu kamar dan mendesah pelan. Di sana, di ranjang besar kamar itu, seorang lelaki tampan dengan wajah pucatnya tengah terlelap. Rasa bersalah merayapinya lagi. Dia mendekat dan duduk di sampingnya. Tak menyadari butiran bening menetes dari kedua sudut matanya. Tangannya terulur menyentuh dahi lelaki itu.
“ sayang maaf.!” Bisik lila sendu. Dahi lelaki itu panas sekali, maka Lila hendak mengambil kompres namun tangannya tertahan. Dia menoleh, Robbi menatapnya sendu juga. Ada luka di mata itu.
“ temenin gue!” ucapnya lirih bahkan nyaris tak terdengar.
“ gue ambil kompresan bentar!” ucapnya. Robbi menggeleng tak setuju.
“ Plis! Bentar aja! Gue kesini juga tadi ngajak anak orang!” ucap Lila. robbi menyipit.
“ bukan Rafsa..!” jawabnya. Robbi mengangguk pasrah dan melepaskan genggamannya membiarkan Lila menemui ‘anak orang’ dan mengambil kompresan.
Tak lama, Lila masuk bersama seorang remaja berusia entah berapa mungkin 13 tahun karena badannya kecil. Dia mengernyit sedangkan anak itu menunduk takut takut.
“ dia siapa?” tanya Robbi. Berusaha bangun namun malah pusing menderanya. Lila menatapnya khawatir.
“ jangan bangun.. makan, minum obat lalu tidur!” bujuk lila. robbi menatap lila. mendengus pelan.
“ pliss!” jawabnya memohon. Robbi mengangguk pasrah.
“ boy,. Kemari!” suruh Robbi. Raka mendekat ragu dan naik ke tempat tidur dan duduk di sebelah Robbi.
“ nama kamu siapa?”
“ Ra-raka om!” jawabnya lirih. Robbi tersenyum.
“ nama om Robbi.. jangan takut..” ucap Robbi lembut. Lila mengulum senyum sendu melihatnya. Raka tersenyum dan memeluk Robbi, robbi tersentak namun tersenyum dan mengelus bahu Raka.
“ om punya anak seumuran kamu!” lirih Robbi saat Raka sudah melepaskan pelukannya dan tiduran di sebelah Robbi.
“ siapa om? Dia dimana?” tanya Raka antusias. Sesaat lila takjub, secepat ini dia akur dengan Robbi.
“ dia pergi jauh.. karena suatu alasan!” jawab Robbi sambil melirik lila yang meringis. “ namanya Alvaro Keynan..”
“ kok mirip sama anaknya tante!” jawabnya polos. Robbi terkekeh miris. Lila meletakkan kompresan di dahi Robbi.
“ benarkah?” raka mengangguk antusias.
“ namanya sama.. apa om dan tante orangtuanya?” tanyanya polos.
“ ahhh.. maaf!” lirih Raka saat tau dia salah. Robbi mendesah pelan.
“ iya... orangtua itu kami..”
“ terus kenapa om dan tante pisah? Malah tante sama Om Rafsa?” tanyanya bingung.  Robbi terkekeh pelan miris.
“ ada sebuah alasan.. udah kamu nemenin om bobo disini..” jelas Robbi. Raka mengangguk polos.
“ ahhh.. om sakit.. maaf!” ucap Raka sendu. Robbi menggeleng dan menarik kepala Raka mendekat kearahnya. Setetes butiran bening menetes di sudut mata Robbi. Lila menangkapnya dan membuang muka. Sendu!
***
Robbi menatap wajah polos Raka dengan pandangan kosong.
“ gue kangen Varo!” lirih lila dan Robbi bersamaan. Keduanya saling pandang dan terkekeh miris.
“ maaf!” lirih Lila akhirnya. Robbi bangun dan menatap lila. memeluk Lila. saat itu tangisan Lila pecah dan isakan lila mendominasi ruangan itu. Robbi ikut menangis.
“ gue sayang elo.. gue harap elo bahagia sayang!” ucap Robbi. Lila mengeratkan pelukannya dan menggeleng keras.
“ gue mau sama elo.. gue sayang elo.. hiks!” isakan Lila membuat hati Robbi teriris.
“ gue juga maunya kek gitu..”
“ gue akan minta Rafsa membatalkan smeua ini.. gue mau sama elo..”
“ elo akan menyakiti dia sayang..”
“ tapi kalau engga.. kita bertiga yang tersakiti.. lo nggak tau gimana rasanya jadi gue.. gue.. gue.. gue benci diri gue!” isak Lila. robbi memeluk Lila erat.
“ udah.. gue yakin elo bahagia sama dia!” bisik Robbi. Lila hanya terisak pelan tak menanggapi.
***
Rafsa tidak buta untuk melihat bagaimana besar cinta Lila dan Robbi. Dia sungguh tidak buta. Dia melihatnya dnegan jelas. Hanya saja dia terlalu egois.
Apakah aku nggak bisa bahagia di sisa umur gue yang tersisa? Batinnya miris dan egois.
***
Lila membuka kamarnya dan Rafsa. Sudah pukul 7 malam dan dia baru pulang dari apartemen Robbi. Raka menginap disana atas kemauan sendiri dan kemauan Robbi. Lila menyipit melihat seseorang yang terlelap di kasur. Dia mendekat dan duduk di tepi kasur. Wajahnya pucat.
“ mas..” panggil Lila tangannya terulur mengelus dahi Rafsa. Rafsa mengerang dan mengerjab pelan. Menatap lila sendu.
“ udah minum obat?” tanya Lila. rafsa menggeleng lemah. Lila mendesah pelan.
“ gue ambil makan sama minum dulu..” pamitnya kemudian berdiri dan keluar.
Tak lama Lila muncul dengan sepiring makanan dan jus serta air putih. Duduk di tepi kasur dan menyuapi Rafsa.
“ gimana kuliah hari ini?” tanya Lila. Rafsa menggedikkan bahunya acuh sembari mengunyah.
“ biasa aja.. nothing spesial!” jawabnya malas. Lila tersenyum dan mengusap sudut bibir Rafsa yang belepotan. Lila tersenyum geli.
“ Robbi baikan?” tanya Rafsa lirih.
“ yah.. better sih.. Raka nginep disana!” jelasnya. Rafsa menaikkan sebelah alisnya dan mengangguk.
Mereka berbincang sembari Lila menyuapi Rafsa kemudian menyodorkan obat pada Rafsa yang segera di minumnya. Mereka berbaring bersebelahan.
“ la..” panggilnya.
“ hmm..” jawab Lila. rafsa menunduk menatap Lila sendu.
“ maaf misahin elo sama Robbi..” lirihnya. Lila hanya tersenyum lembut.
“ it’s okay.. bukan masalah besar!” jawab Lila.
“ tapi gue nyakitin kalian!” jawabnya.
“ gue tau.. udahlah.. biar aja smeuanya ngalir kek gini..” ucap Lila mengelus rambut Rafsa kemudian menariknya kedalam pelukannya. Nafas Rafsa memberat kemudian tenang dan teratur. Dia terlelap.
Lila menatap Rafsa yang terlelap dengan sendu.
Kalau bukan karena permintaan orangtua elo.. gue nggak akan mau begini sejauhnya.. kuat ya.. batin Lila pada Rafsa
***
Seorang remaja tampan nampak tergesa berjalan keluar dari terminal Internasional. Mengenakan Ranselnya dan memakai Raybannya. Dia tampak keren dan tampan serta cool disaat bersamaan. Dia baru saja mendapat info dari Omnya kalau Ayahnya sakit dan dia tidak bisa membiarkan ayah terseayangnya sakit.
***
Klik
BRAK
Robbi dan Raka yang sedang nonton TV langsung tersentak mendengar bantingan pintu. Mereka menoleh dan namun lebih dulu seseorang menubruknya kedalam pelukannya. Robbi menegang sebelum matanya membulat dan berkaca kaca.
“ Varo..” lirihh Robbi sambil membalas memeluk Varo.
“ iya,. Ini varo ayah.. ayah sakit? Mana yang sakit? Udah ke dokter?” tanya Varo beruntun panik. Raka hanya melongo dan Robbi tersenyum senang.
“ kamu pulang karena khawatir sama ayah?” tanyanya. Varo mengangguk menatap Robbi. Matanya berkaca kaca.
“ maafin Varo ayah!” ucapnya sendu. Robbi menggeleng dan menangkup putra tunggalnya itu. Mengecup keningnya sayang.
“ ayah yang salah.. ayah baik baik aja.. cuman demam tadi dan sedikit kurang istirahat.. tadi bund..” ucapan Robbi terpotong dan menatap Varo.
“ bunda kesini?” tanyanya.
“ ya.. bunda yang ngerawat Ayah tadi.” Jawabnya. Varo tersenyum sendu.
“ ahhh.. Varo kangen bunda dan Ayah..” lirihnya memeluk Robbi. Air matanya menetes. Namun sesaat dia menyipit.
“ heh, elo siapa?” tanya Varo pada Raka yang memucat. Dia melepaskan pelukannya dan menatap tajam Raka. Robbi menoleh.
“ dia, Raka... bunda nemuin dia di kampus dan.. ceritanya panjang.. nanti ayah ceritain!” jelasnya. Varo mendengus dan mengangguk. Tangannya terulur menepuk puncak kepala Raka.
“ jangan takut.. gue Varo..” ucap Varo berusaha ramah. Raka merapat pada Robbi takut.
“ o-om..” lirihnya. Robbi terkekeh geli saat Varo cemberut. Dia mengangkat Raka kedalam pangkuannya.
“ jangan takut.. dia anak Om dan tante.. dia baik kok!” ucap Robbi. Raka menatap Varo lucu.
“ ihh.. umur berapa sih.. unyu banget!!” gemas Varo mencubit pipi Raka.
“ kelas 2 SMP!” jelasnya. Varo membulat lalu mengangguk dan tersenyum.
“ jadi adek Varo kan?” tanyanya berbinar.
“ yahh..” jawab Robbi sekenanya. Varo berteriak girang dan memeluk Raka membuat Raka tersentak kaget.
“ a-abang!” lirihnya.
“ KYAA!! LUCUU!!” teriaknya gemas. Robbi terkikik geli.
***
BRAK
“ ANAK GUEE!!” teriak Lila antusias. Varo menoleh dan berlari memeluk Lila.
“ bunda...! Varo kangen!!” rengeknya. Lila menangis dalam diam.
“ bunda juga kangen banget sama abang.. hiks.. doh, bunda cengeng!” gumam Lila. varo terkikik namun air matanya mengalir. Raka dan Robbi hanya menatap mereka.
“ Bunda.. Varo minta maaf.. udah jadi anak durhaka!” lirihnya. Lila tertawa sendu dan menggeleng.
“ bunda yang egois sayang.. kamu engga salah!” jelas Lila. varo mengangguk.
“ emang bunda yang salah kok!” jawabnya enteng.
Plak
“ kurangajar!” desis Lila. robbi tertawa mendengarnya. Varo meringis mengelus kepalanya yang di toyor Lila.
“ bunda ih! Nanti Varo bego!” gerutunya
“ nggak akan!!” balas Lila. dia kemudian menangkup wajah varo dan menatapnya sendu. Mengecup kening Varo sayang.
“ bunda kangen bangettt!!” lirih lila bersama butiran bening yang menetes. Varo tertegun lalu tersenyum dan mengecup kening Lila.
“ iya bunda.. varo juga dan Varo maaf udah buat bunda dan ayah terluka!” jelasnya. Lila menggeleng dan kembali memeluk Varo dalam suasana haru biru.
Melupakan satu hal..
***
Rafsa menatap sendu pemandangan didepannya. Dia merasa tak di anggap, wajar kok. Dia memang bersalah. Rencananya dia mengantar Lila bertemu Varo sekaligus minta maaf. Nyatanya malah yang terjadi membuatnya nyeri sekali.
“ rafsa!” panggilan kaget itu. Rafsa menoleh menatap Robbi yang kaget dengan kehadirannya. Dua sosok yang sedang saling melepas rindu itu menoleh. lila menepuk dahinya dan varo mengerut tak suka.
“ ahh.. masuk mas!” ucap Lila. rafsa menatap varo
“ en—engga deh.. gue balik aja!” pamitnya getir. Kemudian berbalik dengan cepat. Memasuki lift dan menekan nomor paling bawah. Dadanya sesak dan kepalanya pening.
Pliss jangan kumat disini.. pliss.. batinnya menguatkan.
***
Lila dan Robbi saling pandang. Mereka berdiri dengan cepat.
“ kejar dia!” ucap keduanya serempak.
“ HAH!” varo melongo kaget. Apalagi kedua orangtuanya langsung keluar meninggalkan Raka dan varo. Raka mendekati Varo yang takjub.
“ bang.. abang!” panggil Raka. Varo menunduk dengan tampang cengo.
“ abang mau ikut ngejar Om Rafa?” tanyanya.
“ uh.. harus?” tanyanya bego.
“ Raka nggak tau..” jawabnya polos. Varo merangkul Raka.
“ yaudah yuk!” ajaknya. Raka mengangguk. Anak yang hanya setinggi dadanya itu nampak mungil dan ringkih di pelukannya.
***
TOK TOK TOK
“ sa.. buka saa!” panggil Robbi mengetuk mobil Rafsa. Rafsa menoleh kaget.
“ buka cepetn!” ucap Robbi. Rafsa meringis pelan mencengkeram stir mobilnya kuat. Antara kaget dan sakitny.
“ gue pecahin akcanya kalau engga di buka!” sungut Robbi mulai hilang kesabaran. Kepala Rafsa berkunang dan dngan sisa tenaga membuka locknya lalu gelap.
Robbi dan Lila melonjak mendengar klakson itu berbunyi. Membuka pintu mobil dan mengangkat kepala rafsa yang menangkup di stir mobil. Darah menetes dari hidungnya.
“ pindah pindah.. bawa kerumah sakit!” ucap Lila panic. Robbi mengangguk. Mengangkat dengan hati hati tubuh Rafsa dan memindahnya kebelakang. Lalu masuk di susul lila. namun Varo dan Raka malah nongol.
“ ayah kenapa?” tanyanya kaget.
“ ayah nitip Raka.. ayah sama bUnda kerumah sakit!” jelas Robbi. Varo mengernyit lalu mengangguk.
“ oke..”
Lalu dengan seenkanya mobil melaju meninggalkan Varo dan Raka yang bingung dan saling pandang.
***
Lila dan Robbi menghela nafas berat. Mendengar penjelasan dokter kalau penyakit Rafsa sudah semakin parah. Mereka memandang wajah Rafsa yang kian kurus dengan sendu.
“ jaga dia baik baik yang..” ucap Robbi. Lila mengangguk pasrah.
“ baiklah..” ucapnya. Robbi tersenyum dan mengecup kening Lila.
***
“ ayah.. Om Rafsa kenapa?” tanya Varo saat Robbi masuk kedalam apartemen. Robbi menoleh dan tersenyum. Mengecup kening Varo.
“ dia sakit.. KO Stadium akhir..” jelasnya. Varo mengerjab lalu ternganga kaget.
“ itu sebabnya ayah dan bunda memutuskan berpisah.. setidaknya kami hanya ingin Rafsa bahagia!” ucapnya. Varo tersenyum getir dan memeluk Robbi.
“ maafin varo!” ucapnya. Robbi menggeleng.
“ nope sayang.. besok kita pulang kerumah!” varo membulat.
“ kenapa?”
“ ayah udah lama ninggalin rumah sejak kejadian itu.. ayah juga sama egois sebelumnya kok .. sama kayak kamu.. itu sebabnya ayah kabur kemari!” jelasnya. Varo nyengir menatap Robbi.
“ pantesan!” gumam Varo. Robbi menyipit. Varo tekekeh.
“ adek mana?”
“ di kamar mandi!” jawabnya. Robbi mengangguk dan menghidupkan TV. Varo beranjak kedapur dan membawa sebotol coke untuk Robbi.
“ thanks son!” ucap Robbi. Varo mengangguk. Memeluk Robbi.
***
Lila menatap Varo, Robbi dan raka yang datang terengah di lorong koridor rumah sakit. Tatapan Lila getir dan datar pada mereka.
“ dia.. pergi!” lirih lila. varo segera memeluk Lila.
“ Bundaa!!” lirihnya memeluk Lila. lila tersenyum tipis.
“ bunda okay sayang..” ucap lila. robbi mendekat dan mendekap keduanya. Sejujurnya ada kelegaan tersendiri di hati Lila dan Robbi. Bukan maksud jahat, tapi bolehkan mereka bahagia untuk keluarga kecil mereka? tentu bolehkan.
“ dia bilang maaf udah ngusik kita dan semoga kita bahagia..” ucap Lila. robbi dan Varo mengangguk. Varo melepaskan pelukan dan menoleh.
“ sini dek.. kamu keluarga kita!” ajak Varo. Raka menunduk dengan mata memerah menahan tangis lalu berlari menghambur memeluk kami.
Sesederhana itu kisah yang terjalin antara kami.. sejauh apapun atau seluas apapun jarak yang terbentang.. jika memang kamu rumahnya kembali.. maka dia akan kembali.. sesulit apapun rintangan yang siap menghadang didepan mata.
***
Seorang lelaki berwajah tampan itu tersenyum di atas sana. Melihat keluarga kecil itu tersenyum kembali dan berkumpul. Setidaknya dia sudah merelakannya. Setidaknya dia pernah bersama dengan gadis itu. Dan sekarang tugasnya sudah di gantikan.
“ titip Lila bii.. jagain Lila, Varo dan Raka.. juga malaikat yang akan ada didalam keluarga kalian nanti.. sayangi mereka.. sampaikan salam dan maafku pada mereka terutama Varo.. aku kembalikan kebahagiaanmu yang pernah ku pinjam meski tak sepenuhnya..”
Robbi tersentak membuat lila dan Varo juga Raka menatapnya.
“ ayah kenapa?” tanya Varo. Robbi menatap mereka bergantian lalu tersenyum hangat dan lembut. Menggeleng pelan. Memeluk mereka lagi. Mulut Robbi didekatkan di telinga Lila.
“ barusan kayak ada yang bisikin.. rafsa ngembaliin kalian sama aku..” bisik Robbi. Lila menatap Robbi dan tersenyum lebar.
“ tentu.. tanpa dia minta aku akan kembali akrena kamu adalam rumahku!” jawab Lila lembut dan mengecup bibir Robbi. Robbi mengecup keningnya dan mengeratkan pelukannya.
Menatap gundukan tanah basah itu lalu menatap langit langit. Entah mereka yang berkhayal atau memang diatas sana sosok lelaki tampan bernama Rafsa itu tersenyum tulus dan hangat. Yang mereka lakukan hanya balas tersenyum tulus dan berterimakasih dalam hati.
“ bunda.. ayah.. Raka.. eung..” ucapan Raka mengalihkan semuanya. Anak itu polos sekali. robbi menunduk dan menemukan wajah Raka memerah. Semua terkekeh. Robbi menggendong Raka, raka spontang melingkarkan kakinya di pinggang Robbi.
“ laper hmm.. ayo pulang!” ajak Lila geli. merangkul Varo. Mereka terkekeh dan meninggalkan satu jasad yang telah bahagia di alam sana. Tapi yang pasti, Do’a mereka takkan putus.

TAMAT***