Pengunjung

Rabu, 13 April 2016

Erlangga



Semua penghuni koridor langsung hening saat seorang remaja berusia 17 tahun menginjakkan kakinya di koridor. Tatapan kagum, suka, sayang, iri bahkan tergila gila nampak di wajah hampir sebagian besar penghuni sekolah itu. Sedangkan remaja itu hanya melangkah dengan tenang, santai seolah semua itu tak kasat mata. Wajahnya dingin, tatapannya menusuk dan wajahnya datar. Wajah bak dewa yunani dengan mata hitam yang mampu membuat siapapun terintimidasi. Dia melangkahkan kakinya menuju ruang kelasnya, XI IPA 1. Duduk di bangkunya dengan acuh mengabaikan tatapan kaget orang orang dan memasang headset.
“ e-lang..” lirih seseorang gugup. Sosok yang di panggil Elang, atau tepatnya Erlangga Bintang Avery itu tetap acuh, bahkan melirikpun tidak.
“ E-elang..” panggilnya lagi. Akhirnya Elang menoleh dan menatap datar orang yang menganggunya. Orang itu tergagap kaget, wajahnya memerah dan langsung menunduk. Elang menaikkan sebelah alisnya aneh.
“ b-boleh ak-aku duduk disini? B-bangku y-yang lain penuh!” ucapnya takut. Elang mengulas senyum tak kentara. Dia mengangkat bahhu tanda terserah.
“ m-makasih!” ucap orang itu. Mata bulat dan coklatnya menatap Elang senang. Elang tertegun sesaat sebelum kembali duduk di bangkunya. Selain terkenal dingin, cerdas, disegani, dia juga jarang berbicara. Sosok itu duduk disebelah Elang dan menatap Elang. Elang dapat merasakannya dari ekor matanya. Saat dia menoleh, wajah imut itu tergagap dan memerah. Elang menaikkan sebelah alisnya.
“ eung.. i-itu.. ak-aku Rey..” ucapnya gagap. Elang menatap Rey lama membuatnya gugup dan makin memerah. Elang terkekeh kecil. Rey terpana, bahkan dia tak peduli kalau dia melongo. Tangan elang terulur menepuk puncak kepala Rey.
“ gue tau!” jawabnya singkat sebelum menatap kedepan dan kembali mendengarkan headsetnya. Rey ternganga dan mengerjab takjub dengan suara Bass yang keluar dari mulut Elang. Dia menggoyangkan lengan elang membuat Elang terganggu.
“ suara elang keren.. bikin ngiri!” ucapnya poloss. Elang tergelak, saat itu Rey tersadar dan menutup mulutnya dengan wajah memerah dan membuang muka. Memang, suara Rey tidak terlalu berat. Bahkan terkesan sedikit cempreng untuk ukuran cowok.
“ ekhem ekhem..” deheman keras itu membuat Elang dan Rey menatap kedepan. Seorang wanita berstatus guru, menatap mereka dan tersenyum tipis.
“ bisa minta perhatian sebentar gays.. ibu akan mengenalkan diri ibu didepan..” jelasnya. Rey mengangguk cepat sedangkan Elang mendengus. Guru baru itu mengangguk ramah.
“ oke gays.. sebelumnya saya adalah guru baru Matematika.. kalian bisa panggil saya Miss Lila.. saya menggantikan pak Dibyo yang di mutasi keluar kota..” jelasnya singkat dan padat.
“ Miss.. apa anda single?” celutuk seseorang. Lila, guru baru itu terkekeh kecil.
“ ya.. saya single ..” semua kaum adam langsung berbinar namun ada satu yang nampak geram..
BRAK
Semua mata menatap satu titik, Elang dengan wajah datarnya. Namun matanya berkilat sesuatu. Lila terkekehh tanpa suara.
“ but i’m have engaged..” jelas Lila. mereka langsung mendesah kecewa.
“ and i have a son..” tambahnya lagi. Mereka makin kecewa.
“ oke oke.. sebagai awalan.. mari kita mulai dengan perkenalan..” jelas Lila.
Sedangkan di bangku belakang, Rey menatap Elang bingung.
“ Elang kenapa?” tanya Rey heran. Elang menoleh dan menggeleng pelan.
“ Miss Lila cantik banget ya.. beruntung banget deh yang jadi tunangan dan anaknya!” ucapnya ngelantur dengan pandangan menerawang. Elang terbatuk kecil membuat elang mengernyit dan mendesah pelan.
“ Erlangga Bintang Avery!” panggilan itu menghentikan ucapan Rey. Elang mengangkat tangannya dan menatap tajam pada guru Baru yang kini menyeringai.
Rey hanya mengernyit tak paham dengan situasi.
***
Rey menatap langit yang menjatuhkan butiran butiran air yang menyebabkan dia tidak bisa pulang. Dia tertahan di sekolah hampir satu jam sejak bel pulang berbunyi. Dia cemberut sambil memeluk tasnya, udara dingin membuatnya lama kelamaan kedinginan.
PLUK
“ AAAA..” teriaknya kaget.
“ hey Rey..” sapaan bernada lembut itu membuat Rey menoleh dan tergagap.
“ Ugh Miss Lila..” gerutu Rey tanpa sadar. Lila terkekeh kecil.
“ kenapa belum pulang? Ugh ujan sih ya..” gumamnya sambil terkekeh saat menyadari kebodohannya.
“ Miss sendiri kenapa belum pulang?” tanya Rey.
“ ada beberapa hal yang harus saya kerjakan di sekolah Rey.. mau bareng Rey?” tawar Lila. rey menatap Lila ragu.
“ nggak deh Miss.. ngerepotin nanti!” tolaknya tak enak. Lila terkekeh.
“ nggak papa ayo.. saya anter kamu duluan sebelum pulang.. daripada disini sendirian, kayaknya juga hujannya lama..” paksa Lila menarik Rey berdiri. Rey terdiam dan mengangguk pasrah.
Keduanya melangkah menuju parkiran mobil, beruntungnya ada kanopi yang menaungi parkiran mobil guru itu jadi mereka tidak kebasahan. Rey menatap kagum mobil Lila. BMW M4.
“ rumah kamu mana Rey?” tanya Lila. rey mengerjab dan meringis. Menggaruk tengkuknya salah tingkah.
“ di dekat Alfamart, perempatan Cafe Amour..” jawabnya nyengir. Lila terkekeh.
“ kos?” tanya Lila. rey mengangguk malu. Lila mengulurkan tangannya mengelus puncak kepala Rey membuat Rey terdiam lama dan menatap Lila berkaca kaca. Lila belum menyadarinya, jadi dia mengambil jaket di sandaran bangku dan menyodorkan pada Rey
“ pakailah Rey.. kamu kedinginan!” jelas Lila. rey masih membeku, maka Lila menoleh dan menatapnya bingung sebelum akhirnya tersenyum kecil.
“ Rey..” panggil Lila lebih keras. Rey tergagap dan menatap jaket yang disodorkan Lila.
“ pakai!” suruh lila. rey menerimanya kaku dan segera memakainya.
Hening...
KRUYUKKK
Lila menatap Rey dan terkekeh sedangkan Rey tertawa canggung dan malu.
“ kamu lapar? Kita mampir di Cafe Amour kalau begitu!” ucap Lila lembut.
“ eng.. tidak perlu Miss.. Saya bisa Makan di Kosan..” elaknya.
“ makan apa? tetap aja kamu harus beli dulu.. saya nggak suka di tolak Rey..” jelas Lila tegas dan lugas. Rey hanya mengangguk pasrah kali ini.
***
Seorang remaja bergerak gelisah dan geram di ruang tamu rumahnya menunggu seseorang. Dia butuh penjelasan, namun sialnya sampai dia pulang sekolah, tak ada satupun orang di rumah  yang bisa dia tanyai. Dengan gusar dia memainkan jari jemarinya dengan lincah diatas layar.
Menunggu panggilan di jawab dengan sebal. Mendesis jengkel sesekali.
“ ya son..” sapa dari sana.
“ Bunda dimana sih? Kenapa belum pulang juga!” gerutunya.
“ oh kamu nungguin bunda? Bunda baru aja dari Cafe..” jawab Lila riang. Sosok itu mengernyit.
“ sama siapa??” tanyanya.
“ oh Baby.. kenapa kepo.. bunda sebentar lagi sampai kok.. wait son.. see ya!” sapanya lalu memutuskan hubungan sepihak membuat remaja itu mendesis sebal dan jengkel.
“ yang telfon siapa.. yang matiin siapa..” gerutunya.
***
Mobil Lila memasuki sebuah rumah Minimalis berlantai 2 dengan tenang. Mengabaikan tatapan menunggu dan protes dari seseorang remaja yang ada didepan pintu rumah. Dia terkekeh kecil didalam mobil dan keluar dengan senyum ringan tanpa dosa yang membuat remaja itu kian jengkel.
“ Bundaaaa!! Elang nunggunya cepet banget tauu!” sindirnya. Lila terkekeh pada Elang, Iya elang yang itu. Yang katanya dingin dan cuek itu. Elang yang tadi pai jadi pusat perhatian di sekolahnya. Iya elang menggebrak meja gegara protes Lila mengiyakan kalau dia single.
Elang memeluk Pinggang Lila dan menyembunyikan kepalanya di leher Lila meski agak membungkuk. Mulai mengendus, dia menyukaii aroma Lila yang membuatnya tenang.
“ Ayah belum pulang?” tanya Lila lembut sambil mengelus rambut Elang.
“ Belum Bunda...” jawabnya singkat dan lugas.
“ duh duh... yuk masuk!” ajak Lila. elang mengangguk dan masuk sambil memeluk pinggang Lila.
“ Bunda ke Cafe sama siapa?” tanya Elang heran. Dia duduk di atas sofa ruang tengah dan menatap lila yang melangkah menuju dapur.
“ kenapa?” tanya Lila saat kembali membawa dua gelas coklat hangat. Elang cemberut dan menerima satu gelas yang Lila sodorkan padanya.
“ kan tanya!” balasnya sambil menghirup aroma coklat buatan Lila. lalu menyeruputnya sedikit. Lila menoleh pada Elang dan menyeringai.
“ Sama Rey..” jawab lila singkat.
Uhuk uhuk uhuk..
“ pelan pelan son.. nggak ada yang mau minta coklat kamu!” jelas Lila menyeringai. Elang berusaha meredam batuk dan berlari kedapur mencari air putih. Lila terkekeh kecil.
“ Bunda mau bunuh Elang?” gerutunya saat kembali. Lila tergelak.
“ No.. bunda sayang sama kamu.. mana mungkin Bunda bunuh kamu sih..” balas lila ringan. Mengecup pelipis Elang. Elang mendengus kasar.
“ nah itu Bunda.. kenapa Bunda bisa ada disekolah Elang?” protesnya.
“ tentu bisa.. bundakan guru disana!” jawabnya santai.
“ kok Elang engga tau!” protesnya.
“ masak sih? Ahh, bunda lupa kalau begitu!” jawabnya enteng. Elang menggeram sebal.
“ kamu keberatan?” tanya Lila balik. Elang menggeleng dan memeluk Lila.
“ Elang seneng.. tapi Elang kaget kalau tau Bunda ada disana!” jawabnya. Lila terkekeh dan mengelus lengan Elang.
“ oke.. sory kalau bunda nggak ngasih tau elang.. but, Bunda boleh tau dong alasan kenapa kamu dneger nama Rey dan segitu kagetnya sampe keselek?” tanya Lila sambil emnyeringai. Elang mendengus mendengarnya.
“ Bunda Pliss.. Elang kaget!” jawabnya ngeles. Lila mencibir.
“ udah ah.. lepas! Bunda mau mandi!” jawab Lila. elang emngangguk dan melepaskan pelukannya, membiarkan lila masuk kekamarnya setelah melemparkan ledekan yang membuatnya mendesis sebal pada Bundanya.
“ bilang aja kamu suka sama dia.. acara ngeles kaget segala!” jawab Lila membuat Elang berteriak sebal dan muncullah tawa kemenangan dari Lila.
***
Rey menatap langit langit kamarnya dan menerawang jauh kemasalalu. Saat dia dan keluarganya masih lengkap, sebelum akhirnya papanya ketauan berselingkuh, saat mamanya masih sehat dan bahagia, saat adiknya masih jadi adik terbaik yang pernah ada. Rey tertawa getir dan mengusap sudut matanya yang mengalirkan butiran bening. Dia melirik jam dan segera bangkit untuk pekerjaan paruh waktu yang dia lakukan untuk menyambung hidupnya dan kebutuhan sehari harinya.
Setelah berganti baju, menyapa beberapa teman teman se kosnya ramah dia berjalan keluar menuju tempat kerjanya. Sebuah restoran hotel yang lumayan untuk menutup kebutuhan sehari hari, membayar kos dan untuk tabungan. Dengan berjalan kaki menuju hotel bintang 5 yang tak begitu jauh dari kosannya, sekitar 15 menit untuk jalan kaki.
***
BRUG
“ ah maaf maaf pak.. saya tidak sengaja.. maaf pak!” ucap rey kaget saat dia menabrak seseorang dan menyebabkan jas yang di pakai orang itu sedikit kotor. Orang itu menatap Rey dingin dan datar membuat Rey pucat pasi dan gemetar ketakutan. dia tau siapa yang dia tabrak, pemilik hotel ini dan beberapa hotel serta perusahaan lain yang terkenal didunia karena kesuksesannya. Dan dia adalah CEO nya.
“ maaf pak.. sekali lagi saya minta maaf!” ucapnya sambil membersihkan jas itu dengan tisue. Dia hampir menangis kalau saja sosok itu tak berbicara.
“ sudahlah.. kamu bisa kembali bekerja!” jelasnya singkat. Rey mendongak dan berkaca kaca. Mengangguk dan meminta maaf sekali lagi sebelum berlalu. Mengabaikan tatapan berpasang pasang mata yang tadi terarah padanya.
“ anda tidak apa apa tuan besar?” tanya sekretarisnya. Lelaki itu mengangkat tangan tanda oke.
“ ambilkan saya jas baru.” Jawabnya singkat dan tegas. Sekretarisnya mengangguk dan menghubungi seseorang untuk mengambilkan jas Bosnya.
***
Pukul 11 malam, Rey baru saja selesai menyelesaikan pekerjaannya. Dia berjalan dengan menunduk dan mendesah mengingat kejadian tadi saat di restoran hotel. Mengutuki sikapnya yang tadi sangat ceroboh.
Tin tin tin
Rey bergeser memberi jalan.
Tin tin tin
Kesal, Rey menoleh dan mengernyit melihat seorang lelaki dan motor besarnya tengah berhenti di sebelahnya. Rey langsung waspada.
“ ini gue!” jelas orang itu. Rey mengernyit sebelum akhirnya tersenyum lebar.
“ Elang!” ucapnya girang. Memeluk Elang membuat Elang hampir goyah dari motornya. Rey cengengesan.
“ baru pulang?” tanya elang. Rey mengangguk semangat. Elang terkekeh geli.
“ kamu darimana?” tanya Rey.
“ gue? Ketemu Ayah gue tadi..” jawabnya singkat dan acuh.
“ ayo gue anter!” tawar Elang saat memperhatikan wajah Rey yang nampak lelah sekali meski wajahnya berbinar senang. Rey nyengir dan menggeleng.
“ udah deket kok!” elaknya. Elang menggedikkan bahunya.
“ lo kayanya udah capek banget.. buruan! Udah malem juga!” paksanya. Sesaat Rey teringat dengan guru barunya yang nggak bisa di tolak itu. Lamunannya buyar saat tangan Rey di tarik oleh Elang untuk naik ke motornya.
***
Elang P.O.V
Ngeselin! Udah malem, eh si Ayah malah minta gue dateng ke hotel. Guekan mager banget. Udah pewe di pelukan Bunda. Sedikit ogah ogahan, gue berangkat menggunakan motor setelahh di wanti macam macam sama Bunda. Gue bukan anak kecil, tapi gue suka kok perhatian Bunda.
Gue berhenti disebuah hotel berbintang lima. Orchyd’s Hotels. Itulah nama hotel milik orangtua tersayang gue. Gue segera melangkah menuju lantai 15 dimana ruang kerja ayah berada. Mengabaikan orang orang yang mungkin mengenal gue dan menyapa gue.
BRAK
“ AYAHHH!” teriak gue sebal. Seseornag berjas hitam yang tengah tiduran di sofa mendongak dan terkekeh. Gue makin sebel dong, gue malem malem mau tidur eh malah disuruh kesini, sampai sini malah ayah tiduran enak gitu. Ngeselin.
“ Elang.. here!” perintahnya. Gue duduk disebelahnya dan bersidekap. Ngambek!
“ hey, jangan ngambek!” bujuk Ayah. Dia mengecup pelipis gue membuat gue akhirnya nggak jadi ngambek.
“ kenapa Ayah manggil elang saat Elang udah Pewe di pelukan Bunda?” tanya gue menyindir. Ayah terkekeh kecil. Dia beranjak dan mengambil beberapa dokumen lalu menyodorkannya pada gue. Gue mengernyit dan membuka buka berkas itu. Mendengus jengkel.
“ Gess!! Gini doang! Ayah ngerjain Elang yaa!” sungut gue. Ayah tergelak kecil.
“ nggak juga.. udah sana balik, sampein Bunda.. Ayah pulang maleman dikit!” pesannya ringan. Gue emncibir. Bangkit dari sofa dan mengecup pipi serta bibir Ayah.
“ Elang pulang!” pamit gue.
“ hati hati.. jangan kluyuran!” pesannya.
“ nggak janji!” cengir gue sebelum pintu tertutup meninggalkan Ayah yang menggeleng takjub dengan sifat anaknya ini.
***
Begitu keluar hotel, gue menangkap sebuah siulet bocah mungil yang berjalan gontai di trotoar. Menyeringai iseng..
Tin tin tin
Sosok itu bergeser. Gue nyengir seneng.
Tin tin tin
Dia nampak sebal dan menoleh kemudian mengernyit melihat gue yang duduk ganteng diatas motor sambil liatin wajah waspada dia. Lucu sih tapi kasian dia kayak capek banget!
“ ini gue!” ucap gue. Rey mengernyit sebelum akhirnya tersenyum lebar.
“ Elang!” ucapnya girang. Memeluk gue tiba tiba membuat motor yang gue tunggangi hampir jatuh kalau saja keseimbangan gue nggak bagus. Dia melepaskannya dan cengengesan.
“ baru pulang?” tanya gue. Rey mengangguk semangat. Mengingatkan gue pada boneka di mobil yang suka ngangguk angguk gitu. Tanpa sadar gue terkekeh.
“ kamu darimana?” tanya Rey.
“ gue? Ketemu Ayah gue tadi..” jawab gue singkat dan sedikit sebal mengingat kelakuan menyebalkan ayah tadi. Dia mangut mangut.
“ ayo gue anter!” tawar gue. Dia nampak kaget
“ udah deket kok!” elaknya. Sayangnya, gue bukan orang yang doyan di tolak. Kek bunda dan Ayah.
“ lo kayanya udah capek banget.. buruan! Udah malem juga!” paksa gue. Dia kayak ngelamun gitu, gemas gue tarik lengannya sampai dia tergagap. Dan naik ke atas motor gue.
“ pegangan Rey!” pesan gue. Rey berpegangan ujung jaket gue. Dan motor melaju pelan meninggalkan tempat tadi.
Elang P.O.V end
***
“ Pagi Elang..” sapa Rey saat dia memasuki kelas dan Elang sudah duduk di kursinya. Rey duduk disebelah Elang, elang menatapnya dan tersenyum tipiss.
“ pagi!” balasanya. Semua orang tercengang melihat perubahan sikap Elang itu. Bisik bisik terdengar sebelum Elang berdehem karena Rey nampak tak nyaman dan dalam sekejab bisik bisik itu hilang. Namun kembali ramai dengan aktivitas masing masing.
KRUYUKK
Elang menoleh dan tertawa kecil sedangkan wajah Rey memerah. Elang membuka tasnya dan menyodorkan sebuah kotak makan dengan merk terkenal pada Rey. Rey mengernyit.
“ makanlah.. gue tau elo laper!” cengir Elang. Rey mendengus namun akhirnya meraih kotak makanan itu setelah menggumam terimakasih. Rey berbinar melihat isi kotak makan Elang. Chiken katsu dan dengan berbinar binar dia memakannya. Elang terkekeh kecil melihatnya. Memperhatikan rey yang dengan cueknya makan bekalnya. Sebenarnya, dia yang merengek pada bundanya agar membuatkan bekal untuknya hari ini dan nggak mubadzirkan?
***
Siang ini, Elang dan Rey masih duduk manis di kursinya bahkan sejak bel istirahat berbunyi.
“ elo kerja di hotel Orchyd?” tanya Elang membuka pembicaraan. Rey menoleh dan mengangguk. Elang tersenyum kecil.
“ kok tau?”
“ nebak sih!” gumam Elang. Rey menyipit dan tertawa.
“ gue kira stalker!” cengirnya. Elang hanya mendengus geli mendengar ucapan PEDE lawan bicaranya itu. Elang mengacak rambut Rey lembut membuat Rey mendengus sebal.
“ Yoo elanggg!!” sapaan girang itu membuat Elang dan Rey menoleh. seorang lelaki tampan, jangkung, berisi dan ramah tengah melambai pada Elang. Elang mengerjab kaget apalagi saat sosok itu kini menghampiri Elang dan memeluknya.
“ Marcello!” gumam Elang tak percaya. Sosok yang di panggil marcello itu nyengir pada Elang.
“ lo balik nggak ngabari gue? Dan sekarang tiba tiba ada disini.. bagus!” sindir Elang. Cello nyengir bersalah.
“ Maaf.. guekan mau ngasih surprise gitu..” elaknya. Elang mencibir.
“ Ngeles aja lo kek bajai!” gerutunya dan membuang muka. Marcello mentoel toel dagu Elang sampai pandangannya bertemu dengan Rey yang melongo bego.
“ Haii.. temennya Elang? Alhamdulillah Elang mau temenan sama orang selain gue.. syukur lang.. syukur.. gue seneng.. gimana rasanya temenan sama elang? Pasti ngeselin kan? Diakan kalau nggak sama yang dia kenal atau dia suka, dia ngirit ngomong atau malah nggak pernah ngomong.. eh iya, gue Marcello.. sepupu sekaligus sahabatnya Elang.. keponakannnya Tante L..hmpphh hmmppphh!” Elang sudah lebih dulu membungkam mulut bawel Marcello membuat Rey mengernyit.
“ dia nggak tau apa apa setan!” desis Elang pelan sehingga yang bisa mendengar desisannya hanya dia dan Marcello. Setelahnya dia melepaskan bekapannya setelah Marcello mengangguk paham.
“ eng.. aku Rey..” jelas rey singkat. Marcello menjabat tangan Rey antusias membuat Elang mendengus geli.
“ IHHH ELO IMUTTT!!” girang Marcello sambil mencubit kedua pipi Rey. Rey meringis dan menatap Elang minta tolong.
“ heh! Anak orang!” tegur Elang sambil menyentak tangan Marcello. Marcello cemberut dan menggerutu tak jelas. Elang menarik Rey berdiri di sebelahnya dan mengelus pipi Rey yang memerah sambil mendelik jengkel pada Marcello.
***
“ Misss Lila!” sapa Rey ramah saat melihat lila keluar dari ruangannya. Ruangan khusus. Lila menoleh dan tersenyum ramah. Apalagi disebelah Rey ada Elang yang melotot sebal pada Lila dan Marcello yang cengengesan.
“ Hallo Rey.. Marcello dan kamu.. siapa nama kamu?” tanya Lila menunjuk Elang. Elang membuang muka sebal, suara kekehan geli terdengar dari Marcello membuat rey mengernyit heran pada Marcello. Apanya yang lucu?
“ Elang Miss..”
“ Oh.. Hallo Elang..” ucap Lila ramah menekankan kata Elang.
DUG
“ aww!” pekik Elang kaget saat perutnya di sikut seseorang. Pelakunya kini tengah mendelik jengkel padanya.
“ Hai Miss!” sapa Elang acuh. Marcello tak dapat lagi menahan tawanya dan tersemburlah keluar.  Elang menyikutnya membuatnya terbatuk dan nyengir lebar pada Elang, Rey dan lila. lila nampak menahan geli.
“ Miss.. kami duluan! Mari Miss!” pamit Rey.
“ Hati hati rey..” pesan lila. Mengerling pada rey yang di balas kekehan oleh Rey dan delikan jengkel dari Elang. Sepeninggal mereka, Lila terkekeh geli dan mengirim sms pada seseorang.
***
Elang misuh misuh di belakang Rey. Marcello yang mendengarnya hanya terkikik geli melihat adegan itu tadi.
Drrtt drttt
From : Mom :*
Hey son, jangan cemberut.. nanti gantengnya nambah.. :*
Bunda hari ini nemenin ayah.. kamu di rumah baik baik ya.. ajak Marcello.. dia tinggal bareng kita mulai sekarang.. kalau makan, kamu bisa masak sendirikan.. dan jangan sampai buat Marcello kelaparan.. oke? love you son.. :*
Elang mencibir membaca SMS Lila.
To : Mom :*
Sebenarnya anak Mommy itu aku apa si Cello sih? But Yes mom.. love you too.. jangan pulang malem malem.. Elang nggak mau bobo sendiri.. :*
Lalu terdengar tawa bahagia di sebelahnya. Dia melirik dan Marcello tengah menunjuk HP Elang yang tandanya dia daritadi ngintip. Rey yang ada didepannya mengernyit heran.
“ Sialan!” desis Elang sebal. Marcello keburu kabur sebelum Elang murka.
“ JANGAN BUAT GUE KELAPERAN ! LOVE YOU  ELANG !” teriak Marcello mengejek. Elang mendengus sebal dengan tingkah sepupunya itu, dia merangkul rey yang bingung.
“ Ayo balik!” ajaknya. Rey mengangguk patuh dalam rangkulan Elang.
***
Rey membaringkan tubuhnya disebelah Elang yang kini terdampar di kamar kosnya.  Mata elang bergerak Liar memandang sekitarnya.
“ kosan gue kecil ya?” tanya Rey meringis. Elang menatap Rey dan menggeleng.
“ nyaman kok..” jawabnya acuh.
BRAK BRAK BRAK
Rey tersentak, elang mengernyit mendnegar suara pintu kamar Rey yang di gedor kuat oleh seseorang.
“ BAJINGAN! KELUAR LO!” sentak dari luar. Rey nampak gemetar membuat Elang mengernyit. Rey segera bangkit dan membuka pintu.
BRAK
“ KENAPA LAMA SIH LO!!” teriak orang itu. Mencengkeram kerah Rey dan raut wajahnya tampak marah dan geram. Di belakang sosok itu, penghuni kos hanya bisa menatap rey prihatin.
“ d-dek.. l-lepas!” ucap Rey gemetar dan sedikit sesak. Elang mengernyit. Didiepan Rey, seorang yang tinggi besar hampir sama dengan Elang yang di panggil Rey dengan adiik itu nampak memprihatinkan. Wajahnya kusut, matanya merah, telinganya bertindik. Meski Elang akui dia tampan. Sedikit badboy. Sosok itu menyentak Rey sehingga Rey menabrak ujung meja membuat Rey meringis.
“ Rey!” kaget Elang lalu menghampiri Rey dan membantunya berdiri.
“ Elo siapanya abang gue?” tanya sosok itu. Elang menoleh setelah membantu Rey dan menatap dingin sosok yang mengaku adik dari rey tersebut.
“ kamu mau apa Rega?” tanya Rey mengalihkan pertanyaan Rega, adiknya. Rega mendnegus.
“ gue mau elo jangan pernah nyari gue lagi! Jangan sok peduli sama gue setan!” umpat Rega kasar. Matanya menyalang marah.
“ kamu adek aku Rega.. abang nggak mau kamu salah jalan!”
“ salah jalan hah? Kemana aja lo selama ini? Kenapa elo baru nyari gue sekarang?” sentaknya marah. Rey mengerut takut.
“ Gue nggak butuh abang kek elo!” marah Rega sebelum akhirnya dia membanting pintu dan keluar kamar kos Rey. Rey menatap nanar pintu kamar kosnya dan melorot jatuh, elang nampak kaget dengan ini.
“ Rey.. lo nggak papa?” tanya elang khawatir. Butiran bening mengalir dari sudut mata Rey di susul isakan kecil dari Rey. Elang menariknya kedalam pelukannya.
“ a-aku abang ya—yang buruk – hiks!” isaknya.
***
Setelah menenangkan Rey dan akhirnya rey terlelap. Elang akhirnya pulang setelah membelikan makanan untuk Rey dan meninggalkan pesan untuuk rey nanti. Dia masih tak mengerti dengan yang terjadi.
Dia mengendarai motornya dnegan santai menuju rumahnya, sampai matanya menangkap satu titik. Dia menghentikan laju motornya dan turun dari motor kemudian mendekat.
“ WOY!” teriaknya. Semua mata menatapnya sehingga kepalan dan pukulan itu terhenti kaget. Tatapan elang dingin.
“ kalau elo ngeroyok dia lagi.. gue jamin malam ini elo pada berakhir di sel tahanan!” ucapnya datar dan santai. Sekitar 4 orang yang mengeroyok seorang pemuda itu mendecih.
“ iya kalau elo bisa selamat dari sini..” desis salah seorang dari mereka yang bertubuh kerempeng. Elang tertawa, tawa yang dingin dan menakutkan. Mereka membeku takut.
“ mari kita coba!” ucap elang santai.
“ elo ngeremehin kita bocah! Sialan! SERANG!” teriak sosok kerempeng itu. Dan ketiga anak buahnya maju menghajar Elang yang dapat dia tangkis dengan mudah dan berakhir mereka yang bonyok. Setelahnya elang menyeringai.
“ see!” ucap elang. Mereka nampak ketakutan dan berlari meninggalkan Elang dan pemuda yang tak sadarkan diri didepan sebuah emperan toko yang tutup.
“ rega..” gumam Elang saat dia sudah ada didepan tubuh rega. Keadaan rega parah. Dia merogoh Hpnya. Menunggu panggilannya di angkat.
“ hallo cello!” sapa Elang.
“ SIALAN! ELO DIMANA? GUE KELAPERAN SETAN!” teriak Cello marah. Elang terkekeh kecil.
“ sory deh.. nanti gue masakin yang elo mau deh sampai rumah tapi jemput gue dong.. di jalan Pahlawan depan Indomaret.. pake mobil ya..” ucap elang.
“ LO NGAPAIN?” teriak Cello panik.
“ buruan kesini..” suruh Elang lalu memutuskan sambungan sepihak, dia yakin Elang pasti misuh misuh dan panic diseberang sana. Dia terkekeh dan membopong tubuh Rega ala Bridal.  Kembali memainkan Hpnya setelah meletakkan kepala Rega di pangkuannya.
“ Hallo om.. bisa dateng kerumah elang? Sekarang ya.. pliss!”
“ kamu kenapa lang?”
“ temen elang baru di keroyok.. tolongin ya Om!” ucap Elang,
Hening cukup lama..
“ Om!” rengek Elang.
“ ugh.. temen? Iya..” jawab diseberang sana. Elang nyengir.
“ makasih om!” ucap elang.
***
Marco menatap elang dan Rega bolak balik dengan bingung. elang mendelik risih, sedangkan Marcello sedang makan cantik di meja makan setelah Elang memasakkan Gurami asam manis untuknya sesuai janji Elang tadi saat di telfon.
“ apasih om!” gerutu elang malas. Marco menggeleng dan tertawa.
“ nggak nyangka om.. ada orang yang mau temenan sama kamu!” cengirnya.
BUG
“ Sialan!” umpatnya. Marco tertawa.
“ sebenarnya dia itu adiknya temen Elang..” jelas Elang sambil menerawang. Marco mangut mangut.
“ dia cuman memar aja kok, sama tulang lengannya agak retak..” jelas Marco sambil menyodorkan obat pada elang.
“ makasih ya om..” ucap Elang.
“ sama sama.. bunda udah tau?” tanya Marco. Elang hanya nyengir dan menggeleng.
“ nanti deh kalau bunda udah pulang..” balasnya.
“ yaudah.. om balik kerumah sakit.. kamu baik baik di rumah.. CELL!! OM PAMIT YA!” ucap Marco.
“ YA OM! HATI HATI!” balas Marcello. Elang mendengus kasar mendengarnya.
***
Rega tak tau apa yang terjadi setelah dia di keroyok oleh kumpulan orang orang yang dendam dengan dia. Kecuali saat ini, pagi ini dia bangun di sebuah kamar yang lumayan mewah dengan selang infus di tangan. Dia meringis kecil menyadari kalau badannya terasa remuk dan kepalanya pening.
“ udah bangun lo!” ucap seseorang. Rega menoleh, menemukan seseorang yang nampak tak asing untuknya tengah bersidekap di ambang pintu.
“ gue Elang.. temen abang lo!” jelas Elang. Detik itu, rahang Rega nampak mengeras dan dia mencoba bangun namun berakhir dengan rintihan. Elang tertawa, sinis.
“ Sok Kuat!” desisnya. Elang mencoba membantu namun di tepis oleh Rega meski akhirnya dia meringis karena sakit.
“ kamu udah bangun..” ucap seorang perempuan di ambang pintu. Rega sontak menoleh dan menemukan seorang wanita berjilbab dengan pakaian batik resmi. Sosok itu mendekat dengan membawa nampan. Mendadak perut Rega terasa lapar.
“ haii.. nama Tante Lila.. mamanya Elang..” jelas Lila lembut, mengusap rambut Rega yang langsung membuat tubuh Rega menegang.
“ Bunda.. Elang berangkat.. assalamu’alaikum!” pamitnya, mengecup tangan dan pipi Lila.
“ hati hati sayang..” balas Lila. elang mengangguk dan melirik sinis pada Rega yang masih menatap kosong Lila.
“ Rega..” panggil Lila. rega tersadar dan mengerjab. Wajahnya kembali dingin.
“ maaf tante.. makasih udah rawat Rega.. tapi Rega harus pergi!” ucap Rega, mencoba bangun namun sia sia. Tenaganya belum pulih.
“ tunggu sampai kamu sembuh.. kalau mau pergi, kamu harus sehat dulu Rega!” ucap Lila lembut. Rega menatap Lila ragu.
“ makan ya!” bujuk Lila. rega mengangguk ragu, di bantu Lila dia duduk dengan bersandar pada bantalan yang di tumpuk tinggi. Lila menyuapi Rega karena tangan rega masih sakit. Rega menatap Lila lama sekali, ada kobaran rindu dimata rega.
“ hey, kamu kenapa rega?” tanya Lila. rega mengerjab dan membuang muka. Lila tersenyum kecil dan mengelus kepala Rega.
“ tante nggak kerja?” tanya rega pada Lila.
“ terus kalau Tante kerja.. kamu di rmah sama siapa?” tanya Lila. Rega tersinggung.
“ Rega nggak akan nyolong kok te..” ketusnya. Lila mengernyit lalu tertawa.
“ bukan itu maksud tante.. emangnya kamu bisa jalan? Bangun dari tidur aja susah kok.. terus kalau kamu butuh apa apa.. nanti kamu minta tolong siapa?” tanya Lila lembut. Rega tertegun dan terdiam lama sekali memandang wajah lila. lila tersenyum.
“ kamu istirahat ya.. panggil tante kalau kamu butuh sesuatu!” pesan Lila. rega mengangguk kaku. Lila berdiri membawa nampan dan mangkuk kosong.
“ tante!” panggil Rega lirih. Lila menoleh menatap rega.
“ makasih..” lirihnya lagi. Lila tersenyum kecil.
“ sama sama sayang..” ucap Lila. rega mendongak dan tersenyum.
***
Yang pertama Elang lihat saat masuk kekelas adalah wajah murung Rey. Dia mendekat dan menepuk bahu Rey sehingga rey mendongak.
“ rey.. kenapa?” tanya Elang lembut. Rey menatap Elang lama, lalu menghambur memeluk Elang.
“ Hiks.. “
“ cup cup.. semuanya baik baik aja Rey..” bisik Elang menenangkan.
***
Rega sedang tertawa bersama Lila saat elang pulang kerumah bersama Cello. Cello berteriak girang membuat Elang dan Rega menoleh.
“ REGA UDA BANGUN?” teriaknya antusias. Dia mendekati rega dan mengecek setiap inci tubuh Rega. Rega meringis.
“ sayang, reganya masih sakit!” tegur Lila. marcello nyengir dan mengambil langkah mundur.
“ assalamu’alaikum bunda!” sapa Cello sambil mengecup pipi Lila.
“ wa’alaikumsalam sayyang..” balas Lila.
PLETAK
“ Nyokap gue sial!” desis Elang tak suka. Cello mencibir.
“ pelit amat sih lo sama sepupu sendiri!” gerutunya mengelus kepalanya yang di jitak elang. Lila menengahi, lupa kalau Rega menatap mereka tertegun bahkan tak sadar airmatanya mengalir.
“ Re.. kamu nggak papa? Kamu nangis?” tanya Lila khawatir. Rega terkesiap. Meyentuh pipinya dan basah. Dia menatap nanar air matanya. Sebelum sebuah pelukan hangat menyelimutinya.
“ kamu boleh anggep tante kayak mama kamu..” bisik lila.
“ Elang nggak mau punya adek macem rega!” balas elang ketus dan langsung mendapat lirikan tajam dari lila. elang nyengir garing sedangkan Marcello tertawa.
“ Bunda.. elang ketempat rey ya!” pamitnya.
“ Rey sakit?” tanya Lila heran.
“ engga sih! Cuman lagi sedih soalnya kemarin adeknya dateng terus maki maki dia.. dia kayaknya down banget!” sindir elang.
PLUK
“ ANJIRR! CELLO SAKIT!” teriak Elang saat HP Cello melayang dikepala Elang.
“ nggak usah gitu lo!” bela Cello. Elang mendnegus.
“ yaudah.. hati hati.. jangan balik malem malem.. kalau bisa sebelum makan malam udah sampai rumah, ayah balik.. Rey diajak juga boleh..” pesan Lila sambil mengelus kepala Rega. Rega mengeratkan pelukannya
“ yep mom!” Elang berbalik pergi setelah mendelik pada Marcello.
“ Tante.. Cello kekamar dulu!” pamitnya. Lila mengangguk dan tersenyum pada Marcello. Setelahnya hanya ada Rega da Lila.
“ keluarkan semuanya sayang.. nggak perlu di tahan.. disini.. tante ada disamping kamu!” ucap Lila lembut. Dan setelahnya Rega menangis, terisak, meraung, siapapun yang mendengarnya pasti akan ikut merasakan luka yang Rega pendam selama ini.
***
“ Hey.. Siapa ini?” tanya seorang lelaki dewasa berjas yang masuk kedalam rumah dan melihat Rega. Rega menoleh kaget dan wajahnya pias.
“ Rega yang.. Adeknya Rey, temennya elang.. Rega, itu Om Robbi.. ayah Elang dan tunangan Tante!” jelas Lila. rega menatap Robbi takut takut.
“ hallo jagoan!” sapanya. Rega perlahan rileks apalagi saat tangan Robbi terulur menepuk puncak kepala Rega.
“ hai om..” sapanya agak rileks. Robbi terkekeh.
“ rileks aja, ga..” ucap Robbi.
“ OMMMMMMM!!” pekikan girang itu. Robbi menoleh dan langsung di sambut pelukan dari Marcello. Robbi hampir saja terjengkang. Lila menggeleng pelan dan berbalik menuju dapur.
“ astaga Cello!” gumamnya kaget. Marcello mendongak dan nyengir. Robbi terkekeh dan mengacak rambut Cello.
“ kamu udah gede ya..” gumamnya.
“ iyalah om.. masak Cello kecil  terus!” gerutunya. Robbi tertawa dan mengacak rambut Cello gemas.
“ Ayah..” sapa elang dan memeluk Robbi dari belakang. Robbi mengelus tangan Elang dan berbalik memeluk Elang..
“ Gess! Elang kangen!” ucapnya.
“ baru seminggu yang lalu kamu dateng ke hotel ayah!” cibirnya.
“ iya! Terus ayah pergi ke jepang!” balasnya. Robbi terkekeh ekcil dan mengecup kening Elang.
“ Tadi Cello engga di cium!” rajuk Cello. Robbi menoleh dan menark kepala Cello kemudian mengecupnya. Elang mencibir.
Rega terdiam menatap keakraban mereka. iri! Sampai di rasakannya sebuah kecupan hangat mampir di keningnya. Dia mendongak. Robbi tersenyum padanya.
“ jangan ngelamun Rega!” ucap Robbi. Sesaat rega baru sadar kalau semua mata menatapnya sekarang. Wajahnya bersemu merah.
“ Lucu!” gumam Elang sambil menyeringai. Rega makin memerah membuat kekehan geli terdengar di ruangan itu dan sumbernya dari 3 orang disana selain Rega tentu saja.
“ udah ahh! Rega tu paling kecil, harusnya di sayang sayang.. bukan di godain sampe wajahnya merah gitu.. yakan ga?” goda Robbi.
“ Ayah sama aja!” cibir Elang dan Marcello. Robbi terkekeh dan mengelus kepala Rega.
“ yaudah ayah mau mandi!” pamitnya. Meninggalkan Cello dan Elang bersama Rega. Elang menghempaskan tubuhnya di sebelah Rega yang langsung beringsut kaget.
“ gue manusia kali.. biasa aja!” gumam Elang bete. Cello tertawa dan merangkul Rega yang kemudian menatapnya.
“ Elo sekolah dimana?” tanya Elang akhirnya setelah menatap dua orang disebelahnya bete. Rega mengerjab polos.
“ SMA Harapan.” Jawabnya.
“ ketauan banget basa bassinya.. orang udah tau.. orang yang ngasih ijin ke sekolah sana kan bunda!” cibir Cello. Rega mendongak menatap Cello bingung.
“ tau darimana?”
“ ahh! I-itu.. nggak penting!” jawab Cello gelagapan. Elang tersenyum mengejek sepupunya itu.
“ gue jadi curiga nih!” ucap Rega menuduh, menjauh dari Cello. Matanya menyipit menatap Elang dan Marcello.
“ Dinner ready sweety!” teriak Lila dari dapur.
“ oke! Lets go!” ucap Elang acuh dan berdiri begitu saja. Rega cemberut, Cello membantunya berdiri tapi di tolak Rega karena dia sedikit curiga dengan Cello. Cello mendengus. Dengan setengah pincang, Rega berjalan menuju meja makan.
“ Kenapa engga ada yang bantuin Rega!” gerutu Lila saat melihat Rega berjalan sendiri.
“ Aku bisa sendiri kok te!” balasnya kalem. Elang mencibir dan Cello mendengus.
Tak lama Robbi muncul dengan wajah segar dan duduk di kursinya. Makan malam di mulai dengan ramai karena celoteh Cello, Elang dan cibiran Rega.
***
Rey menatap langit langit kamarnya dan meringis kecil. Dia menoleh kekanan, dimana sebuah figura foto keluarganya berada.
“ maafin abang, Ga!” lirihnya sendu.
***
Seminggu..
Rega menatap kamar yang sudah dia tinggalkan hampir seminggu dan menghela nafas pelan. Dia menghempaskan tubuhnya diatas kasurnya. Iya, dia sudah kembali ketempatnya. Tentu dengan sedikit memaksa karena Lila, Robbi dan Marcello tidak memperbolehkannya pergi. Kalau Elang? Jangan ditanya.. dia mah cuek aja.
“ Ga..” panggil seseorang. Rega menoleh dan menatap sosok itu.
“ Ya tante!” jawabnya. Lila tersenyum dan mendekati Rega.
“ kamu yakin? Tante khawatir!” ucap Lila. rega tersenyum dan bangun dari kasurnya. Memeluk Lila.
“ Rega akan baik baik aja te.. nanti kalau ada apa apa.. Rega bakal telfon tante deh!” bujuknya. Lila mendesah pelan.
“ Well! Gue merasa anak tiri disini!” cibir seseorang. Lila dan rega menoleh, Elang bersidekap di ambang pintu menatap mereka datar.
“ Gess!” cibir Lila.
***
Elang muncul di ambang pintu kamar kos Rey saat Rey hendak berangkat kerja. Dengan misuh misuh dan mengunci pintu membuat Rey mendelik.
“ lang, aku mau kerja!” sebal Rey. Elang hanya terkekeh sambil main lempar tangkap kunci kamar rey.
“ bolos aja! Temenin gue! Gue bete!” bujuk Elang dengan wajah datar. Rey makin jengkel.
“ aku bisa dipecat!” geramnya. Elang menatap Rey lama, lalu merogoh Hpnya dan menghubungi seseorang.
“ Ayah dimana?” tanya Elang membuat Rey mengernyit.
“ ayah di kantor!”
“ kantor mana?”
“ Jibran Corp.. why?”
“ Oh.. aku minta no restoran hotel Orchyd dong!” gumamnya.
“ for what?”
“ i borrow Rey..” jelas Elang sambil menyeringai pada Rey yang mengernyit bingung.
“ oh.. sebentar! Ros, kirimkan no telfon restoran Orchyd hotel!” suruh Robbi di seberang sana. Elang menyeringai.
“ thanks daddy!” jawab Elang.
“ welcome son.. dan, jangan pulang malam malam!” pesannya.
“ sure!” jawabnya. Lalu sambungan terputus. Elang menatap Hpnya dan kembali menghubungkan dengan seseorang.
“ kamu telfon siapa?” tanya Rey bingung.
“ Mr. Lim.. i’m Elang..” rey melongo.
“ ................”
“ Erlangga.. son of your Boss!” gumam Elang.
“..................”
“ okey.. nope Mr.. saya hanya ingin mengatakan kalau Rey, pegawai anda tidak dapat masuk.. saya pinjam dia hari ini..”
“ ..................”
“ thanks Mr..” ucap Elang. Lalu sambungan terputus. Elang melemparkan Hpnya kesamping dan menoleh kearah Rey, menyeringai.
“ kamu kenal?”
“ off course.. cause my daddy!” ucap Elang sombong. Rey mencibir namun sesaat mengerjab.
“ who?”
“ sometime.. you will know! Oh, ya.. seminggu yang lalu saat gue balik dari sini.. gue ketemu adek lo.. babak belur di hjar orang!” rey langsung melotot.
“ how can?”
“ i dont know!” jelas Elang.
“ terus dia gimana? Baikan?” runtut Rey. Elang terkekeh.
“ sure!” jawab Elang dan rey menghela nafas lega.
***
Rey menatap rumah Elang dan Elang bergantian. Bingung! entah dia lupa bagaimana ceritanya dia bisa terdampar disini.
“ ayo masuk!” ajak Elang. Rey mengangguk kaku dan gugup.
“ relax.. my mom not like a monsters!” jelas Elang nyengir.
“ Assalamu’alaikum bunda.. elang pulang!” salam Elang. Terdengar derap langkah mendekat.
“ wa’alaikumsalam..” jawab sosok itu sambil mendekat.
“ oh Rey.. hallo!” sapaan itu, Rey mendongak dan membulat takjub.
“ Miss Lila!” gumamnya tak percaya.
SREEKKK
“ Assalamu’alaikum Tan-te!” ucap Rega terputus saat melihat Rey. Rey sama kagetnya, secepat kilat Rega berbalik dan hendak pergi.
“ Stop Rega!” ucap Lila tegas dan rega berhenti.
“ come in!” ucap Lila. rega menghela nafas dan berbalik masuk menghampiri Lila mengabaikan tatapan nanar dari Rey, memeluk lila.
“ engga ngasih salam buat abang?” sindir Elang. Rega menoleh.
“ hai abang!” sapanya kaku pada elang.
“ not me! But him!” lirik Elang pada Rey yang terpaku. Rega mendengus.
“ i don’t know him!” balas Rega ketus. Dia kemudian masuk dan menaiki tangga menuju kamar Marcello.
“ Rega!” panggil Lila. namun Rega mengabaikannya dan makin berlari menaiki tangga. Lalu terdengar pintu di buka dan kembali di tutup dengan sedikit di banting.
“ Rey.. sory about your lil bro!” sesal Lila, memeluk Rey. Rey membeku sebelum akhirnya menggeleng pelan dan balas memeluk Lila. perlahan bahunya bergetar pelan.
“ tumpahin semuanya Rey..” bisik Lila. elang yang menatapnya hanya mendengus. Dia menaiki tangga dan menuju kamar Marcello.
“ Ree.. buuka!” tegas Elang. Namun hening.
“ Regaaa! Open this door!” ucap Elang marah, wajahnya memerah.
Ceklek..
Marcello yang membukanya, menatap datar Elang. Elang mendorng Marcello untuk bergeser. Yang dia lihat, rega menelungkupkan tubuhnya di atas kasur Marcello.
“ wakeup! You need to talk with him..” ucap Elang menghampiri Rega.
Hening...
Yang ada hanya deru nafas Rega yang bergerak tak teratur. Elang menatap pada Marcello, dia menggeser tubuh Rega. Amarah Elang seketika padam. Dia paham, bukan hanya Rey yang terluka karena penolakan dirinya sendiri.
“ Ree!” ucap Elang lembut. Mengelus kepala Rega.
“ Keluar!” ucap Rega parau.
“ tap..”
“ ABANG KELUAR!” teriak Rega menoleh pada Elang. Elang menatap Rega nanar, mengelus kepalanya dan keluar kamar Marcello.
Sepeninggalan Elang, Marcello mendekat dan memeluk Rega erat.
“ everything gonna be okay Rega!” bisik Marcello. Tangis Rega pecah juga saat itu.
***
Setelah kejadian itu, Rega bahkan engga mau keluar. Lila dan elang juga Marcello sudah mencoba membujuk Rega namun hasilnya nihil. Bahkan sampai rey kembali ke kosannya. Dan terpaksa, Robbi yang harusnya berangkat ke Paris malam itu, terpaksa pulang kerumah.
“ ree.. ini om... boleh om masuk!” bujuk Robbi.
Tak lama derap langkah terdengar dan suara kunci di putar.
Ceklek..
Robbi masuk dan kembali menutup pintu, menghampiri Rega yang tiduran diatas kasur dengan posisi telungkup.
“ Rega..” panggil Robbi. Rega bangun dan memeluk Robbi.
“ hiks.. hiks.. kenapa sem- semua-ny-nyalahin Ree?” lirihnya mengadu. Robbi mengelus kepala Rega.
“ mereka bukan nyalahin kamu ga.. mereka ingin kamu damai sama abang..” bisik Robbi.
“ Ree benci abangg!” racaunya.
“ mau bagaimana kamu membenci abang kamu Ga.. dia abang kamu.. satu satunya keluarga kamu!” bisik Robbi. Rega mengeratkan pelukannya dan terisak, sebelum akhirnya deru nafasnya makin tak teratur.
“ Ga.. tenang.. ambil nafas pelan pelan!” ucap robbi. Rega tak melakukannya, dan berakhir dia pingsan di pelukan robbi dengan wajah sembab merah dan pucat.
“ damn!” umpat Robbi.
***
“ Harry.. ambil alih jadwalku untuk satu bulan kedepan.. laporkan padaku semua hasil rapat..” tegas Robbi pada seorang lelaki berjas.
“ siap Sir!” jawabnya. Lalu lelaki berusia 40 tahun itu berlalu dari rumah sederhana mereka. robbi berbalik dan menghela nafas.
“ kamu tau sayang.. dia belum siap bertemu dengan saudaranya kembali!” jelas robbi.
“ i know.. aku tak memaksa.. but, dia yang mengambil persepsi sendiri!” balas Lila smbil menyodorkan sebuah gelas berisi coklat hangat. Robbi memeluk pinggang lila.
“ jadi bagaimana bisa dia begitu?”
“ nggak sengaja.. i don’t know jika Elang akan membawa Rey kerumah.. jadi saat pagi sebelum berangkat sekolah dan Rega berkata pulang sekolah akan kemari.. i say yes.. lagian, untuk apa melarang.. i love him.. i miss him..” jelas Lila.
“ okay.. ini kebetulan..” ucap robbi. Mengecup puncak kepala Lila.
“ Mom dad.. Rega sadar!” teriak Marcello dari kamarnya. Lila dan Robbi saling pandang kemudian menaiki tangga menuju kamar Cello.
Saat mereka memasuki kamar Cello, Rega sudah berrsandar di tepi kasur. Wajahnya lebih baik di bandingkan tadi.
“ Rega..” panggil Lila, menghampirinya dan memeluknya.
“ you know.. tante nggak  tau kalau abang bakal datang disaat yang sama!” jelas Lila.
“ i’m sory baby.. really sory! Jangan buat tante dan yang lain khawatir lagi..” ucap Lila. rega membalas pelukan Lila.
“ rega juga minta maaf udah kek anak kecil!” gumamnya.
“ elo emang masih kecil!” cibir Elang.
“ Bang/ Elang!” teguran dari Robbi dan Cello. Rega memeletkan lidahnya pada Elang yang di balas delikan oleh Elang.
“ yang anaknya disini siapa coba!” gerutunya. Semua terkekeh mendengar jawaban Elang tak terkecuali Rega. Elang mendekati Rega dan mengusap rambutnya lembut.
“ Ga, abang udah nganggep kamu adek abang sendiri meski abang akui abang suka jengkel sama kamu.. abang sayang sama kamu.. maaf soal kejadian tadi.. kamu nggak bilang sih kalau mau kesini.. dan oh ya, sebagai abang, boleh abang minta sesuatu?” tanya Elang lembut. Rega tersihir dan mengangguk.
“ jangan terus lari dari masalah, Ga.. selesaikanlah.. masalah kamu dan Rey.. kamu dan dia punya satu sama lain didunia ini.. meski, kami menerima kamu terbuka kapanpun kamu mau datang..” ucap Elang. Rega terdiam dengan wajah kaku sebelum akhirnya mengangguk. Elang tersenyum dan memeluk Rega. Rega balas memeluknya.
“ makasih abang..” bisiknya.
“ sama sama..” balas Elang.
Lila dan Robbi juga Marcello menghela nafas lega.
“ jadi, ayo makan!” ucap Marcello. Mereka mengangguk, Elang melepaskan pelukannya dan Rega turun, bersama dengan Robbi disebelahnya.
“ Om, Rega egois ya?” tanya Rega lirih. Robbi merangkulnya.
“ iya.. sedikit.. tapi Om sayang Rega kok!” kerling Robbi. Rega tertawa lirih dan sendu. Memeluk Robbi.
“ Maafin Rega om.. gara gara Rega yang kek anak kecil, om nggak jadi berangkat kerja!” ucap Rega menyesal.
“ nggak papa.. itu tandanya, Om lebih sayang kamu dibandingkan pekerjaan yang bisa di handle orang lain!” ucap Robbi. Rega tertawa sendu, bahunya bergetar pelan.
“ udah! Masak jagoan nangis sih..” gumam Robbi. Rega tertawa dan mendongak, Robbi menghapus air matanya dan mengecup kedua mata Rega.
“ ayo makan!” ajaknya. Rega mengangguk dan berlari turun meninggalkan Robbi.
***
Rey memandang langit yang gelap. Segelap hatinya. Tersenyum getir.
“ Rega,, sebesar itukah salah abang? Maafin abang!” lirihnya sendu. Sebutir air matanya mengalir dari sudut matanya.
***
“ Gaga kenapa belum tidur?” pertanyaan itu membuat Rega yang tadinya termenung di kolam renang akhirnya menoleh. Lila mendekati rega dan duduk disebelahnya.
“ Nggak bissa tidur tante!” jawabnya. Lila mengelus kepala Rega dan menariknya kedalam pelukan.
“ kan bisa tidur sama tante..” ucap Lila. rega mendongak dan menggeleng.
“ nanti bikin Rega ketergantungan sama Tante..” balasnya. Lila tertawa.
“ tante seneng kok kalau Gaga jadi bergantung sama Tante.. tante seneng.. tante jadi punya anak lagi!” kerlingnya. Rega tertawa dan mengecup pipi Lila.
“ tante serius tau.. tante mau kamu nggak sekedar nganggep tante, Om, Elang dan Cello orang asing.. kami mau kamu nganggep kami adalah keluarga kamu.. meski tante engga bisa menggantikan mama kamu dan Om nggak bisa gantiin papa kamu..” ucap Lila. rega menatap lila Lama, mengerjab dan tertawa haru.
“ tante.. aku seneng.. jadi boleh Gaga panggil tante sama Om, kayak Abang manggil tante dan Om?” bujuknya. Lila tertawa.
“ tentu.. tapi..” lila sengaja memotong kalimatnya. Rega menaikkan sebelah alisnya dan gagal membuat lila tertawa.
“ Setelah masalah kamu dan abang kamu selesai!” tambahnya. Rega bungkam dan wajahnya kaku. Lila tersenyum.
“ sayang, yang namanya masalah kalau nggak diselesaiin nggak bakal selesai.. kamu harus segera menyelesaikannya.. Tante sangat berharap kamu segera menyelesaikkannya!” ucap lila. rega menatap Lila lama, mengangguk setuju.
“ thanks GOD! Ayo tidur!” ajak Lila. rega mengangguk, mengikuti Lila menuju kamarnya.
***
2 hari setelah kejadian di kolam itu..
Rega menoleh pada Elang yang sedang menyetir disebelahnya. Kakinya bergerak gelisah dan berkali kali menghela nafas.
“ Ga.. semuanya akan baik baik aja!” ucap Elang. Menarik kepala Rega agar bersandar padanya.
“ t-tapi..”
“ No Ga.. kamu nggak bisa mundur sekarang!” tegas Elang. Rega mendesah pelan dan memeluk Elang. Sedangkan Elang, mengelus lengannya menenangkan.
***
Yang tidak Rey percayai dari matanya adalah saat sekarang ini Rega berdiri didepan pintu kamarnya dengan senyuman kaku.
“ aku pasti ngimpi!” gumam Rey. Dia hendak menutup pintu namun di tahan Elang.
“ dia beneran Rega, Rey!” ucap Elang. Rey mengerjab menatap Rega dari atas kebawah, matanya berkaca kaca dan langsung memeluknya.
“ Rega..” bisik Rey, dia tidak bisa menahan airmatanya. Sungguh! Dia sesenggukan di pelukan adiknya yang lebih tinggi dan besar itu.
Kaku, Rega membalas pelukan Rey. Dan nyaman. Itulah yang Rega rasakan.
***
Rega dan Rey terdiam dengan suasana canggung di kamar Rey. Elang keluar karena ingin memberi mereka berdua privasi.
“ Ga, abang minta maaf!” lirih Rey. Rega diam tak melirik sedikitpun.
“ Ga..” lirih Rey parau. Rega menoleh dan memeluk REY yang kaget.
“ Rega juga minta maaf abang.. Maaf karena Egoiss dan seenaknya.. maaf!” bisik Rey, butiran bening mengalir dari sudut matanya.
“ kamu engga salah.. abang yang salah.. kalau aja abang engga mengabaikan kamu.. kita nggak akan seperti ini.. maafin Abang Ga.. maaf!” bisiik Rey. Keduanya hanyut dalam sebuah rangkaian kejadian yang akan memperbaiki sebuah hubungan darah nantinya.
***
Elang menatap Rega yang kini terlelap di kursi penumpang. Wajahnya masih sedikit sembab. Setelah berdamai dengan Rey tadi, Rega pulang agak malam karena menghabiskan waktu bersama abangnya itu. Elang membuka pintu penumpang dan menatap Rega. Dia melepaskan seatbelt dan menggendong Rega menuju kamarnya. Melepaskan jaket dan sepatunya juga menyelimutinya sebelum akhirnya keluar kamar.
***
“ MORNING!” sapa rega ceria dengan seragam sekolahnya. Semua penghuni meja makan menoleh.
“ PAGI DEDEK SAYANG!” balas Cello semangat. Rega mendengus pelan dan mengecup pipi Lila dan Robbi bergantian.
“ Pagi Sayang..” balas Lila. tak lama Elang muncul dengan tas dan jaketnya.
“ doh doh.. yang semalem tidur nggak bangun bangun sekarang tanpa dosa juga ada!” sindir Elang. Rega menoleh dan nyengir.
“ pagi abang!” sapanya riang. Elang mendengus dan mengelus puncak kepala Rega.
“ pagi!” balasnya.
“ seneng banget pagi ini?” tanya Lila dengan senyuman. Berdiri disebelah Rega. Rega memeluknya dan tertawa.
“ iya dong bun..” balasnya riang. Lila tergelak mendengarnya. Elang dan Cello menggeleng pelan dan Robbi tersenyum kecil.
***
“ ABANGGG!” teriak Rega girang saat melihat Rey ada di rumah Elang. Dia menghampirinya dan mendekat. Duduk disebelah Rey dan nyengir.
“ Baru pulang?” tanya Rey. Rega mengangguk. Rey mengelus kepala Rega sayang.
“ Ga, ganti baju!” tegur seseorang. Rega mendongak, Cello di ambang tangga berkacak pinggang. Rega nyengir dan mengangguk, berdiri kemudian berlari menuju tangga. Rey tersenyum menatap Rega yang berlari keatas.
“ REGAAAA!” pekikan geram itu terjadi setelah terdengar bunyi gedebuk keras.
BRAK
“ MAAF ABANG!” teriak Rega dari dalam kamar.
“ HAHAHHAHAHAHA!” Cello dan Rey dengan kejamnya tertawa. Mengabaikan Elang yang misuh misuh sambil menuruni tangga. Menghampiri Rey yang menonton TV.
Hening..
“ Gimana perasaan elo damai sama Rega?”
“ seneng.. gue seneng banget sampai nggak tau gimana cara ngungkapinnya..” jawabnya. Elang tertawa. Terdengar deru mesin mobil dari halaman.
“ assalamu’alaikum..” salam Lila.
“ Wa’alaikumsalam..” balas Elang dan Rey. Mereka menoleh serempak.
“ REYY!” panggil Lila antusias dan menghampiri Rey. Memeluknya.
“ GESS! MOM!” balas Elang malas.
“ BUNDAA!” teriakan itu membuat ketiga orang itu menoleh. Rega sudah berganti baju dan berlari menghampiri Lila, namun saat seseorang lagi muncul, dia memutar arah dan menghampiri orang itu.
“ Ayah..” panggil Rega. Rey masih melongo bingung. sesaat dia makin kaget melihat siapa yang Rega panggil Ayah.
“ Mr. Jibran!” kaget Rey. Robbi menoleh dan tersenyum.
“ hai Rey..” balasnya. Dia menghampiri Rey sambil merangkul Rega.
“ panggil Ayah aja.. sama kek Rega manggil saya Ayah..” balasnya. Rey tersenyum kikuk.
“ kan sekarang kita keluarganya Rega.. otomatis kamu keluarga kami juga Rey!” bala seseorang. Cello muncul dan memeluk Lila.
“ eung..”
“ yahh.. gitulah!” jawab Elang saat Rey meliriknya. Rey menatap Rega yang nyengir kecil. Mengangguk dan tersenyum.
“ YEAY!” girang Rega. Memeluk rega. Lalu tertawa bersama sama keluarga barunya.

*** TAMAT

Miss You Mr. D :)

Hallo semuanya!
long time no see ya!
kali ini aku bakalan curhat.. cerita nggak penting kayak biasanya sih..
cuman sebenarnya aku mau cerita kalau aku kangen sama seseorang..
nggak tau kenapa tiap liat orang dan postur badannya hampir mirip sama dia aku jadi baper..
aku kangen..
suer deh ngga boong..
dan.. tadii..
ngga tau kebetulan atau apa..
dia lagi ngobrol sama temen temennya didepan ruangan gitu..
terus kebetulan aku mau kekamar mandi..
nah liat deh..
idiotnya..
aku nggak bisa nahan buat engga senyum..
alhasil malah jadi cengengesan nggak jelas..
mungkin dia illfell..
karena kebetulan dari awal aku muncul dari dalam perpus..
dia udah ngeliatin..
astaga..
berasa banget kangennya..
bahkan didepan tangga, masih berusaha nahan senyum meski akhirnya gagal juga..
dan karena salah tingkah dan gagal fokus..
hampir nabrak anak orang yang turun dari tangga..
astaga..
itu malu maluin sumpah tau engga..
didepan dia..
setelahnya kita masih sempet curi pandang gitu sebelum akhirnya dia balik mungkin karena illfeel ada cewek senyam senyum nggak jelas karena liatin dia..
anjirnya, fokus dunia aku jadi sama dia doang waktu itu..
oh ya, yang mau aku curhatin itu sebenarnya..
aku tuh engga lagi mau ngisengin atau ngincer dia..
malah orang lain..
yang sering aku sebut sebut kalau gemes juga bukan dia..
tapi kenapa malah dia yang aku kangenin..
astagaa..
apa karena emang udah jarang ketemu ya?
ckkk
bener bener deh..
oke deh.. aku emang kangen sama dia dan aku akui itu..
aku hanya berharap.. semoga dia selalu baik baik aja.. apapun keadaannya..
aku sayang dia.. jadi aku nggak mau main main sama dia..
aku ingin dia selalu bahagia..
terserah orang lain mau bicara soal obsesi atau apalah..
aku engga peduli..
yang aku peduli..
AKU SAYANG DIA..

Mr. D

Rabu, 17 Februari 2016

Antara kamu dan dia



Pelecehan seksual itu sedang marak sekali di jaman sekarang. Entah muda, remaja, tua atau bahkan tua bangka. Dan hari itu...
Seorang anak lelaki tengah di sodomi oleh 3 orang lelaki besar dan kekar. Si anak hanya bisa menjerit menahan sakit yang di rasakan di lubang bawahnya yang mengeluarkan darah dan juga cairan milik 3 lelaki itu. Seluruh tubuhnya sudah memar bahkan berdarah.
“ hiks.. ampun bang.. s-sak.. ahhh... sakit!” isaknya. Namun tidak ada yang peduli. Mereka terus menggenjot tanpa peduli kalau yang sedang mereka sodomi adalah anak berusia 14 tahun.
***
Kampus itu sangat ramai dengan satu  titik fokus. 3 orang gadis itu saling pandang tak paham dan juga penasaran.
“ liat yuk!” ajak mereka.
“ yuk.. eh mbak..” panggil Lila yang menahan tangan seseorang.
“ eh ya?” tanyanya dengan wajah pucat dan mual.
“ kenapa?”
“ i-itu ada anak kayak abis kena pelecehan!” jawabnya lalu wajahnya nampak mual.
“ eh thanks!” ucap Lila sambil melepaskan tangannya. 3 gadis iu saling pandang dan mengangguk kemudian mendekati kerumunan. Suara suara makin jelas aja deh. Lila menerobos kerumunan paksa dengan jengkel pasalnya daritadi mereka cuman bisik bisik tetangga doang lah. Lila dkk sampai didepan, menatap satu fokus. Anak yang wujudnya kasian banget dan nangis lagi di bujuk oleh seorang cowok yang bikin Lila menyeringai.
“ ih sumpah ngeri!” ucap seseorang. Lila menoleh dan mendengus.
“ heh. Bubar sana! Bukannya bantuin malah bikin takut!” gertak Lila dingin. Mereka menatap Lila namun lalu meringis saat tatapan lila tajam dan auranya menakutkan. Mereka bubar dengan patuh.
“ eng.. thanks!” ucap cowok yang sedang membujuk anak itu. Lila menoleh dan mengangguk datar. Lila ikut berjongkok bersama cowok itu dan 2 temannya berdiri di belakangnya.
“ dek.. ayo dek.. ikut mas bentar yuk!” bujuk si cowok lelah. Lila terkikik mendengarnya. Si cowok menoleh sebal membuat lila bungkam.
“ gue diem loh mas!” jawab lila nyengir. Si cowok mendengus malas.
“ biar gue sini..” ucap Lila. dan tanpa menunggu jawaban, lila berdiri dan mendekat membuat anak itu makin meringkuk lemah.
“ ja-jangan!” lirihnya memohon. Lila tersenyum lembut dan berjongkok didepannya, bau menyengat langsung tercium. Mengelus rambutnya. Kasar
“ jangan takut sayang.. ikut mbak sama mas bentar yuk.. bersihin badan kamu.. nggak ada yang akan nyekitin kamu kok!” bujuk Lila lembut dan getir. Anak itu mendongak pada Lila takut. Mengangguk pelan. Lila tersenyum.
“ mas gendong!” suruh lila girang. Cowok itu membulat lalu mengangguk pasrah. Mengangkat tubuh anak itu.
***
Lila sampai di rumah mewah milik mas Rafsa, iya lelaki yang tadi nolongin anak itu. Bersama dua temannya.
“ gue nggak tau elo tetanggan sama mantan crush lo!” ucap Putri. Lila nyengir lebar. Iya tetangga, orang balkon aja hadap hadapan sama milik dia kok.
“ lupakan!”
“ tapi gue nggak pernah lihat dia deh di sini!” ucap Nana. Lila mencibir kepo. Dia menoleh apda Rafsa dan anak itu. Lila merangkulnya.
“ yuk mandi!” ajak Lila. menarik lembut tangan anak itu menuju kamar mandi. Anak itu berhenti dan memberontak dengan wajah ketakutan. Lila paham dan berbalik.
“ dengerin.. kamu bisa kayak gini terus.. baju kamu dna badan kamu kotor.. kamu harus di obati!” ucap Lila. rafsa menghela nafas dan menggendong tuh bocah ke kamar mandi, bathup.
“ hiks j-jangan!” isaknya. Rafsa mendesah pelan
“ sayang.. look at me.. nggak ada apa apa.. mandi sama mbak!” bujuk Lila. rafsa meliriknya dan mengangguk. Dia keluar dari sana meninggalkan lila.
“ ehh.. mas..” panggil Lila. rafsa menoleh.
“ kalau nggak ada pakaian yang agak kecilan, ambilin di rumah dong.. punya Varo!” ucap lila. rafsa mengangguk kemudian benar benar keluar rumah itu.
Lalu lila menoleh pada anak itu. Tersenyum miris melihatnya mengigil ketakutan.
“ bangun bentar sayang.. sini..” ucap Lila. anak itu mendongak menatap Lila dan lila gemas juga. Jadi dia menarik anak itu duduk di pangkuannya. Dia duduk di kursi yang dia bawa tadi dari luar. Setelanya dia menyalakan kran air panas dan dingin bersamaan lalu menunggu penuh. Setelah penuh, di berinya busa beraroma segar, lavender dan menatap anak itu.
“ mandi ya!” bujuk lila lembut. Menunduk menatapnya. Anak itu menatap lila takut bahkan badannya kaku. Lila mengusap pipi anak itu dan mengecup keningnya. Meraih gunting membuat mata anak itu membulat.
“ buat gunting baju kamu!” jelas Lila dna benar, lila hanya menggunting bajunya bahkan tanpa malu membiarkannya telanjang. Pandangan anak tu kosong dan hampa sekali. lila membersihkan tubuhnya dari noda noda bekas eung, pemerkosaan semalam dengan telaten.
***
Selesai, lila menatap anak itu sayang. Pandangannya masih kosong dan terlihat tampak tak ada kehidupan disana. Lila mengelus kepalanya sayang dan tersenyum sendu.
“ sayang.. back to earth!” ucap Lila lembut. Anak itu masih diam saja, lila meringis menatap luka memar di wajah tampan bocah itu. Bahkan di seluruh badannya.
“ udah la?” tanya Putri mendadak nongol. Lila menoleh dan mengangguk, mereka nongol dengan nampan di tangannya. Bubur. Lila meraihnya dan tersenyum tipis.
“ thanks yee..” ucap lila. mereka mengangguk dan meletakkan teh gelas di atas nakas. Lalu seseorang lagi muncul, Rafsa dan seseorang.
“ ohh.. ada Nyonya besar eh! Siapa yang sakit?” tanya orang itu. Lila mendengus dan menunjuk anak itu dnegan dagunya. Dokter itu mendekat dan mengangguk. Memeriksa setiap inci tubuh anak itu dan kesehatannya.
“ trauma aja sama memar dan yah, anusnya terluka lumayan parah.. gue kasih resepnya dan saleb agar memarnya hilang hilang..” ucap dokter itu. Lila dan Rafsa mengangguk.
“ thanks loh bang..” ucap Lila nyengir. Sosok dokter didepannya mengangguk.
“ nope.. tapi, siapa dia?”
“ nggak tau.. kebetulan ketemu di parkiran kampus!” ucap Rafsa santai. Dokter itu mengangguk.
“ oke.. hati hati.. dia masih rapuh!” ucap dokter itu. Lila dan rafsa mengangguk.
“ akur kalian.. gue balik kerumah sakit duluan!” pamitnya. Lila mengangguk bersama Rafsa.
“ hati hati bang!” ucap lila.
Lalu sepeninggalan mereka, Lila duduk di pinggiran kasur dan meraih bubur. Menatap anak itu dan mengenggam tangannya erat, anak itu tersentak dan beringsut hendak mundur namun yang ada malah ringisan.
“ jangan banyak gerak.. tubuh kamu memar dan alat vital kamu terluka, lumayan parah!” ucap lila. anak itu menatap lila takut dengan buliran bening yang sudah menetes kemudian dengan sayang, lila mengusap pipinya lembut lalu mengecup pipinya lembut.
“ sini makan dulu sayang..” ucap Lila. anak itu menatap lila dan mangkuknya lalu mulai tenang. Lila tersenyum dan menyendokkan bubur itu, meniupnya pelan dan menyodorkannya.
“ ayo makan sayang..” ucap Lila. anak itu membuka mulutnya ragu lalu melahapnya. Lila tersenyum menatapnya.
***
Malam itu, lila dan Rafsa ada di tepi kolam renang rumah rafsa. Duduk bersebelahan sambil menatap langit.
“ lo, nggak capek?” tanya Rafsa.
“ engga! Biasa aja napa mas!” gerutu Lila. rafsa menoleh dan menarik pinggang lila mendekat.
“ lo ngeselin hari ini!” gerutu Rafsa sambil mengecup pipi Lila. lila terkikik pelan dan mengeliat di pelukan Rafsa.
“ elah.. orang bantuin gendong dia doang!” balas Lila. rafsa mengangguk.
“ menurut elo.. sampai kapan dia tra..”
BRUK
PRANG
Lila dan Rafsa saling pandang dan berlalu dari sana menuju dapur. Sesosok bocah berjongkok memunguti pecahan gelas dengan gemetaran. Bahkan air matanya merembes. Lila dan Rafsa saling pandng lalu mendekat.
“ sayang.. kamu mau ngapain?” tanya lila. rafsa mengangkat tubuhnya yang mengigil ketakutan di atas bar conter dapur. Lila membereskan pecahan itu.
“ m-maaf!” isaknya. Lila membuang di tempat sampah dan membuka kulkas, meraih sekotak jus dan gelas. Menuangkan jus mangga itu lalu membawanya kepada anak itu.
“ kamu hauskan? Nih!” ucap lila menyodorkan jus itu. Anak itu menoleh takut pada Lila. rafsa mengelus punggungnya lembut.
“ a-aku alergi mangga!” lirihnya hampir tak terdengar. Lila mengerjab dan terkekeh pelan.
“ maaf sayang.. kalau jambu?” tawar Lila. anak itu mengangguk. Lila berbalik mengambil jus yang lain. Menyodorkan anak itu dan meminumnya hingga tandas. Lila duduk di kursi bar conter dapur bersama Rafsa sedangkan anak itu di mejanya. Menunduk gelisah.
“ nama kamu siapa?” tanya lila lembut dan meremas jemari mungil itu. Anak itu mendongak. Berkaca kaca.
“ a-aku R-raka!” ucapnya terbata. Lila tersenyum.
“ nama yang bagus.. Raka!” komentar Rafsa santai.
“ laper ngga?” tanya Lila. raka makin menunduk saat terdengar bunyi perutnya. Lila dan Rafsa terkikik.
“ oke, karena udah malem sekalian masak buat makan malam aja.. kamu tunggu sama om itu di ruang tengah ya..” ucap lila lembut. Anak itu menoleh pada rafsa.
“ yuk!” ajak Rafasa. Menggendong anak itu yang langsung tersentak. Lila terkekeh pelan. Membuka kulkas dan mengambil beberpaa potong cheese dan chocolate cake. Lalu camilan dan jus. Membawanya keruang tengah.
“ buat ganjel perut bentar.” Jelasnya
***
Raka kembali dalam mode diamnya dia setelah makan malam. Mereka sedang nonton Tv dan anak itu nampak menerawang jauh dan badannya gemetar sedikit.
“ sayang..” panggil lila sambil menepuk bahu Raka. Raka menoleh kaget. Wajahnya bahkan agak pucat. Lila tersenyum dan menarik Raka kedalam pangkuannya.
“ kamu jangan ngelamun.. kesambet entar!” gurau Lila. raka hanya menunduk tak menanggapi gurauan Lila. lila mengelus rambut Raka pelan, Rafsa ada di ruang kerjanya mengerjakan tugas tugas perusahaan yang agak terbengkalai karena kesibukan kampus mereka. lila menarik kepala Raka kedalam pelukannya.
“ kamu kenapa? Cerita sama tante.. siapa tau nanti agak lega dan baikan.. meski yah tante bukan pendengar yang baik!” jawab Lila. raka mendongak pada lila dan memeluk Lila. terisak pelan membuat Lila tersenyum kecil dan mengelus punggungnya sayang.
***
Setelah insiden tangis tangisan semalam, Raka ketiduran di pelukan lila dan sampai pagi ini akhirnya Raka tidur bareng lila dan Rafsa. Lagian lila nggak tega biarin Raka tidur sendirian dan berakhir teriak teriak trauma tengah malem. Kayak semalem dan untungnya tenang dengan cepat. Lila menatap Raka dari pinggiran ranjangnya. Raka masih terlelap dengan pulas dan wajah polosnya.
“ gue bolos deh yang.. nggak tega ninggalin Raka sendirian!” ucap lila. Rafsa tersenyum dan mengangguk.
“ yaudah elo mandi, gue siapin sarapan!” ucap lila.
“ iya bawel!” jawab Rafsa. Memeluk pinggang Lila agar merapat dan mengecup kening kemudian bibirnya sekilas. Lila terkekeh pelan.
“ kesempitan!” gerutu Lila. rafsa tertawa dan mengecup pipi lila sebelum berlalu dari sana.
***
Raka turun ke lantai 1 masih dengan langkah kaki ngakang yang sebenarnya nggak lucu banget tapi lucu sih. Wajahnya masih agak meringis kesakitan gitu. Rafsa sigap mendekat dan menggendongnya.
“ masih sakit ya?” tanya Rafsa.
“ s-sedikit om..” jawabnya dengan ringisan dan itu artinya bokis. Masih sakit banget berarti. Rafsa hanya tersenyum dan mengelus kepalanya sayang.
“ morning honey!” sapa Lila lembut pada Raka. Raka mendongak dan wajahnya memerah.
“ e-eung..” dia salah tingkah membuat Lila dan Rafsa terkekeh. Lila mengelus kepala Raka setelah meletakkan nasi goreng di depan rafsa.
“ mau roti apa nasi goreng sayang?” tanya Lila. raka mendongak dengan tatapan lucu. Meski tidak berbinar seperti kebanyakan dan malah redup, setidaknya nggak semati kemarin.
“ n-nasi goreng tante!” jawabnya lirih. Lila mengangguk dan menyentongkan nasi goreng ke piring didepan Raka. Lalu telur ceplok.
“ makan yang banyak!” ucap Lila. raka mengangguk pelan dan meminum susu di sebelahnya lebih dulu.
***
Hanya ada Raka yang duduk di sebelah lila sekarang. Mereka nonton Tv, ups salah. Tepatnya Raka doang yang nonton. Lila mantengin lapropnya.
“ kamu keturunan Liam ya?” tanya Lila tiba tiba. Raka tersentak kaget lalu menunduk dan meremas jemarinya. Lila menoleh dan mengelus tangan Raka.
“ tante turut berduka soal keluarga kamu.. kamu kuat kok.. ada tante dan om disini!” ucap Lila. raka mendongak berkaca kaca.
“ tante.. kenapa tante baik sama Raka?” tanya Raka. Lila tersenyum.
“ karena tante sayang dan peduli sama Raka.. jadi Raka jangan sungkan sama tante atau om!” jelasnya. Raka makin mengeratkan pelukannya pada Lila dan meringis pelan.
“ itu kamu masih sakit?” tanya Lila. raka mengangguk lirih.
“ sini di kasih salep lagi!” ucap lila. dan.. wajah Raka memerah.
“ m-malu te..” jawabnya.
“ lalu kemarin pas tante mandiin kamu.. apa kabar coba?” gurau Lila. raka cemberut membuat lila terkekeh. Dia meletakkan Raka di sofa dan membaringkannya dengan telungkup. Kemudian melepaskan celana Raka membuat Raka menenggelamkan kepalanya dalam dalam di bantalan sofa. Lila terkikik pelan kemudian berjalan menjauh mengambil salep tersebut. Setelahnya lila kembali dan mengoleskan salep dingin itu di lubang Raka. Raka merintih sesekali.
“ nah finish!” jawab lila sembari memakaikan kembali celana Raka. Lila mengusap rambut Raka sayang. Raka masih menyembunyikan wajahnya di bantal.
“ sakit banget ya sayang?” tanya Lila.
“ hiks.. perih te..” isaknya. Bahunya bergetar pelan membuat lila menatapnya getir.
“ tahan ya sayang!” bisik Lila. raka masih terus merintih sampai akhirnya kesadarannya perlahan hilang. Dia jatu terlelap bukan pingsan.
***
BRUG
“ sial!” umpatan itu membuat Rafsa mendongak dan berdecak sinis mengetahui siapa sosok didepannya. Sama seperti sosok yang juga menatapnya tak suka didepannya.
“ minggir!” sengit sosok itu. Rafsa mendengus dan memberi ruang agar bisa lewat. Sosok itu menabrak bahu Rafsa keras.
“ anjrit lo!” umpat Rafsa. Sosok itu berhenti dan menoleh sedikit.
“ katakan itu pada diri lo.. PHO!” desisnya.
“ gue bukan PHO anjing!”
“ yes.. you’re. Lo udah merusak hubungan gue dan lila!” desisnya membuat sebersit rasa bersalah dalam diri Rafsa.
“ bii.. gue..”
“ simpan bualan lo anjing!” kemudian berlalu begitu saja.
“ lila sayang sama elo..” bisik Rafsa. Sosok itu terhenti dan tangannya terkepal kuat.
“ apa dengan sayang aja cukup? Nyatanya meski kami saling sayang, dia nggak memperjuangkan gue!” desisnya sinis kemudian benar benar pergi dengan senyum getir di wajah tampannya. Namanya Daerobi Mahameru Jibran. Mantan crush onnya nyonya besar Parameswara.
***
Lelaki tampan itu memejamkan matanya menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya. Dia mendesah pelan dengan senyum getir di wajahnya.
Apa arti semua kebersamaan yang akhirnya berakhir kosong ini.. membuat rongga itu kian menganganga lebar dan membuat semakin sulit tertutup rapat..
Apa elo bahagia la? Gue selalu berharap elo bahagia.. dan kalau elo tanya apakah gue bahagia.. jawabannya adalah gue nggak tau apakah gue masih bisa bahagia selepas semua yang terjadi..
***
Lila tersenyum saat sebuah tangan melingkar manis di pinggangnya. Tanpa dia menoleh, dia tau siapa yang tengah memeluknya seperti itu.
“ masak apa hmm?” tanya Rafsa. Lila menunjuk ikan di westafel.
Lalu hening...
“ lepas!! Gue mau masak!”
“ biar gini bentar aja!” ucapnya. Lila mendnegus malas.
“ tadi gue ketemu dia..” jelas Rafsa tubuh Lila sontak menegang. Lalu mendengus pelan.
“ masalalu.. nggak usah di bahas!” ketus Lila. rafsa merasakan dengan jelas perubahan pada Lila dan mendesah pelan. Mengecup puncak kepala Lila dengan sayang.
“ maaf!” bisik Rafsa kemudian melepaskan pelukannya dan menjauh. Membuka kulkas dan mengambil apel hijau didalamnya.
***
Lila memandang jauh kedepan, menatap cincin yang melingkar di jari manisnya. Cincin pertunangannya dengan Rafsa. Menatap jauh kedepan di mana semua kesalahan itu.
Maaf bii.. bukan gue nggak mau memperjuangkan kita.. hanya saja, mungkin ini memang yang terbaik.. maaf menyakiti elo.. maaf ngebuat elo lagi lagi merasa sendiri dan di tinggalkan.. semoga elo bahagia selalu.. gue selalu berdo’a yang terbaik untukmu..
Setetes butiran bening mengalir di pipinya. Rindunya..
Varo.. alvaro Keynan.. anaknya dan Robbi.. meski bukan anak kandung. Tapi dialah yang menentang keras pertunangan Lila dan Rafsa meski Robbi sudah memberi pengertian. Sampai akhirnya 3 bulan yang lalu setelah pertunangan itu, Varo meminta pindah ke Aussey bersama Oma dan opa Jibrannya.
Butiran bening itu menetes bersama butiran yang lain..
Sunny.. bunda kangen.. batinnya sendu
***
Di sebuah tempat yang jauh.. beribu ribu mill jauhnya. Seorang remaja duduk termenung di balkon kamarnya. Tersenyum getir dengan pandangan jauh ke angkasa. Dia bahkan tak menyadari seorang lelaki tampan masuk dan mendekatinya. Mengelus bahunya pelan. Dia tersentak.
“ uncle tumben pulang!” ucapnya sambil menoleh. sosok Leon, abang lila tersenyum.
“ kangen sama keponakan abang.. kamu apa kabar? Seneng disini?” tanya Leon.
“ seneng bang! Mereka asik!” jawab remaja itu antusias. Leon menatap matanya dan tersenyum lirih.
“ masih marah karena bunda milih sama Om Rafsa di bandingkan sama ayah hm?” tanya Leon. Varo membuang muka dan berdecak.
“ Varo nggak mau ngebahas apapun soal itu!” ketusnya. Leon duduk di sebelah Varo dan mengelus bahunya.
“ kamu nggak kangen sama bunda dan Ayah?” tanya Leon.
“ buat apa? Kangen sama orang egois..!” ketusnya.
“ tapi Om rafsa juga baik loh..” ucapnya.
“ kalau om kesini cuman mau bujukin Roo buat balik mending nggak usah!” ketusnya tegas. Leon mendesah dan menyandarkan kepala Varo didadanya.
“ kamu tau engga.. ayah minggu kemarin kekantor om.. nanyain kamu gimana!” ucap Leon. Tatapan Varo jadi sendu.
“ apa ayah baik baik aja?”
“ mungkin tak pernah sebaik saat ada kamu!” jelas Leon.
“ varo kangen ayah sama bunda.. kangen mereka bareng..” lirihnya. Leon paham perasaan Varo. Dia bukan tidak bisa menerima Rafsa, hanya saja Varo memang tidak ingin ayahnya di gantikan siapapun. Dia hanya ingin Robbi dan Lila. hanya mereka bukan orang lain.
***
Rafsa di tempat yang sama namun ruangan yang berbeda mendesah pelan. Dia tau Tunangannya itu terpaksa menuruti keinginan orangtuanya. Bahkan rela melepaskan anak semata wayangnya. Dan juga rela melepaskan kekasihnya. Rafsa merasa jahat. Meski sejujurnya dia mencintai Lila, tapi apakah dia terlalu egois mengorbankan orang banyak demi kepentingannya. Meski Lila tak pernah mengeluh, namun dia tau. Lila sedikit tersiksa dengan semuanya.
***
Seminggu...
Lila berjalan tergesa dengan Raka di sebelahnya. Mengenggam tangan Raka, bersyukurlah Raka sudah baikan. Lila mengambil kartu apartemen dan menekan password. Setelah pintu terbuka, dia masuk bersama Raka dan tak lupa menutupnya.
“ sayang.. kamu duduk aja! Tante kekamar sebentar!” pamit Lila. raka mengangguk. Lila membuka pintu kamar dan mendesah pelan. Di sana, di ranjang besar kamar itu, seorang lelaki tampan dengan wajah pucatnya tengah terlelap. Rasa bersalah merayapinya lagi. Dia mendekat dan duduk di sampingnya. Tak menyadari butiran bening menetes dari kedua sudut matanya. Tangannya terulur menyentuh dahi lelaki itu.
“ sayang maaf.!” Bisik lila sendu. Dahi lelaki itu panas sekali, maka Lila hendak mengambil kompres namun tangannya tertahan. Dia menoleh, Robbi menatapnya sendu juga. Ada luka di mata itu.
“ temenin gue!” ucapnya lirih bahkan nyaris tak terdengar.
“ gue ambil kompresan bentar!” ucapnya. Robbi menggeleng tak setuju.
“ Plis! Bentar aja! Gue kesini juga tadi ngajak anak orang!” ucap Lila. robbi menyipit.
“ bukan Rafsa..!” jawabnya. Robbi mengangguk pasrah dan melepaskan genggamannya membiarkan Lila menemui ‘anak orang’ dan mengambil kompresan.
Tak lama, Lila masuk bersama seorang remaja berusia entah berapa mungkin 13 tahun karena badannya kecil. Dia mengernyit sedangkan anak itu menunduk takut takut.
“ dia siapa?” tanya Robbi. Berusaha bangun namun malah pusing menderanya. Lila menatapnya khawatir.
“ jangan bangun.. makan, minum obat lalu tidur!” bujuk lila. robbi menatap lila. mendengus pelan.
“ pliss!” jawabnya memohon. Robbi mengangguk pasrah.
“ boy,. Kemari!” suruh Robbi. Raka mendekat ragu dan naik ke tempat tidur dan duduk di sebelah Robbi.
“ nama kamu siapa?”
“ Ra-raka om!” jawabnya lirih. Robbi tersenyum.
“ nama om Robbi.. jangan takut..” ucap Robbi lembut. Lila mengulum senyum sendu melihatnya. Raka tersenyum dan memeluk Robbi, robbi tersentak namun tersenyum dan mengelus bahu Raka.
“ om punya anak seumuran kamu!” lirih Robbi saat Raka sudah melepaskan pelukannya dan tiduran di sebelah Robbi.
“ siapa om? Dia dimana?” tanya Raka antusias. Sesaat lila takjub, secepat ini dia akur dengan Robbi.
“ dia pergi jauh.. karena suatu alasan!” jawab Robbi sambil melirik lila yang meringis. “ namanya Alvaro Keynan..”
“ kok mirip sama anaknya tante!” jawabnya polos. Robbi terkekeh miris. Lila meletakkan kompresan di dahi Robbi.
“ benarkah?” raka mengangguk antusias.
“ namanya sama.. apa om dan tante orangtuanya?” tanyanya polos.
“ ahhh.. maaf!” lirih Raka saat tau dia salah. Robbi mendesah pelan.
“ iya... orangtua itu kami..”
“ terus kenapa om dan tante pisah? Malah tante sama Om Rafsa?” tanyanya bingung.  Robbi terkekeh pelan miris.
“ ada sebuah alasan.. udah kamu nemenin om bobo disini..” jelas Robbi. Raka mengangguk polos.
“ ahhh.. om sakit.. maaf!” ucap Raka sendu. Robbi menggeleng dan menarik kepala Raka mendekat kearahnya. Setetes butiran bening menetes di sudut mata Robbi. Lila menangkapnya dan membuang muka. Sendu!
***
Robbi menatap wajah polos Raka dengan pandangan kosong.
“ gue kangen Varo!” lirih lila dan Robbi bersamaan. Keduanya saling pandang dan terkekeh miris.
“ maaf!” lirih Lila akhirnya. Robbi bangun dan menatap lila. memeluk Lila. saat itu tangisan Lila pecah dan isakan lila mendominasi ruangan itu. Robbi ikut menangis.
“ gue sayang elo.. gue harap elo bahagia sayang!” ucap Robbi. Lila mengeratkan pelukannya dan menggeleng keras.
“ gue mau sama elo.. gue sayang elo.. hiks!” isakan Lila membuat hati Robbi teriris.
“ gue juga maunya kek gitu..”
“ gue akan minta Rafsa membatalkan smeua ini.. gue mau sama elo..”
“ elo akan menyakiti dia sayang..”
“ tapi kalau engga.. kita bertiga yang tersakiti.. lo nggak tau gimana rasanya jadi gue.. gue.. gue.. gue benci diri gue!” isak Lila. robbi memeluk Lila erat.
“ udah.. gue yakin elo bahagia sama dia!” bisik Robbi. Lila hanya terisak pelan tak menanggapi.
***
Rafsa tidak buta untuk melihat bagaimana besar cinta Lila dan Robbi. Dia sungguh tidak buta. Dia melihatnya dnegan jelas. Hanya saja dia terlalu egois.
Apakah aku nggak bisa bahagia di sisa umur gue yang tersisa? Batinnya miris dan egois.
***
Lila membuka kamarnya dan Rafsa. Sudah pukul 7 malam dan dia baru pulang dari apartemen Robbi. Raka menginap disana atas kemauan sendiri dan kemauan Robbi. Lila menyipit melihat seseorang yang terlelap di kasur. Dia mendekat dan duduk di tepi kasur. Wajahnya pucat.
“ mas..” panggil Lila tangannya terulur mengelus dahi Rafsa. Rafsa mengerang dan mengerjab pelan. Menatap lila sendu.
“ udah minum obat?” tanya Lila. rafsa menggeleng lemah. Lila mendesah pelan.
“ gue ambil makan sama minum dulu..” pamitnya kemudian berdiri dan keluar.
Tak lama Lila muncul dengan sepiring makanan dan jus serta air putih. Duduk di tepi kasur dan menyuapi Rafsa.
“ gimana kuliah hari ini?” tanya Lila. Rafsa menggedikkan bahunya acuh sembari mengunyah.
“ biasa aja.. nothing spesial!” jawabnya malas. Lila tersenyum dan mengusap sudut bibir Rafsa yang belepotan. Lila tersenyum geli.
“ Robbi baikan?” tanya Rafsa lirih.
“ yah.. better sih.. Raka nginep disana!” jelasnya. Rafsa menaikkan sebelah alisnya dan mengangguk.
Mereka berbincang sembari Lila menyuapi Rafsa kemudian menyodorkan obat pada Rafsa yang segera di minumnya. Mereka berbaring bersebelahan.
“ la..” panggilnya.
“ hmm..” jawab Lila. rafsa menunduk menatap Lila sendu.
“ maaf misahin elo sama Robbi..” lirihnya. Lila hanya tersenyum lembut.
“ it’s okay.. bukan masalah besar!” jawab Lila.
“ tapi gue nyakitin kalian!” jawabnya.
“ gue tau.. udahlah.. biar aja smeuanya ngalir kek gini..” ucap Lila mengelus rambut Rafsa kemudian menariknya kedalam pelukannya. Nafas Rafsa memberat kemudian tenang dan teratur. Dia terlelap.
Lila menatap Rafsa yang terlelap dengan sendu.
Kalau bukan karena permintaan orangtua elo.. gue nggak akan mau begini sejauhnya.. kuat ya.. batin Lila pada Rafsa
***
Seorang remaja tampan nampak tergesa berjalan keluar dari terminal Internasional. Mengenakan Ranselnya dan memakai Raybannya. Dia tampak keren dan tampan serta cool disaat bersamaan. Dia baru saja mendapat info dari Omnya kalau Ayahnya sakit dan dia tidak bisa membiarkan ayah terseayangnya sakit.
***
Klik
BRAK
Robbi dan Raka yang sedang nonton TV langsung tersentak mendengar bantingan pintu. Mereka menoleh dan namun lebih dulu seseorang menubruknya kedalam pelukannya. Robbi menegang sebelum matanya membulat dan berkaca kaca.
“ Varo..” lirihh Robbi sambil membalas memeluk Varo.
“ iya,. Ini varo ayah.. ayah sakit? Mana yang sakit? Udah ke dokter?” tanya Varo beruntun panik. Raka hanya melongo dan Robbi tersenyum senang.
“ kamu pulang karena khawatir sama ayah?” tanyanya. Varo mengangguk menatap Robbi. Matanya berkaca kaca.
“ maafin Varo ayah!” ucapnya sendu. Robbi menggeleng dan menangkup putra tunggalnya itu. Mengecup keningnya sayang.
“ ayah yang salah.. ayah baik baik aja.. cuman demam tadi dan sedikit kurang istirahat.. tadi bund..” ucapan Robbi terpotong dan menatap Varo.
“ bunda kesini?” tanyanya.
“ ya.. bunda yang ngerawat Ayah tadi.” Jawabnya. Varo tersenyum sendu.
“ ahhh.. Varo kangen bunda dan Ayah..” lirihnya memeluk Robbi. Air matanya menetes. Namun sesaat dia menyipit.
“ heh, elo siapa?” tanya Varo pada Raka yang memucat. Dia melepaskan pelukannya dan menatap tajam Raka. Robbi menoleh.
“ dia, Raka... bunda nemuin dia di kampus dan.. ceritanya panjang.. nanti ayah ceritain!” jelasnya. Varo mendengus dan mengangguk. Tangannya terulur menepuk puncak kepala Raka.
“ jangan takut.. gue Varo..” ucap Varo berusaha ramah. Raka merapat pada Robbi takut.
“ o-om..” lirihnya. Robbi terkekeh geli saat Varo cemberut. Dia mengangkat Raka kedalam pangkuannya.
“ jangan takut.. dia anak Om dan tante.. dia baik kok!” ucap Robbi. Raka menatap Varo lucu.
“ ihh.. umur berapa sih.. unyu banget!!” gemas Varo mencubit pipi Raka.
“ kelas 2 SMP!” jelasnya. Varo membulat lalu mengangguk dan tersenyum.
“ jadi adek Varo kan?” tanyanya berbinar.
“ yahh..” jawab Robbi sekenanya. Varo berteriak girang dan memeluk Raka membuat Raka tersentak kaget.
“ a-abang!” lirihnya.
“ KYAA!! LUCUU!!” teriaknya gemas. Robbi terkikik geli.
***
BRAK
“ ANAK GUEE!!” teriak Lila antusias. Varo menoleh dan berlari memeluk Lila.
“ bunda...! Varo kangen!!” rengeknya. Lila menangis dalam diam.
“ bunda juga kangen banget sama abang.. hiks.. doh, bunda cengeng!” gumam Lila. varo terkikik namun air matanya mengalir. Raka dan Robbi hanya menatap mereka.
“ Bunda.. Varo minta maaf.. udah jadi anak durhaka!” lirihnya. Lila tertawa sendu dan menggeleng.
“ bunda yang egois sayang.. kamu engga salah!” jelas Lila. varo mengangguk.
“ emang bunda yang salah kok!” jawabnya enteng.
Plak
“ kurangajar!” desis Lila. robbi tertawa mendengarnya. Varo meringis mengelus kepalanya yang di toyor Lila.
“ bunda ih! Nanti Varo bego!” gerutunya
“ nggak akan!!” balas Lila. dia kemudian menangkup wajah varo dan menatapnya sendu. Mengecup kening Varo sayang.
“ bunda kangen bangettt!!” lirih lila bersama butiran bening yang menetes. Varo tertegun lalu tersenyum dan mengecup kening Lila.
“ iya bunda.. varo juga dan Varo maaf udah buat bunda dan ayah terluka!” jelasnya. Lila menggeleng dan kembali memeluk Varo dalam suasana haru biru.
Melupakan satu hal..
***
Rafsa menatap sendu pemandangan didepannya. Dia merasa tak di anggap, wajar kok. Dia memang bersalah. Rencananya dia mengantar Lila bertemu Varo sekaligus minta maaf. Nyatanya malah yang terjadi membuatnya nyeri sekali.
“ rafsa!” panggilan kaget itu. Rafsa menoleh menatap Robbi yang kaget dengan kehadirannya. Dua sosok yang sedang saling melepas rindu itu menoleh. lila menepuk dahinya dan varo mengerut tak suka.
“ ahh.. masuk mas!” ucap Lila. rafsa menatap varo
“ en—engga deh.. gue balik aja!” pamitnya getir. Kemudian berbalik dengan cepat. Memasuki lift dan menekan nomor paling bawah. Dadanya sesak dan kepalanya pening.
Pliss jangan kumat disini.. pliss.. batinnya menguatkan.
***
Lila dan Robbi saling pandang. Mereka berdiri dengan cepat.
“ kejar dia!” ucap keduanya serempak.
“ HAH!” varo melongo kaget. Apalagi kedua orangtuanya langsung keluar meninggalkan Raka dan varo. Raka mendekati Varo yang takjub.
“ bang.. abang!” panggil Raka. Varo menunduk dengan tampang cengo.
“ abang mau ikut ngejar Om Rafa?” tanyanya.
“ uh.. harus?” tanyanya bego.
“ Raka nggak tau..” jawabnya polos. Varo merangkul Raka.
“ yaudah yuk!” ajaknya. Raka mengangguk. Anak yang hanya setinggi dadanya itu nampak mungil dan ringkih di pelukannya.
***
TOK TOK TOK
“ sa.. buka saa!” panggil Robbi mengetuk mobil Rafsa. Rafsa menoleh kaget.
“ buka cepetn!” ucap Robbi. Rafsa meringis pelan mencengkeram stir mobilnya kuat. Antara kaget dan sakitny.
“ gue pecahin akcanya kalau engga di buka!” sungut Robbi mulai hilang kesabaran. Kepala Rafsa berkunang dan dngan sisa tenaga membuka locknya lalu gelap.
Robbi dan Lila melonjak mendengar klakson itu berbunyi. Membuka pintu mobil dan mengangkat kepala rafsa yang menangkup di stir mobil. Darah menetes dari hidungnya.
“ pindah pindah.. bawa kerumah sakit!” ucap Lila panic. Robbi mengangguk. Mengangkat dengan hati hati tubuh Rafsa dan memindahnya kebelakang. Lalu masuk di susul lila. namun Varo dan Raka malah nongol.
“ ayah kenapa?” tanyanya kaget.
“ ayah nitip Raka.. ayah sama bUnda kerumah sakit!” jelas Robbi. Varo mengernyit lalu mengangguk.
“ oke..”
Lalu dengan seenkanya mobil melaju meninggalkan Varo dan Raka yang bingung dan saling pandang.
***
Lila dan Robbi menghela nafas berat. Mendengar penjelasan dokter kalau penyakit Rafsa sudah semakin parah. Mereka memandang wajah Rafsa yang kian kurus dengan sendu.
“ jaga dia baik baik yang..” ucap Robbi. Lila mengangguk pasrah.
“ baiklah..” ucapnya. Robbi tersenyum dan mengecup kening Lila.
***
“ ayah.. Om Rafsa kenapa?” tanya Varo saat Robbi masuk kedalam apartemen. Robbi menoleh dan tersenyum. Mengecup kening Varo.
“ dia sakit.. KO Stadium akhir..” jelasnya. Varo mengerjab lalu ternganga kaget.
“ itu sebabnya ayah dan bunda memutuskan berpisah.. setidaknya kami hanya ingin Rafsa bahagia!” ucapnya. Varo tersenyum getir dan memeluk Robbi.
“ maafin varo!” ucapnya. Robbi menggeleng.
“ nope sayang.. besok kita pulang kerumah!” varo membulat.
“ kenapa?”
“ ayah udah lama ninggalin rumah sejak kejadian itu.. ayah juga sama egois sebelumnya kok .. sama kayak kamu.. itu sebabnya ayah kabur kemari!” jelasnya. Varo nyengir menatap Robbi.
“ pantesan!” gumam Varo. Robbi menyipit. Varo tekekeh.
“ adek mana?”
“ di kamar mandi!” jawabnya. Robbi mengangguk dan menghidupkan TV. Varo beranjak kedapur dan membawa sebotol coke untuk Robbi.
“ thanks son!” ucap Robbi. Varo mengangguk. Memeluk Robbi.
***
Lila menatap Varo, Robbi dan raka yang datang terengah di lorong koridor rumah sakit. Tatapan Lila getir dan datar pada mereka.
“ dia.. pergi!” lirih lila. varo segera memeluk Lila.
“ Bundaa!!” lirihnya memeluk Lila. lila tersenyum tipis.
“ bunda okay sayang..” ucap lila. robbi mendekat dan mendekap keduanya. Sejujurnya ada kelegaan tersendiri di hati Lila dan Robbi. Bukan maksud jahat, tapi bolehkan mereka bahagia untuk keluarga kecil mereka? tentu bolehkan.
“ dia bilang maaf udah ngusik kita dan semoga kita bahagia..” ucap Lila. robbi dan Varo mengangguk. Varo melepaskan pelukan dan menoleh.
“ sini dek.. kamu keluarga kita!” ajak Varo. Raka menunduk dengan mata memerah menahan tangis lalu berlari menghambur memeluk kami.
Sesederhana itu kisah yang terjalin antara kami.. sejauh apapun atau seluas apapun jarak yang terbentang.. jika memang kamu rumahnya kembali.. maka dia akan kembali.. sesulit apapun rintangan yang siap menghadang didepan mata.
***
Seorang lelaki berwajah tampan itu tersenyum di atas sana. Melihat keluarga kecil itu tersenyum kembali dan berkumpul. Setidaknya dia sudah merelakannya. Setidaknya dia pernah bersama dengan gadis itu. Dan sekarang tugasnya sudah di gantikan.
“ titip Lila bii.. jagain Lila, Varo dan Raka.. juga malaikat yang akan ada didalam keluarga kalian nanti.. sayangi mereka.. sampaikan salam dan maafku pada mereka terutama Varo.. aku kembalikan kebahagiaanmu yang pernah ku pinjam meski tak sepenuhnya..”
Robbi tersentak membuat lila dan Varo juga Raka menatapnya.
“ ayah kenapa?” tanya Varo. Robbi menatap mereka bergantian lalu tersenyum hangat dan lembut. Menggeleng pelan. Memeluk mereka lagi. Mulut Robbi didekatkan di telinga Lila.
“ barusan kayak ada yang bisikin.. rafsa ngembaliin kalian sama aku..” bisik Robbi. Lila menatap Robbi dan tersenyum lebar.
“ tentu.. tanpa dia minta aku akan kembali akrena kamu adalam rumahku!” jawab Lila lembut dan mengecup bibir Robbi. Robbi mengecup keningnya dan mengeratkan pelukannya.
Menatap gundukan tanah basah itu lalu menatap langit langit. Entah mereka yang berkhayal atau memang diatas sana sosok lelaki tampan bernama Rafsa itu tersenyum tulus dan hangat. Yang mereka lakukan hanya balas tersenyum tulus dan berterimakasih dalam hati.
“ bunda.. ayah.. Raka.. eung..” ucapan Raka mengalihkan semuanya. Anak itu polos sekali. robbi menunduk dan menemukan wajah Raka memerah. Semua terkekeh. Robbi menggendong Raka, raka spontang melingkarkan kakinya di pinggang Robbi.
“ laper hmm.. ayo pulang!” ajak Lila geli. merangkul Varo. Mereka terkekeh dan meninggalkan satu jasad yang telah bahagia di alam sana. Tapi yang pasti, Do’a mereka takkan putus.

TAMAT***