Pelecehan seksual itu sedang marak sekali di jaman sekarang.
Entah muda, remaja, tua atau bahkan tua bangka. Dan hari itu...
Seorang anak lelaki tengah di sodomi oleh 3 orang lelaki
besar dan kekar. Si anak hanya bisa menjerit menahan sakit yang di rasakan di
lubang bawahnya yang mengeluarkan darah dan juga cairan milik 3 lelaki itu.
Seluruh tubuhnya sudah memar bahkan berdarah.
“ hiks.. ampun bang.. s-sak.. ahhh... sakit!” isaknya. Namun
tidak ada yang peduli. Mereka terus menggenjot tanpa peduli kalau yang sedang
mereka sodomi adalah anak berusia 14 tahun.
***
Kampus itu sangat ramai dengan satu titik fokus. 3 orang gadis itu saling pandang
tak paham dan juga penasaran.
“ liat yuk!” ajak mereka.
“ yuk.. eh mbak..” panggil Lila yang menahan tangan seseorang.
“ eh ya?” tanyanya dengan wajah pucat dan mual.
“ kenapa?”
“ i-itu ada anak kayak abis kena pelecehan!” jawabnya lalu
wajahnya nampak mual.
“ eh thanks!” ucap Lila sambil melepaskan tangannya. 3 gadis
iu saling pandang dan mengangguk kemudian mendekati kerumunan. Suara suara
makin jelas aja deh. Lila menerobos kerumunan paksa dengan jengkel pasalnya
daritadi mereka cuman bisik bisik tetangga doang lah. Lila dkk sampai didepan,
menatap satu fokus. Anak yang wujudnya kasian banget dan nangis lagi di bujuk
oleh seorang cowok yang bikin Lila menyeringai.
“ ih sumpah ngeri!” ucap seseorang. Lila menoleh dan
mendengus.
“ heh. Bubar sana! Bukannya bantuin malah bikin takut!”
gertak Lila dingin. Mereka menatap Lila namun lalu meringis saat tatapan lila
tajam dan auranya menakutkan. Mereka bubar dengan patuh.
“ eng.. thanks!” ucap cowok yang sedang membujuk anak itu.
Lila menoleh dan mengangguk datar. Lila ikut berjongkok bersama cowok itu dan 2
temannya berdiri di belakangnya.
“ dek.. ayo dek.. ikut mas bentar yuk!” bujuk si cowok
lelah. Lila terkikik mendengarnya. Si cowok menoleh sebal membuat lila bungkam.
“ gue diem loh mas!” jawab lila nyengir. Si cowok mendengus
malas.
“ biar gue sini..” ucap Lila. dan tanpa menunggu jawaban,
lila berdiri dan mendekat membuat anak itu makin meringkuk lemah.
“ ja-jangan!” lirihnya memohon. Lila tersenyum lembut dan
berjongkok didepannya, bau menyengat langsung tercium. Mengelus rambutnya.
Kasar
“ jangan takut sayang.. ikut mbak sama mas bentar yuk..
bersihin badan kamu.. nggak ada yang akan nyekitin kamu kok!” bujuk Lila lembut
dan getir. Anak itu mendongak pada Lila takut. Mengangguk pelan. Lila
tersenyum.
“ mas gendong!” suruh lila girang. Cowok itu membulat lalu
mengangguk pasrah. Mengangkat tubuh anak itu.
***
Lila sampai di rumah mewah milik mas Rafsa, iya lelaki yang
tadi nolongin anak itu. Bersama dua temannya.
“ gue nggak tau elo tetanggan sama mantan crush lo!” ucap
Putri. Lila nyengir lebar. Iya tetangga, orang balkon aja hadap hadapan sama
milik dia kok.
“ lupakan!”
“ tapi gue nggak pernah lihat dia deh di sini!” ucap Nana.
Lila mencibir kepo. Dia menoleh apda Rafsa dan anak itu. Lila merangkulnya.
“ yuk mandi!” ajak Lila. menarik lembut tangan anak itu
menuju kamar mandi. Anak itu berhenti dan memberontak dengan wajah ketakutan.
Lila paham dan berbalik.
“ dengerin.. kamu bisa kayak gini terus.. baju kamu dna
badan kamu kotor.. kamu harus di obati!” ucap Lila. rafsa menghela nafas dan
menggendong tuh bocah ke kamar mandi, bathup.
“ hiks j-jangan!” isaknya. Rafsa mendesah pelan
“ sayang.. look at me.. nggak ada apa apa.. mandi sama
mbak!” bujuk Lila. rafsa meliriknya dan mengangguk. Dia keluar dari sana
meninggalkan lila.
“ ehh.. mas..” panggil Lila. rafsa menoleh.
“ kalau nggak ada pakaian yang agak kecilan, ambilin di
rumah dong.. punya Varo!” ucap lila. rafsa mengangguk kemudian benar benar
keluar rumah itu.
Lalu lila menoleh pada anak itu. Tersenyum miris melihatnya
mengigil ketakutan.
“ bangun bentar sayang.. sini..” ucap Lila. anak itu
mendongak menatap Lila dan lila gemas juga. Jadi dia menarik anak itu duduk di
pangkuannya. Dia duduk di kursi yang dia bawa tadi dari luar. Setelanya dia
menyalakan kran air panas dan dingin bersamaan lalu menunggu penuh. Setelah
penuh, di berinya busa beraroma segar, lavender dan menatap anak itu.
“ mandi ya!” bujuk lila lembut. Menunduk menatapnya. Anak
itu menatap lila takut bahkan badannya kaku. Lila mengusap pipi anak itu dan
mengecup keningnya. Meraih gunting membuat mata anak itu membulat.
“ buat gunting baju kamu!” jelas Lila dna benar, lila hanya
menggunting bajunya bahkan tanpa malu membiarkannya telanjang. Pandangan anak
tu kosong dan hampa sekali. lila membersihkan tubuhnya dari noda noda bekas
eung, pemerkosaan semalam dengan telaten.
***
Selesai, lila menatap anak itu sayang. Pandangannya masih
kosong dan terlihat tampak tak ada kehidupan disana. Lila mengelus kepalanya
sayang dan tersenyum sendu.
“ sayang.. back to earth!” ucap Lila lembut. Anak itu masih
diam saja, lila meringis menatap luka memar di wajah tampan bocah itu. Bahkan
di seluruh badannya.
“ udah la?” tanya Putri mendadak nongol. Lila menoleh dan
mengangguk, mereka nongol dengan nampan di tangannya. Bubur. Lila meraihnya dan
tersenyum tipis.
“ thanks yee..” ucap lila. mereka mengangguk dan meletakkan
teh gelas di atas nakas. Lalu seseorang lagi muncul, Rafsa dan seseorang.
“ ohh.. ada Nyonya besar eh! Siapa yang sakit?” tanya orang
itu. Lila mendengus dan menunjuk anak itu dnegan dagunya. Dokter itu mendekat
dan mengangguk. Memeriksa setiap inci tubuh anak itu dan kesehatannya.
“ trauma aja sama memar dan yah, anusnya terluka lumayan
parah.. gue kasih resepnya dan saleb agar memarnya hilang hilang..” ucap dokter
itu. Lila dan Rafsa mengangguk.
“ thanks loh bang..” ucap Lila nyengir. Sosok dokter didepannya
mengangguk.
“ nope.. tapi, siapa dia?”
“ nggak tau.. kebetulan ketemu di parkiran kampus!” ucap
Rafsa santai. Dokter itu mengangguk.
“ oke.. hati hati.. dia masih rapuh!” ucap dokter itu. Lila
dan rafsa mengangguk.
“ akur kalian.. gue balik kerumah sakit duluan!” pamitnya.
Lila mengangguk bersama Rafsa.
“ hati hati bang!” ucap lila.
Lalu sepeninggalan mereka, Lila duduk di pinggiran kasur dan
meraih bubur. Menatap anak itu dan mengenggam tangannya erat, anak itu
tersentak dan beringsut hendak mundur namun yang ada malah ringisan.
“ jangan banyak gerak.. tubuh kamu memar dan alat vital kamu
terluka, lumayan parah!” ucap lila. anak itu menatap lila takut dengan buliran
bening yang sudah menetes kemudian dengan sayang, lila mengusap pipinya lembut
lalu mengecup pipinya lembut.
“ sini makan dulu sayang..” ucap Lila. anak itu menatap lila
dan mangkuknya lalu mulai tenang. Lila tersenyum dan menyendokkan bubur itu,
meniupnya pelan dan menyodorkannya.
“ ayo makan sayang..” ucap Lila. anak itu membuka mulutnya ragu
lalu melahapnya. Lila tersenyum menatapnya.
***
Malam itu, lila dan Rafsa ada di tepi kolam renang rumah
rafsa. Duduk bersebelahan sambil menatap langit.
“ lo, nggak capek?” tanya Rafsa.
“ engga! Biasa aja napa mas!” gerutu Lila. rafsa menoleh dan
menarik pinggang lila mendekat.
“ lo ngeselin hari ini!” gerutu Rafsa sambil mengecup pipi
Lila. lila terkikik pelan dan mengeliat di pelukan Rafsa.
“ elah.. orang bantuin gendong dia doang!” balas Lila. rafsa
mengangguk.
“ menurut elo.. sampai kapan dia tra..”
BRUK
PRANG
Lila dan Rafsa saling pandang dan berlalu dari sana menuju
dapur. Sesosok bocah berjongkok memunguti pecahan gelas dengan gemetaran.
Bahkan air matanya merembes. Lila dan Rafsa saling pandng lalu mendekat.
“ sayang.. kamu mau ngapain?” tanya lila. rafsa mengangkat
tubuhnya yang mengigil ketakutan di atas bar conter dapur. Lila membereskan
pecahan itu.
“ m-maaf!” isaknya. Lila membuang di tempat sampah dan
membuka kulkas, meraih sekotak jus dan gelas. Menuangkan jus mangga itu lalu
membawanya kepada anak itu.
“ kamu hauskan? Nih!” ucap lila menyodorkan jus itu. Anak
itu menoleh takut pada Lila. rafsa mengelus punggungnya lembut.
“ a-aku alergi mangga!” lirihnya hampir tak terdengar. Lila
mengerjab dan terkekeh pelan.
“ maaf sayang.. kalau jambu?” tawar Lila. anak itu
mengangguk. Lila berbalik mengambil jus yang lain. Menyodorkan anak itu dan
meminumnya hingga tandas. Lila duduk di kursi bar conter dapur bersama Rafsa
sedangkan anak itu di mejanya. Menunduk gelisah.
“ nama kamu siapa?” tanya lila lembut dan meremas jemari
mungil itu. Anak itu mendongak. Berkaca kaca.
“ a-aku R-raka!” ucapnya terbata. Lila tersenyum.
“ nama yang bagus.. Raka!” komentar Rafsa santai.
“ laper ngga?” tanya Lila. raka makin menunduk saat
terdengar bunyi perutnya. Lila dan Rafsa terkikik.
“ oke, karena udah malem sekalian masak buat makan malam
aja.. kamu tunggu sama om itu di ruang tengah ya..” ucap lila lembut. Anak itu
menoleh pada rafsa.
“ yuk!” ajak Rafasa. Menggendong anak itu yang langsung
tersentak. Lila terkekeh pelan. Membuka kulkas dan mengambil beberpaa potong
cheese dan chocolate cake. Lalu camilan dan jus. Membawanya keruang tengah.
“ buat ganjel perut bentar.” Jelasnya
***
Raka kembali dalam mode diamnya dia setelah makan malam.
Mereka sedang nonton Tv dan anak itu nampak menerawang jauh dan badannya
gemetar sedikit.
“ sayang..” panggil lila sambil menepuk bahu Raka. Raka
menoleh kaget. Wajahnya bahkan agak pucat. Lila tersenyum dan menarik Raka
kedalam pangkuannya.
“ kamu jangan ngelamun.. kesambet entar!” gurau Lila. raka
hanya menunduk tak menanggapi gurauan Lila. lila mengelus rambut Raka pelan,
Rafsa ada di ruang kerjanya mengerjakan tugas tugas perusahaan yang agak
terbengkalai karena kesibukan kampus mereka. lila menarik kepala Raka kedalam pelukannya.
“ kamu kenapa? Cerita sama tante.. siapa tau nanti agak lega
dan baikan.. meski yah tante bukan pendengar yang baik!” jawab Lila. raka
mendongak pada lila dan memeluk Lila. terisak pelan membuat Lila tersenyum
kecil dan mengelus punggungnya sayang.
***
Setelah insiden tangis tangisan semalam, Raka ketiduran di
pelukan lila dan sampai pagi ini akhirnya Raka tidur bareng lila dan Rafsa.
Lagian lila nggak tega biarin Raka tidur sendirian dan berakhir teriak teriak
trauma tengah malem. Kayak semalem dan untungnya tenang dengan cepat. Lila
menatap Raka dari pinggiran ranjangnya. Raka masih terlelap dengan pulas dan
wajah polosnya.
“ gue bolos deh yang.. nggak tega ninggalin Raka sendirian!”
ucap lila. Rafsa tersenyum dan mengangguk.
“ yaudah elo mandi, gue siapin sarapan!” ucap lila.
“ iya bawel!” jawab Rafsa. Memeluk pinggang Lila agar
merapat dan mengecup kening kemudian bibirnya sekilas. Lila terkekeh pelan.
“ kesempitan!” gerutu Lila. rafsa tertawa dan mengecup pipi
lila sebelum berlalu dari sana.
***
Raka turun ke lantai 1 masih dengan langkah kaki ngakang
yang sebenarnya nggak lucu banget tapi lucu sih. Wajahnya masih agak meringis
kesakitan gitu. Rafsa sigap mendekat dan menggendongnya.
“ masih sakit ya?” tanya Rafsa.
“ s-sedikit om..” jawabnya dengan ringisan dan itu artinya
bokis. Masih sakit banget berarti. Rafsa hanya tersenyum dan mengelus kepalanya
sayang.
“ morning honey!” sapa Lila lembut pada Raka. Raka mendongak
dan wajahnya memerah.
“ e-eung..” dia salah tingkah membuat Lila dan Rafsa terkekeh.
Lila mengelus kepala Raka setelah meletakkan nasi goreng di depan rafsa.
“ mau roti apa nasi goreng sayang?” tanya Lila. raka
mendongak dengan tatapan lucu. Meski tidak berbinar seperti kebanyakan dan
malah redup, setidaknya nggak semati kemarin.
“ n-nasi goreng tante!” jawabnya lirih. Lila mengangguk dan
menyentongkan nasi goreng ke piring didepan Raka. Lalu telur ceplok.
“ makan yang banyak!” ucap Lila. raka mengangguk pelan dan
meminum susu di sebelahnya lebih dulu.
***
Hanya ada Raka yang duduk di sebelah lila sekarang. Mereka
nonton Tv, ups salah. Tepatnya Raka doang yang nonton. Lila mantengin
lapropnya.
“ kamu keturunan Liam ya?” tanya Lila tiba tiba. Raka
tersentak kaget lalu menunduk dan meremas jemarinya. Lila menoleh dan mengelus
tangan Raka.
“ tante turut berduka soal keluarga kamu.. kamu kuat kok..
ada tante dan om disini!” ucap Lila. raka mendongak berkaca kaca.
“ tante.. kenapa tante baik sama Raka?” tanya Raka. Lila
tersenyum.
“ karena tante sayang dan peduli sama Raka.. jadi Raka
jangan sungkan sama tante atau om!” jelasnya. Raka makin mengeratkan pelukannya
pada Lila dan meringis pelan.
“ itu kamu masih sakit?” tanya Lila. raka mengangguk lirih.
“ sini di kasih salep lagi!” ucap lila. dan.. wajah Raka
memerah.
“ m-malu te..” jawabnya.
“ lalu kemarin pas tante mandiin kamu.. apa kabar coba?”
gurau Lila. raka cemberut membuat lila terkekeh. Dia meletakkan Raka di sofa
dan membaringkannya dengan telungkup. Kemudian melepaskan celana Raka membuat
Raka menenggelamkan kepalanya dalam dalam di bantalan sofa. Lila terkikik pelan
kemudian berjalan menjauh mengambil salep tersebut. Setelahnya lila kembali dan
mengoleskan salep dingin itu di lubang Raka. Raka merintih sesekali.
“ nah finish!” jawab lila sembari memakaikan kembali celana
Raka. Lila mengusap rambut Raka sayang. Raka masih menyembunyikan wajahnya di
bantal.
“ sakit banget ya sayang?” tanya Lila.
“ hiks.. perih te..” isaknya. Bahunya bergetar pelan membuat
lila menatapnya getir.
“ tahan ya sayang!” bisik Lila. raka masih terus merintih
sampai akhirnya kesadarannya perlahan hilang. Dia jatu terlelap bukan pingsan.
***
BRUG
“ sial!” umpatan itu membuat Rafsa mendongak dan berdecak
sinis mengetahui siapa sosok didepannya. Sama seperti sosok yang juga
menatapnya tak suka didepannya.
“ minggir!” sengit sosok itu. Rafsa mendengus dan memberi
ruang agar bisa lewat. Sosok itu menabrak bahu Rafsa keras.
“ anjrit lo!” umpat Rafsa. Sosok itu berhenti dan menoleh
sedikit.
“ katakan itu pada diri lo.. PHO!” desisnya.
“ gue bukan PHO anjing!”
“ yes.. you’re. Lo udah merusak hubungan gue dan lila!”
desisnya membuat sebersit rasa bersalah dalam diri Rafsa.
“ bii.. gue..”
“ simpan bualan lo anjing!” kemudian berlalu begitu saja.
“ lila sayang sama elo..” bisik Rafsa. Sosok itu terhenti
dan tangannya terkepal kuat.
“ apa dengan sayang aja cukup? Nyatanya meski kami saling
sayang, dia nggak memperjuangkan gue!” desisnya sinis kemudian benar benar
pergi dengan senyum getir di wajah tampannya. Namanya Daerobi Mahameru Jibran.
Mantan crush onnya nyonya besar Parameswara.
***
Lelaki tampan itu memejamkan matanya menikmati hembusan
angin yang menerpa wajahnya. Dia mendesah pelan dengan senyum getir di
wajahnya.
Apa arti semua
kebersamaan yang akhirnya berakhir kosong ini.. membuat rongga itu kian
menganganga lebar dan membuat semakin sulit tertutup rapat..
Apa elo bahagia la?
Gue selalu berharap elo bahagia.. dan kalau elo tanya apakah gue bahagia..
jawabannya adalah gue nggak tau apakah gue masih bisa bahagia selepas semua
yang terjadi..
***
Lila tersenyum saat sebuah tangan melingkar manis di
pinggangnya. Tanpa dia menoleh, dia tau siapa yang tengah memeluknya seperti
itu.
“ masak apa hmm?” tanya Rafsa. Lila menunjuk ikan di
westafel.
Lalu hening...
“ lepas!! Gue mau masak!”
“ biar gini bentar aja!” ucapnya. Lila mendnegus malas.
“ tadi gue ketemu dia..” jelas Rafsa tubuh Lila sontak
menegang. Lalu mendengus pelan.
“ masalalu.. nggak usah di bahas!” ketus Lila. rafsa
merasakan dengan jelas perubahan pada Lila dan mendesah pelan. Mengecup puncak
kepala Lila dengan sayang.
“ maaf!” bisik Rafsa kemudian melepaskan pelukannya dan
menjauh. Membuka kulkas dan mengambil apel hijau didalamnya.
***
Lila memandang jauh kedepan, menatap cincin yang melingkar
di jari manisnya. Cincin pertunangannya dengan Rafsa. Menatap jauh kedepan di
mana semua kesalahan itu.
Maaf bii.. bukan gue
nggak mau memperjuangkan kita.. hanya saja, mungkin ini memang yang terbaik..
maaf menyakiti elo.. maaf ngebuat elo lagi lagi merasa sendiri dan di
tinggalkan.. semoga elo bahagia selalu.. gue selalu berdo’a yang terbaik
untukmu..
Setetes butiran bening mengalir di pipinya. Rindunya..
Varo.. alvaro Keynan.. anaknya dan Robbi.. meski bukan anak
kandung. Tapi dialah yang menentang keras pertunangan Lila dan Rafsa meski
Robbi sudah memberi pengertian. Sampai akhirnya 3 bulan yang lalu setelah
pertunangan itu, Varo meminta pindah ke Aussey bersama Oma dan opa Jibrannya.
Butiran bening itu menetes bersama butiran yang lain..
Sunny.. bunda kangen..
batinnya sendu
***
Di sebuah tempat yang jauh.. beribu ribu mill jauhnya.
Seorang remaja duduk termenung di balkon kamarnya. Tersenyum getir dengan
pandangan jauh ke angkasa. Dia bahkan tak menyadari seorang lelaki tampan masuk
dan mendekatinya. Mengelus bahunya pelan. Dia tersentak.
“ uncle tumben pulang!” ucapnya sambil menoleh. sosok Leon,
abang lila tersenyum.
“ kangen sama keponakan abang.. kamu apa kabar? Seneng
disini?” tanya Leon.
“ seneng bang! Mereka asik!” jawab remaja itu antusias. Leon
menatap matanya dan tersenyum lirih.
“ masih marah karena bunda milih sama Om Rafsa di bandingkan
sama ayah hm?” tanya Leon. Varo membuang muka dan berdecak.
“ Varo nggak mau ngebahas apapun soal itu!” ketusnya. Leon
duduk di sebelah Varo dan mengelus bahunya.
“ kamu nggak kangen sama bunda dan Ayah?” tanya Leon.
“ buat apa? Kangen sama orang egois..!” ketusnya.
“ tapi Om rafsa juga baik loh..” ucapnya.
“ kalau om kesini cuman mau bujukin Roo buat balik mending
nggak usah!” ketusnya tegas. Leon mendesah dan menyandarkan kepala Varo
didadanya.
“ kamu tau engga.. ayah minggu kemarin kekantor om.. nanyain
kamu gimana!” ucap Leon. Tatapan Varo jadi sendu.
“ apa ayah baik baik aja?”
“ mungkin tak pernah sebaik saat ada kamu!” jelas Leon.
“ varo kangen ayah sama bunda.. kangen mereka bareng..”
lirihnya. Leon paham perasaan Varo. Dia bukan tidak bisa menerima Rafsa, hanya
saja Varo memang tidak ingin ayahnya di gantikan siapapun. Dia hanya ingin
Robbi dan Lila. hanya mereka bukan orang lain.
***
Rafsa di tempat yang sama namun ruangan yang berbeda
mendesah pelan. Dia tau Tunangannya itu terpaksa menuruti keinginan
orangtuanya. Bahkan rela melepaskan anak semata wayangnya. Dan juga rela
melepaskan kekasihnya. Rafsa merasa jahat. Meski sejujurnya dia mencintai Lila,
tapi apakah dia terlalu egois mengorbankan orang banyak demi kepentingannya.
Meski Lila tak pernah mengeluh, namun dia tau. Lila sedikit tersiksa dengan
semuanya.
***
Seminggu...
Lila berjalan tergesa dengan Raka di sebelahnya. Mengenggam
tangan Raka, bersyukurlah Raka sudah baikan. Lila mengambil kartu apartemen dan
menekan password. Setelah pintu terbuka, dia masuk bersama Raka dan tak lupa
menutupnya.
“ sayang.. kamu duduk aja! Tante kekamar sebentar!” pamit
Lila. raka mengangguk. Lila membuka pintu kamar dan mendesah pelan. Di sana, di
ranjang besar kamar itu, seorang lelaki tampan dengan wajah pucatnya tengah
terlelap. Rasa bersalah merayapinya lagi. Dia mendekat dan duduk di sampingnya.
Tak menyadari butiran bening menetes dari kedua sudut matanya. Tangannya
terulur menyentuh dahi lelaki itu.
“ sayang maaf.!” Bisik lila sendu. Dahi lelaki itu panas
sekali, maka Lila hendak mengambil kompres namun tangannya tertahan. Dia
menoleh, Robbi menatapnya sendu juga. Ada luka di mata itu.
“ temenin gue!” ucapnya lirih bahkan nyaris tak terdengar.
“ gue ambil kompresan bentar!” ucapnya. Robbi menggeleng tak
setuju.
“ Plis! Bentar aja! Gue kesini juga tadi ngajak anak orang!”
ucap Lila. robbi menyipit.
“ bukan Rafsa..!” jawabnya. Robbi mengangguk pasrah dan
melepaskan genggamannya membiarkan Lila menemui ‘anak orang’ dan mengambil
kompresan.
Tak lama, Lila masuk bersama seorang remaja berusia entah
berapa mungkin 13 tahun karena badannya kecil. Dia mengernyit sedangkan anak
itu menunduk takut takut.
“ dia siapa?” tanya Robbi. Berusaha bangun namun malah
pusing menderanya. Lila menatapnya khawatir.
“ jangan bangun.. makan, minum obat lalu tidur!” bujuk lila.
robbi menatap lila. mendengus pelan.
“ pliss!” jawabnya memohon. Robbi mengangguk pasrah.
“ boy,. Kemari!” suruh Robbi. Raka mendekat ragu dan naik ke
tempat tidur dan duduk di sebelah Robbi.
“ nama kamu siapa?”
“ Ra-raka om!” jawabnya lirih. Robbi tersenyum.
“ nama om Robbi.. jangan takut..” ucap Robbi lembut. Lila
mengulum senyum sendu melihatnya. Raka tersenyum dan memeluk Robbi, robbi
tersentak namun tersenyum dan mengelus bahu Raka.
“ om punya anak seumuran kamu!” lirih Robbi saat Raka sudah
melepaskan pelukannya dan tiduran di sebelah Robbi.
“ siapa om? Dia dimana?” tanya Raka antusias. Sesaat lila
takjub, secepat ini dia akur dengan Robbi.
“ dia pergi jauh.. karena suatu alasan!” jawab Robbi sambil
melirik lila yang meringis. “ namanya Alvaro Keynan..”
“ kok mirip sama anaknya tante!” jawabnya polos. Robbi
terkekeh miris. Lila meletakkan kompresan di dahi Robbi.
“ benarkah?” raka mengangguk antusias.
“ namanya sama.. apa om dan tante orangtuanya?” tanyanya
polos.
“ ahhh.. maaf!” lirih Raka saat tau dia salah. Robbi
mendesah pelan.
“ iya... orangtua itu kami..”
“ terus kenapa om dan tante pisah? Malah tante sama Om
Rafsa?” tanyanya bingung. Robbi terkekeh
pelan miris.
“ ada sebuah alasan.. udah kamu nemenin om bobo disini..”
jelas Robbi. Raka mengangguk polos.
“ ahhh.. om sakit.. maaf!” ucap Raka sendu. Robbi menggeleng
dan menarik kepala Raka mendekat kearahnya. Setetes butiran bening menetes di
sudut mata Robbi. Lila menangkapnya dan membuang muka. Sendu!
***
Robbi menatap wajah polos Raka dengan pandangan kosong.
“ gue kangen Varo!” lirih lila dan Robbi bersamaan. Keduanya
saling pandang dan terkekeh miris.
“ maaf!” lirih Lila akhirnya. Robbi bangun dan menatap lila.
memeluk Lila. saat itu tangisan Lila pecah dan isakan lila mendominasi ruangan
itu. Robbi ikut menangis.
“ gue sayang elo.. gue harap elo bahagia sayang!” ucap
Robbi. Lila mengeratkan pelukannya dan menggeleng keras.
“ gue mau sama elo.. gue sayang elo.. hiks!” isakan Lila
membuat hati Robbi teriris.
“ gue juga maunya kek gitu..”
“ gue akan minta Rafsa membatalkan smeua ini.. gue mau sama
elo..”
“ elo akan menyakiti dia sayang..”
“ tapi kalau engga.. kita bertiga yang tersakiti.. lo nggak
tau gimana rasanya jadi gue.. gue.. gue.. gue benci diri gue!” isak Lila. robbi
memeluk Lila erat.
“ udah.. gue yakin elo bahagia sama dia!” bisik Robbi. Lila
hanya terisak pelan tak menanggapi.
***
Rafsa tidak buta untuk melihat bagaimana besar cinta Lila
dan Robbi. Dia sungguh tidak buta. Dia melihatnya dnegan jelas. Hanya saja dia
terlalu egois.
Apakah aku nggak bisa
bahagia di sisa umur gue yang tersisa? Batinnya miris dan egois.
***
Lila membuka kamarnya dan Rafsa. Sudah pukul 7 malam dan dia
baru pulang dari apartemen Robbi. Raka menginap disana atas kemauan sendiri dan
kemauan Robbi. Lila menyipit melihat seseorang yang terlelap di kasur. Dia
mendekat dan duduk di tepi kasur. Wajahnya pucat.
“ mas..” panggil Lila tangannya terulur mengelus dahi Rafsa.
Rafsa mengerang dan mengerjab pelan. Menatap lila sendu.
“ udah minum obat?” tanya Lila. rafsa menggeleng lemah. Lila
mendesah pelan.
“ gue ambil makan sama minum dulu..” pamitnya kemudian
berdiri dan keluar.
Tak lama Lila muncul dengan sepiring makanan dan jus serta
air putih. Duduk di tepi kasur dan menyuapi Rafsa.
“ gimana kuliah hari ini?” tanya Lila. Rafsa menggedikkan
bahunya acuh sembari mengunyah.
“ biasa aja.. nothing spesial!” jawabnya malas. Lila
tersenyum dan mengusap sudut bibir Rafsa yang belepotan. Lila tersenyum geli.
“ Robbi baikan?” tanya Rafsa lirih.
“ yah.. better sih.. Raka nginep disana!” jelasnya. Rafsa
menaikkan sebelah alisnya dan mengangguk.
Mereka berbincang sembari Lila menyuapi Rafsa kemudian
menyodorkan obat pada Rafsa yang segera di minumnya. Mereka berbaring
bersebelahan.
“ la..” panggilnya.
“ hmm..” jawab Lila. rafsa menunduk menatap Lila sendu.
“ maaf misahin elo sama Robbi..” lirihnya. Lila hanya
tersenyum lembut.
“ it’s okay.. bukan masalah besar!” jawab Lila.
“ tapi gue nyakitin kalian!” jawabnya.
“ gue tau.. udahlah.. biar aja smeuanya ngalir kek gini..”
ucap Lila mengelus rambut Rafsa kemudian menariknya kedalam pelukannya. Nafas
Rafsa memberat kemudian tenang dan teratur. Dia terlelap.
Lila menatap Rafsa yang terlelap dengan sendu.
Kalau bukan karena
permintaan orangtua elo.. gue nggak akan mau begini sejauhnya.. kuat ya.. batin
Lila pada Rafsa
***
Seorang remaja tampan nampak tergesa berjalan keluar dari
terminal Internasional. Mengenakan Ranselnya dan memakai Raybannya. Dia tampak
keren dan tampan serta cool disaat bersamaan. Dia baru saja mendapat info dari
Omnya kalau Ayahnya sakit dan dia tidak bisa membiarkan ayah terseayangnya
sakit.
***
Klik
BRAK
Robbi dan Raka yang sedang nonton TV langsung tersentak
mendengar bantingan pintu. Mereka menoleh dan namun lebih dulu seseorang
menubruknya kedalam pelukannya. Robbi menegang sebelum matanya membulat dan
berkaca kaca.
“ Varo..” lirihh Robbi sambil membalas memeluk Varo.
“ iya,. Ini varo ayah.. ayah sakit? Mana yang sakit? Udah ke
dokter?” tanya Varo beruntun panik. Raka hanya melongo dan Robbi tersenyum
senang.
“ kamu pulang karena khawatir sama ayah?” tanyanya. Varo
mengangguk menatap Robbi. Matanya berkaca kaca.
“ maafin Varo ayah!” ucapnya sendu. Robbi menggeleng dan
menangkup putra tunggalnya itu. Mengecup keningnya sayang.
“ ayah yang salah.. ayah baik baik aja.. cuman demam tadi
dan sedikit kurang istirahat.. tadi bund..” ucapan Robbi terpotong dan menatap
Varo.
“ bunda kesini?” tanyanya.
“ ya.. bunda yang ngerawat Ayah tadi.” Jawabnya. Varo
tersenyum sendu.
“ ahhh.. Varo kangen bunda dan Ayah..” lirihnya memeluk
Robbi. Air matanya menetes. Namun sesaat dia menyipit.
“ heh, elo siapa?” tanya Varo pada Raka yang memucat. Dia
melepaskan pelukannya dan menatap tajam Raka. Robbi menoleh.
“ dia, Raka... bunda nemuin dia di kampus dan.. ceritanya
panjang.. nanti ayah ceritain!” jelasnya. Varo mendengus dan mengangguk.
Tangannya terulur menepuk puncak kepala Raka.
“ jangan takut.. gue Varo..” ucap Varo berusaha ramah. Raka
merapat pada Robbi takut.
“ o-om..” lirihnya. Robbi terkekeh geli saat Varo cemberut.
Dia mengangkat Raka kedalam pangkuannya.
“ jangan takut.. dia anak Om dan tante.. dia baik kok!” ucap
Robbi. Raka menatap Varo lucu.
“ ihh.. umur berapa sih.. unyu banget!!” gemas Varo mencubit
pipi Raka.
“ kelas 2 SMP!” jelasnya. Varo membulat lalu mengangguk dan
tersenyum.
“ jadi adek Varo kan?” tanyanya berbinar.
“ yahh..” jawab Robbi sekenanya. Varo berteriak girang dan
memeluk Raka membuat Raka tersentak kaget.
“ a-abang!” lirihnya.
“ KYAA!! LUCUU!!” teriaknya gemas. Robbi terkikik geli.
***
BRAK
“ ANAK GUEE!!” teriak Lila antusias. Varo menoleh dan
berlari memeluk Lila.
“ bunda...! Varo kangen!!” rengeknya. Lila menangis dalam
diam.
“ bunda juga kangen banget sama abang.. hiks.. doh, bunda
cengeng!” gumam Lila. varo terkikik namun air matanya mengalir. Raka dan Robbi
hanya menatap mereka.
“ Bunda.. Varo minta maaf.. udah jadi anak durhaka!”
lirihnya. Lila tertawa sendu dan menggeleng.
“ bunda yang egois sayang.. kamu engga salah!” jelas Lila.
varo mengangguk.
“ emang bunda yang salah kok!” jawabnya enteng.
Plak
“ kurangajar!” desis Lila. robbi tertawa mendengarnya. Varo
meringis mengelus kepalanya yang di toyor Lila.
“ bunda ih! Nanti Varo bego!” gerutunya
“ nggak akan!!” balas Lila. dia kemudian menangkup wajah
varo dan menatapnya sendu. Mengecup kening Varo sayang.
“ bunda kangen bangettt!!” lirih lila bersama butiran bening
yang menetes. Varo tertegun lalu tersenyum dan mengecup kening Lila.
“ iya bunda.. varo juga dan Varo maaf udah buat bunda dan
ayah terluka!” jelasnya. Lila menggeleng dan kembali memeluk Varo dalam suasana
haru biru.
Melupakan satu hal..
***
Rafsa menatap sendu pemandangan didepannya. Dia merasa tak
di anggap, wajar kok. Dia memang bersalah. Rencananya dia mengantar Lila
bertemu Varo sekaligus minta maaf. Nyatanya malah yang terjadi membuatnya nyeri
sekali.
“ rafsa!” panggilan kaget itu. Rafsa menoleh menatap Robbi
yang kaget dengan kehadirannya. Dua sosok yang sedang saling melepas rindu itu menoleh.
lila menepuk dahinya dan varo mengerut tak suka.
“ ahh.. masuk mas!” ucap Lila. rafsa menatap varo
“ en—engga deh.. gue balik aja!” pamitnya getir. Kemudian
berbalik dengan cepat. Memasuki lift dan menekan nomor paling bawah. Dadanya
sesak dan kepalanya pening.
Pliss jangan kumat
disini.. pliss.. batinnya menguatkan.
***
Lila dan Robbi saling pandang. Mereka berdiri dengan cepat.
“ kejar dia!” ucap keduanya serempak.
“ HAH!” varo melongo kaget. Apalagi kedua orangtuanya
langsung keluar meninggalkan Raka dan varo. Raka mendekati Varo yang takjub.
“ bang.. abang!” panggil Raka. Varo menunduk dengan tampang
cengo.
“ abang mau ikut ngejar Om Rafa?” tanyanya.
“ uh.. harus?” tanyanya bego.
“ Raka nggak tau..” jawabnya polos. Varo merangkul Raka.
“ yaudah yuk!” ajaknya. Raka mengangguk. Anak yang hanya
setinggi dadanya itu nampak mungil dan ringkih di pelukannya.
***
TOK TOK TOK
“ sa.. buka saa!” panggil Robbi mengetuk mobil Rafsa. Rafsa
menoleh kaget.
“ buka cepetn!” ucap Robbi. Rafsa meringis pelan mencengkeram
stir mobilnya kuat. Antara kaget dan sakitny.
“ gue pecahin akcanya kalau engga di buka!” sungut Robbi
mulai hilang kesabaran. Kepala Rafsa berkunang dan dngan sisa tenaga membuka
locknya lalu gelap.
Robbi dan Lila melonjak mendengar klakson itu berbunyi.
Membuka pintu mobil dan mengangkat kepala rafsa yang menangkup di stir mobil.
Darah menetes dari hidungnya.
“ pindah pindah.. bawa kerumah sakit!” ucap Lila panic.
Robbi mengangguk. Mengangkat dengan hati hati tubuh Rafsa dan memindahnya
kebelakang. Lalu masuk di susul lila. namun Varo dan Raka malah nongol.
“ ayah kenapa?” tanyanya kaget.
“ ayah nitip Raka.. ayah sama bUnda kerumah sakit!” jelas
Robbi. Varo mengernyit lalu mengangguk.
“ oke..”
Lalu dengan seenkanya mobil melaju meninggalkan Varo dan
Raka yang bingung dan saling pandang.
***
Lila dan Robbi menghela nafas berat. Mendengar penjelasan
dokter kalau penyakit Rafsa sudah semakin parah. Mereka memandang wajah Rafsa
yang kian kurus dengan sendu.
“ jaga dia baik baik yang..” ucap Robbi. Lila mengangguk
pasrah.
“ baiklah..” ucapnya. Robbi tersenyum dan mengecup kening
Lila.
***
“ ayah.. Om Rafsa kenapa?” tanya Varo saat Robbi masuk
kedalam apartemen. Robbi menoleh dan tersenyum. Mengecup kening Varo.
“ dia sakit.. KO Stadium akhir..” jelasnya. Varo mengerjab
lalu ternganga kaget.
“ itu sebabnya ayah dan bunda memutuskan berpisah..
setidaknya kami hanya ingin Rafsa bahagia!” ucapnya. Varo tersenyum getir dan
memeluk Robbi.
“ maafin varo!” ucapnya. Robbi menggeleng.
“ nope sayang.. besok kita pulang kerumah!” varo membulat.
“ kenapa?”
“ ayah udah lama ninggalin rumah sejak kejadian itu.. ayah
juga sama egois sebelumnya kok .. sama kayak kamu.. itu sebabnya ayah kabur
kemari!” jelasnya. Varo nyengir menatap Robbi.
“ pantesan!” gumam Varo. Robbi menyipit. Varo tekekeh.
“ adek mana?”
“ di kamar mandi!” jawabnya. Robbi mengangguk dan
menghidupkan TV. Varo beranjak kedapur dan membawa sebotol coke untuk Robbi.
“ thanks son!” ucap Robbi. Varo mengangguk. Memeluk Robbi.
***
Lila menatap Varo, Robbi dan raka yang datang terengah di
lorong koridor rumah sakit. Tatapan Lila getir dan datar pada mereka.
“ dia.. pergi!” lirih lila. varo segera memeluk Lila.
“ Bundaa!!” lirihnya memeluk Lila. lila tersenyum tipis.
“ bunda okay sayang..” ucap lila. robbi mendekat dan
mendekap keduanya. Sejujurnya ada kelegaan tersendiri di hati Lila dan Robbi.
Bukan maksud jahat, tapi bolehkan mereka bahagia untuk keluarga kecil mereka?
tentu bolehkan.
“ dia bilang maaf udah ngusik kita dan semoga kita
bahagia..” ucap Lila. robbi dan Varo mengangguk. Varo melepaskan pelukan dan
menoleh.
“ sini dek.. kamu keluarga kita!” ajak Varo. Raka menunduk
dengan mata memerah menahan tangis lalu berlari menghambur memeluk kami.
Sesederhana itu kisah
yang terjalin antara kami.. sejauh apapun atau seluas apapun jarak yang
terbentang.. jika memang kamu rumahnya kembali.. maka dia akan kembali..
sesulit apapun rintangan yang siap menghadang didepan mata.
***
Seorang lelaki
berwajah tampan itu tersenyum di atas sana. Melihat keluarga kecil itu
tersenyum kembali dan berkumpul. Setidaknya dia sudah merelakannya. Setidaknya
dia pernah bersama dengan gadis itu. Dan sekarang tugasnya sudah di gantikan.
“ titip Lila bii.. jagain Lila, Varo dan Raka.. juga malaikat yang akan
ada didalam keluarga kalian nanti.. sayangi mereka.. sampaikan salam dan maafku
pada mereka terutama Varo.. aku kembalikan kebahagiaanmu yang pernah ku pinjam
meski tak sepenuhnya..”
Robbi tersentak membuat lila dan Varo juga Raka menatapnya.
“ ayah kenapa?” tanya Varo. Robbi menatap mereka bergantian
lalu tersenyum hangat dan lembut. Menggeleng pelan. Memeluk mereka lagi. Mulut
Robbi didekatkan di telinga Lila.
“ barusan kayak ada yang bisikin.. rafsa ngembaliin kalian
sama aku..” bisik Robbi. Lila menatap Robbi dan tersenyum lebar.
“ tentu.. tanpa dia minta aku akan kembali akrena kamu
adalam rumahku!” jawab Lila lembut dan mengecup bibir Robbi. Robbi mengecup
keningnya dan mengeratkan pelukannya.
Menatap gundukan tanah basah itu lalu menatap langit langit.
Entah mereka yang berkhayal atau memang diatas sana sosok lelaki tampan bernama
Rafsa itu tersenyum tulus dan hangat. Yang mereka lakukan hanya balas tersenyum
tulus dan berterimakasih dalam hati.
“ bunda.. ayah.. Raka.. eung..” ucapan Raka mengalihkan
semuanya. Anak itu polos sekali. robbi menunduk dan menemukan wajah Raka
memerah. Semua terkekeh. Robbi menggendong Raka, raka spontang melingkarkan
kakinya di pinggang Robbi.
“ laper hmm.. ayo pulang!” ajak Lila geli. merangkul Varo.
Mereka terkekeh dan meninggalkan satu jasad yang telah bahagia di alam sana.
Tapi yang pasti, Do’a mereka takkan putus.
TAMAT***