Semua penghuni koridor langsung hening saat
seorang remaja berusia 17 tahun menginjakkan kakinya di koridor. Tatapan kagum,
suka, sayang, iri bahkan tergila gila nampak di wajah hampir sebagian besar
penghuni sekolah itu. Sedangkan remaja itu hanya melangkah dengan tenang,
santai seolah semua itu tak kasat mata. Wajahnya dingin, tatapannya menusuk dan
wajahnya datar. Wajah bak dewa yunani dengan mata hitam yang mampu membuat
siapapun terintimidasi. Dia melangkahkan kakinya menuju ruang kelasnya, XI IPA
1. Duduk di bangkunya dengan acuh mengabaikan tatapan kaget orang orang dan
memasang headset.
“ e-lang..” lirih seseorang gugup. Sosok yang
di panggil Elang, atau tepatnya Erlangga Bintang Avery itu tetap acuh, bahkan
melirikpun tidak.
“ E-elang..” panggilnya lagi. Akhirnya Elang
menoleh dan menatap datar orang yang menganggunya. Orang itu tergagap kaget,
wajahnya memerah dan langsung menunduk. Elang menaikkan sebelah alisnya aneh.
“ b-boleh ak-aku duduk disini? B-bangku y-yang
lain penuh!” ucapnya takut. Elang mengulas senyum tak kentara. Dia mengangkat
bahhu tanda terserah.
“ m-makasih!” ucap orang itu. Mata bulat dan
coklatnya menatap Elang senang. Elang tertegun sesaat sebelum kembali duduk di
bangkunya. Selain terkenal dingin, cerdas, disegani, dia juga jarang berbicara.
Sosok itu duduk disebelah Elang dan menatap Elang. Elang dapat merasakannya
dari ekor matanya. Saat dia menoleh, wajah imut itu tergagap dan memerah. Elang
menaikkan sebelah alisnya.
“ eung.. i-itu.. ak-aku Rey..” ucapnya gagap.
Elang menatap Rey lama membuatnya gugup dan makin memerah. Elang terkekeh
kecil. Rey terpana, bahkan dia tak peduli kalau dia melongo. Tangan elang
terulur menepuk puncak kepala Rey.
“ gue tau!” jawabnya singkat sebelum menatap
kedepan dan kembali mendengarkan headsetnya. Rey ternganga dan mengerjab takjub
dengan suara Bass yang keluar dari mulut Elang. Dia menggoyangkan lengan elang
membuat Elang terganggu.
“ suara elang keren.. bikin ngiri!” ucapnya
poloss. Elang tergelak, saat itu Rey tersadar dan menutup mulutnya dengan wajah
memerah dan membuang muka. Memang, suara Rey tidak terlalu berat. Bahkan
terkesan sedikit cempreng untuk ukuran cowok.
“ ekhem ekhem..” deheman keras itu membuat
Elang dan Rey menatap kedepan. Seorang wanita berstatus guru, menatap mereka
dan tersenyum tipis.
“ bisa minta perhatian sebentar gays.. ibu
akan mengenalkan diri ibu didepan..” jelasnya. Rey mengangguk cepat sedangkan
Elang mendengus. Guru baru itu mengangguk ramah.
“ oke gays.. sebelumnya saya adalah guru baru
Matematika.. kalian bisa panggil saya Miss Lila.. saya menggantikan pak Dibyo
yang di mutasi keluar kota..” jelasnya singkat dan padat.
“ Miss.. apa anda single?” celutuk seseorang.
Lila, guru baru itu terkekeh kecil.
“ ya.. saya single ..” semua kaum adam
langsung berbinar namun ada satu yang nampak geram..
BRAK
Semua mata menatap satu titik, Elang dengan
wajah datarnya. Namun matanya berkilat sesuatu. Lila terkekehh tanpa suara.
“ but i’m have engaged..” jelas Lila. mereka
langsung mendesah kecewa.
“ and i have a son..” tambahnya lagi. Mereka
makin kecewa.
“ oke oke.. sebagai awalan.. mari kita mulai
dengan perkenalan..” jelas Lila.
Sedangkan di bangku belakang, Rey menatap
Elang bingung.
“ Elang kenapa?” tanya Rey heran. Elang
menoleh dan menggeleng pelan.
“ Miss Lila cantik banget ya.. beruntung
banget deh yang jadi tunangan dan anaknya!” ucapnya ngelantur dengan pandangan
menerawang. Elang terbatuk kecil membuat elang mengernyit dan mendesah pelan.
“ Erlangga Bintang Avery!” panggilan itu
menghentikan ucapan Rey. Elang mengangkat tangannya dan menatap tajam pada guru
Baru yang kini menyeringai.
Rey hanya mengernyit tak paham dengan situasi.
***
Rey menatap langit yang menjatuhkan butiran
butiran air yang menyebabkan dia tidak bisa pulang. Dia tertahan di sekolah
hampir satu jam sejak bel pulang berbunyi. Dia cemberut sambil memeluk tasnya,
udara dingin membuatnya lama kelamaan kedinginan.
PLUK
“ AAAA..” teriaknya kaget.
“ hey Rey..” sapaan bernada lembut itu membuat
Rey menoleh dan tergagap.
“ Ugh Miss Lila..” gerutu Rey tanpa sadar.
Lila terkekeh kecil.
“ kenapa belum pulang? Ugh ujan sih ya..”
gumamnya sambil terkekeh saat menyadari kebodohannya.
“ Miss sendiri kenapa belum pulang?” tanya
Rey.
“ ada beberapa hal yang harus saya kerjakan di
sekolah Rey.. mau bareng Rey?” tawar Lila. rey menatap Lila ragu.
“ nggak deh Miss.. ngerepotin nanti!” tolaknya
tak enak. Lila terkekeh.
“ nggak papa ayo.. saya anter kamu duluan
sebelum pulang.. daripada disini sendirian, kayaknya juga hujannya lama..”
paksa Lila menarik Rey berdiri. Rey terdiam dan mengangguk pasrah.
Keduanya melangkah menuju parkiran mobil,
beruntungnya ada kanopi yang menaungi parkiran mobil guru itu jadi mereka tidak
kebasahan. Rey menatap kagum mobil Lila. BMW M4.
“ rumah kamu mana Rey?” tanya Lila. rey mengerjab
dan meringis. Menggaruk tengkuknya salah tingkah.
“ di dekat Alfamart, perempatan Cafe Amour..”
jawabnya nyengir. Lila terkekeh.
“ kos?” tanya Lila. rey mengangguk malu. Lila
mengulurkan tangannya mengelus puncak kepala Rey membuat Rey terdiam lama dan
menatap Lila berkaca kaca. Lila belum menyadarinya, jadi dia mengambil jaket di
sandaran bangku dan menyodorkan pada Rey
“ pakailah Rey.. kamu kedinginan!” jelas Lila.
rey masih membeku, maka Lila menoleh dan menatapnya bingung sebelum akhirnya
tersenyum kecil.
“ Rey..” panggil Lila lebih keras. Rey
tergagap dan menatap jaket yang disodorkan Lila.
“ pakai!” suruh lila. rey menerimanya kaku dan
segera memakainya.
Hening...
KRUYUKKK
Lila menatap Rey dan terkekeh sedangkan Rey
tertawa canggung dan malu.
“ kamu lapar? Kita mampir di Cafe Amour kalau
begitu!” ucap Lila lembut.
“ eng.. tidak perlu Miss.. Saya bisa Makan di
Kosan..” elaknya.
“ makan apa? tetap aja kamu harus beli dulu..
saya nggak suka di tolak Rey..” jelas Lila tegas dan lugas. Rey hanya mengangguk
pasrah kali ini.
***
Seorang remaja bergerak gelisah dan geram di
ruang tamu rumahnya menunggu seseorang. Dia butuh penjelasan, namun sialnya
sampai dia pulang sekolah, tak ada satupun orang di rumah yang bisa dia tanyai. Dengan gusar dia
memainkan jari jemarinya dengan lincah diatas layar.
Menunggu panggilan di jawab dengan sebal.
Mendesis jengkel sesekali.
“ ya son..” sapa dari sana.
“ Bunda dimana sih? Kenapa belum pulang juga!”
gerutunya.
“ oh kamu nungguin bunda? Bunda baru aja dari
Cafe..” jawab Lila riang. Sosok itu mengernyit.
“ sama siapa??” tanyanya.
“ oh Baby.. kenapa kepo.. bunda sebentar lagi
sampai kok.. wait son.. see ya!” sapanya lalu memutuskan hubungan sepihak
membuat remaja itu mendesis sebal dan jengkel.
“ yang telfon siapa.. yang matiin siapa..”
gerutunya.
***
Mobil Lila memasuki sebuah rumah Minimalis
berlantai 2 dengan tenang. Mengabaikan tatapan menunggu dan protes dari
seseorang remaja yang ada didepan pintu rumah. Dia terkekeh kecil didalam mobil
dan keluar dengan senyum ringan tanpa dosa yang membuat remaja itu kian
jengkel.
“ Bundaaaa!! Elang nunggunya cepet banget
tauu!” sindirnya. Lila terkekeh pada Elang, Iya elang yang itu. Yang katanya
dingin dan cuek itu. Elang yang tadi pai jadi pusat perhatian di sekolahnya.
Iya elang menggebrak meja gegara protes Lila mengiyakan kalau dia single.
Elang memeluk Pinggang Lila dan menyembunyikan
kepalanya di leher Lila meski agak membungkuk. Mulai mengendus, dia menyukaii
aroma Lila yang membuatnya tenang.
“ Ayah belum pulang?” tanya Lila lembut sambil
mengelus rambut Elang.
“ Belum Bunda...” jawabnya singkat dan lugas.
“ duh duh... yuk masuk!” ajak Lila. elang
mengangguk dan masuk sambil memeluk pinggang Lila.
“ Bunda ke Cafe sama siapa?” tanya Elang
heran. Dia duduk di atas sofa ruang tengah dan menatap lila yang melangkah
menuju dapur.
“ kenapa?” tanya Lila saat kembali membawa dua
gelas coklat hangat. Elang cemberut dan menerima satu gelas yang Lila sodorkan
padanya.
“ kan tanya!” balasnya sambil menghirup aroma
coklat buatan Lila. lalu menyeruputnya sedikit. Lila menoleh pada Elang dan
menyeringai.
“ Sama Rey..” jawab lila singkat.
Uhuk uhuk uhuk..
“ pelan pelan son.. nggak ada yang mau minta
coklat kamu!” jelas Lila menyeringai. Elang berusaha meredam batuk dan berlari
kedapur mencari air putih. Lila terkekeh kecil.
“ Bunda mau bunuh Elang?” gerutunya saat
kembali. Lila tergelak.
“ No.. bunda sayang sama kamu.. mana mungkin
Bunda bunuh kamu sih..” balas lila ringan. Mengecup pelipis Elang. Elang
mendengus kasar.
“ nah itu Bunda.. kenapa Bunda bisa ada
disekolah Elang?” protesnya.
“ tentu bisa.. bundakan guru disana!” jawabnya
santai.
“ kok Elang engga tau!” protesnya.
“ masak sih? Ahh, bunda lupa kalau begitu!”
jawabnya enteng. Elang menggeram sebal.
“ kamu keberatan?” tanya Lila balik. Elang
menggeleng dan memeluk Lila.
“ Elang seneng.. tapi Elang kaget kalau tau
Bunda ada disana!” jawabnya. Lila terkekeh dan mengelus lengan Elang.
“ oke.. sory kalau bunda nggak ngasih tau
elang.. but, Bunda boleh tau dong alasan kenapa kamu dneger nama Rey dan segitu
kagetnya sampe keselek?” tanya Lila sambil emnyeringai. Elang mendengus
mendengarnya.
“ Bunda Pliss.. Elang kaget!” jawabnya ngeles.
Lila mencibir.
“ udah ah.. lepas! Bunda mau mandi!” jawab
Lila. elang emngangguk dan melepaskan pelukannya, membiarkan lila masuk
kekamarnya setelah melemparkan ledekan yang membuatnya mendesis sebal pada
Bundanya.
“ bilang aja kamu suka sama dia.. acara ngeles
kaget segala!” jawab Lila membuat Elang berteriak sebal dan muncullah tawa
kemenangan dari Lila.
***
Rey menatap langit langit kamarnya dan
menerawang jauh kemasalalu. Saat dia dan keluarganya masih lengkap, sebelum
akhirnya papanya ketauan berselingkuh, saat mamanya masih sehat dan bahagia,
saat adiknya masih jadi adik terbaik yang pernah ada. Rey tertawa getir dan
mengusap sudut matanya yang mengalirkan butiran bening. Dia melirik jam dan
segera bangkit untuk pekerjaan paruh waktu yang dia lakukan untuk menyambung
hidupnya dan kebutuhan sehari harinya.
Setelah berganti baju, menyapa beberapa teman teman
se kosnya ramah dia berjalan keluar menuju tempat kerjanya. Sebuah restoran
hotel yang lumayan untuk menutup kebutuhan sehari hari, membayar kos dan untuk
tabungan. Dengan berjalan kaki menuju hotel bintang 5 yang tak begitu jauh dari
kosannya, sekitar 15 menit untuk jalan kaki.
***
BRUG
“ ah maaf maaf pak.. saya tidak sengaja.. maaf
pak!” ucap rey kaget saat dia menabrak seseorang dan menyebabkan jas yang di
pakai orang itu sedikit kotor. Orang itu menatap Rey dingin dan datar membuat
Rey pucat pasi dan gemetar ketakutan. dia tau siapa yang dia tabrak, pemilik
hotel ini dan beberapa hotel serta perusahaan lain yang terkenal didunia karena
kesuksesannya. Dan dia adalah CEO nya.
“ maaf pak.. sekali lagi saya minta maaf!”
ucapnya sambil membersihkan jas itu dengan tisue. Dia hampir menangis kalau
saja sosok itu tak berbicara.
“ sudahlah.. kamu bisa kembali bekerja!”
jelasnya singkat. Rey mendongak dan berkaca kaca. Mengangguk dan meminta maaf
sekali lagi sebelum berlalu. Mengabaikan tatapan berpasang pasang mata yang
tadi terarah padanya.
“ anda tidak apa apa tuan besar?” tanya
sekretarisnya. Lelaki itu mengangkat tangan tanda oke.
“ ambilkan saya jas baru.” Jawabnya singkat
dan tegas. Sekretarisnya mengangguk dan menghubungi seseorang untuk
mengambilkan jas Bosnya.
***
Pukul 11 malam, Rey baru saja selesai
menyelesaikan pekerjaannya. Dia berjalan dengan menunduk dan mendesah mengingat
kejadian tadi saat di restoran hotel. Mengutuki sikapnya yang tadi sangat
ceroboh.
Tin tin tin
Rey bergeser memberi jalan.
Tin tin tin
Kesal, Rey menoleh dan mengernyit melihat
seorang lelaki dan motor besarnya tengah berhenti di sebelahnya. Rey langsung
waspada.
“ ini gue!” jelas orang itu. Rey mengernyit
sebelum akhirnya tersenyum lebar.
“ Elang!” ucapnya girang. Memeluk Elang
membuat Elang hampir goyah dari motornya. Rey cengengesan.
“ baru pulang?” tanya elang. Rey mengangguk
semangat. Elang terkekeh geli.
“ kamu darimana?” tanya Rey.
“ gue? Ketemu Ayah gue tadi..” jawabnya
singkat dan acuh.
“ ayo gue anter!” tawar Elang saat
memperhatikan wajah Rey yang nampak lelah sekali meski wajahnya berbinar
senang. Rey nyengir dan menggeleng.
“ udah deket kok!” elaknya. Elang menggedikkan
bahunya.
“ lo kayanya udah capek banget.. buruan! Udah
malem juga!” paksanya. Sesaat Rey teringat dengan guru barunya yang nggak bisa
di tolak itu. Lamunannya buyar saat tangan Rey di tarik oleh Elang untuk naik
ke motornya.
***
Elang
P.O.V
Ngeselin! Udah malem, eh si Ayah malah minta
gue dateng ke hotel. Guekan mager banget. Udah pewe di pelukan Bunda. Sedikit
ogah ogahan, gue berangkat menggunakan motor setelahh di wanti macam macam sama
Bunda. Gue bukan anak kecil, tapi gue suka kok perhatian Bunda.
Gue berhenti disebuah hotel berbintang lima. Orchyd’s Hotels. Itulah nama hotel milik
orangtua tersayang gue. Gue segera melangkah menuju lantai 15 dimana ruang
kerja ayah berada. Mengabaikan orang orang yang mungkin mengenal gue dan
menyapa gue.
BRAK
“ AYAHHH!” teriak gue sebal. Seseornag berjas
hitam yang tengah tiduran di sofa mendongak dan terkekeh. Gue makin sebel dong,
gue malem malem mau tidur eh malah disuruh kesini, sampai sini malah ayah
tiduran enak gitu. Ngeselin.
“ Elang.. here!” perintahnya. Gue duduk
disebelahnya dan bersidekap. Ngambek!
“ hey, jangan ngambek!” bujuk Ayah. Dia
mengecup pelipis gue membuat gue akhirnya nggak jadi ngambek.
“ kenapa Ayah manggil elang saat Elang udah
Pewe di pelukan Bunda?” tanya gue menyindir. Ayah terkekeh kecil. Dia beranjak
dan mengambil beberapa dokumen lalu menyodorkannya pada gue. Gue mengernyit dan
membuka buka berkas itu. Mendengus jengkel.
“ Gess!! Gini doang! Ayah ngerjain Elang yaa!”
sungut gue. Ayah tergelak kecil.
“ nggak juga.. udah sana balik, sampein
Bunda.. Ayah pulang maleman dikit!” pesannya ringan. Gue emncibir. Bangkit dari
sofa dan mengecup pipi serta bibir Ayah.
“ Elang pulang!” pamit gue.
“ hati hati.. jangan kluyuran!” pesannya.
“ nggak janji!” cengir gue sebelum pintu
tertutup meninggalkan Ayah yang menggeleng takjub dengan sifat anaknya ini.
***
Begitu keluar hotel, gue menangkap sebuah
siulet bocah mungil yang berjalan gontai di trotoar. Menyeringai iseng..
Tin tin tin
Sosok itu bergeser. Gue nyengir seneng.
Tin tin tin
Dia nampak sebal dan menoleh kemudian
mengernyit melihat gue yang duduk ganteng diatas motor sambil liatin wajah
waspada dia. Lucu sih tapi kasian dia kayak capek banget!
“ ini gue!” ucap gue. Rey mengernyit sebelum
akhirnya tersenyum lebar.
“ Elang!” ucapnya girang. Memeluk gue tiba
tiba membuat motor yang gue tunggangi hampir jatuh kalau saja keseimbangan gue
nggak bagus. Dia melepaskannya dan cengengesan.
“ baru pulang?” tanya gue. Rey mengangguk
semangat. Mengingatkan gue pada boneka di mobil yang suka ngangguk angguk gitu.
Tanpa sadar gue terkekeh.
“ kamu darimana?” tanya Rey.
“ gue? Ketemu Ayah gue tadi..” jawab gue
singkat dan sedikit sebal mengingat kelakuan menyebalkan ayah tadi. Dia mangut
mangut.
“ ayo gue anter!” tawar gue. Dia nampak kaget
“ udah deket kok!” elaknya. Sayangnya, gue
bukan orang yang doyan di tolak. Kek bunda dan Ayah.
“ lo kayanya udah capek banget.. buruan! Udah
malem juga!” paksa gue. Dia kayak ngelamun gitu, gemas gue tarik lengannya
sampai dia tergagap. Dan naik ke atas motor gue.
“ pegangan Rey!” pesan gue. Rey berpegangan
ujung jaket gue. Dan motor melaju pelan meninggalkan tempat tadi.
Elang
P.O.V end
***
“ Pagi Elang..” sapa Rey saat dia memasuki
kelas dan Elang sudah duduk di kursinya. Rey duduk disebelah Elang, elang
menatapnya dan tersenyum tipiss.
“ pagi!” balasanya. Semua orang tercengang
melihat perubahan sikap Elang itu. Bisik bisik terdengar sebelum Elang berdehem
karena Rey nampak tak nyaman dan dalam sekejab bisik bisik itu hilang. Namun
kembali ramai dengan aktivitas masing masing.
KRUYUKK
Elang menoleh dan tertawa kecil sedangkan
wajah Rey memerah. Elang membuka tasnya dan menyodorkan sebuah kotak makan dengan
merk terkenal pada Rey. Rey mengernyit.
“ makanlah.. gue tau elo laper!” cengir Elang.
Rey mendengus namun akhirnya meraih kotak makanan itu setelah menggumam
terimakasih. Rey berbinar melihat isi kotak makan Elang. Chiken katsu dan
dengan berbinar binar dia memakannya. Elang terkekeh kecil melihatnya.
Memperhatikan rey yang dengan cueknya makan bekalnya. Sebenarnya, dia yang
merengek pada bundanya agar membuatkan bekal untuknya hari ini dan nggak
mubadzirkan?
***
Siang ini, Elang dan Rey masih duduk manis di
kursinya bahkan sejak bel istirahat berbunyi.
“ elo kerja di hotel Orchyd?” tanya Elang
membuka pembicaraan. Rey menoleh dan mengangguk. Elang tersenyum kecil.
“ kok tau?”
“ nebak sih!” gumam Elang. Rey menyipit dan
tertawa.
“ gue kira stalker!” cengirnya. Elang hanya
mendengus geli mendengar ucapan PEDE lawan bicaranya itu. Elang mengacak rambut
Rey lembut membuat Rey mendengus sebal.
“ Yoo elanggg!!” sapaan girang itu membuat
Elang dan Rey menoleh. seorang lelaki tampan, jangkung, berisi dan ramah tengah
melambai pada Elang. Elang mengerjab kaget apalagi saat sosok itu kini
menghampiri Elang dan memeluknya.
“ Marcello!” gumam Elang tak percaya. Sosok
yang di panggil marcello itu nyengir pada Elang.
“ lo balik nggak ngabari gue? Dan sekarang
tiba tiba ada disini.. bagus!” sindir Elang. Cello nyengir bersalah.
“ Maaf.. guekan mau ngasih surprise gitu..”
elaknya. Elang mencibir.
“ Ngeles aja lo kek bajai!” gerutunya dan
membuang muka. Marcello mentoel toel dagu Elang sampai pandangannya bertemu
dengan Rey yang melongo bego.
“ Haii.. temennya Elang? Alhamdulillah Elang
mau temenan sama orang selain gue.. syukur lang.. syukur.. gue seneng.. gimana
rasanya temenan sama elang? Pasti ngeselin kan? Diakan kalau nggak sama yang
dia kenal atau dia suka, dia ngirit ngomong atau malah nggak pernah ngomong..
eh iya, gue Marcello.. sepupu sekaligus sahabatnya Elang.. keponakannnya Tante
L..hmpphh hmmppphh!” Elang sudah lebih dulu membungkam mulut bawel Marcello
membuat Rey mengernyit.
“ dia nggak tau apa apa setan!” desis Elang
pelan sehingga yang bisa mendengar desisannya hanya dia dan Marcello.
Setelahnya dia melepaskan bekapannya setelah Marcello mengangguk paham.
“ eng.. aku Rey..” jelas rey singkat. Marcello
menjabat tangan Rey antusias membuat Elang mendengus geli.
“ IHHH ELO IMUTTT!!” girang Marcello sambil
mencubit kedua pipi Rey. Rey meringis dan menatap Elang minta tolong.
“ heh! Anak orang!” tegur Elang sambil
menyentak tangan Marcello. Marcello cemberut dan menggerutu tak jelas. Elang
menarik Rey berdiri di sebelahnya dan mengelus pipi Rey yang memerah sambil
mendelik jengkel pada Marcello.
***
“ Misss Lila!” sapa Rey ramah saat melihat
lila keluar dari ruangannya. Ruangan khusus. Lila menoleh dan tersenyum ramah.
Apalagi disebelah Rey ada Elang yang melotot sebal pada Lila dan Marcello yang
cengengesan.
“ Hallo Rey.. Marcello dan kamu.. siapa nama
kamu?” tanya Lila menunjuk Elang. Elang membuang muka sebal, suara kekehan geli
terdengar dari Marcello membuat rey mengernyit heran pada Marcello. Apanya yang
lucu?
“ Elang Miss..”
“ Oh.. Hallo Elang..” ucap Lila ramah
menekankan kata Elang.
DUG
“ aww!” pekik Elang kaget saat perutnya di
sikut seseorang. Pelakunya kini tengah mendelik jengkel padanya.
“ Hai Miss!” sapa Elang acuh. Marcello tak
dapat lagi menahan tawanya dan tersemburlah keluar. Elang menyikutnya membuatnya terbatuk dan
nyengir lebar pada Elang, Rey dan lila. lila nampak menahan geli.
“ Miss.. kami duluan! Mari Miss!” pamit Rey.
“ Hati hati rey..” pesan lila. Mengerling pada
rey yang di balas kekehan oleh Rey dan delikan jengkel dari Elang. Sepeninggal
mereka, Lila terkekeh geli dan mengirim sms pada seseorang.
***
Elang misuh misuh di belakang Rey. Marcello
yang mendengarnya hanya terkikik geli melihat adegan itu tadi.
Drrtt drttt
From : Mom :*
Hey son, jangan cemberut.. nanti gantengnya nambah.. :*
Bunda hari ini nemenin ayah.. kamu di rumah baik baik
ya.. ajak Marcello.. dia tinggal bareng kita mulai sekarang.. kalau makan, kamu
bisa masak sendirikan.. dan jangan sampai buat Marcello kelaparan.. oke? love
you son.. :*
Elang mencibir membaca SMS Lila.
To : Mom :*
Sebenarnya anak Mommy itu aku apa si Cello sih? But Yes
mom.. love you too.. jangan pulang malem malem.. Elang nggak mau bobo sendiri..
:*
Lalu terdengar tawa bahagia di sebelahnya. Dia
melirik dan Marcello tengah menunjuk HP Elang yang tandanya dia daritadi
ngintip. Rey yang ada didepannya mengernyit heran.
“ Sialan!” desis Elang sebal. Marcello keburu
kabur sebelum Elang murka.
“ JANGAN BUAT GUE KELAPERAN ! LOVE YOU ELANG !” teriak Marcello mengejek. Elang
mendengus sebal dengan tingkah sepupunya itu, dia merangkul rey yang bingung.
“ Ayo balik!” ajaknya. Rey mengangguk patuh
dalam rangkulan Elang.
***
Rey membaringkan tubuhnya disebelah Elang yang
kini terdampar di kamar kosnya. Mata
elang bergerak Liar memandang sekitarnya.
“ kosan gue kecil ya?” tanya Rey meringis.
Elang menatap Rey dan menggeleng.
“ nyaman kok..” jawabnya acuh.
BRAK BRAK BRAK
Rey tersentak, elang mengernyit mendnegar
suara pintu kamar Rey yang di gedor kuat oleh seseorang.
“ BAJINGAN! KELUAR LO!” sentak dari luar. Rey
nampak gemetar membuat Elang mengernyit. Rey segera bangkit dan membuka pintu.
BRAK
“ KENAPA LAMA SIH LO!!” teriak orang itu.
Mencengkeram kerah Rey dan raut wajahnya tampak marah dan geram. Di belakang
sosok itu, penghuni kos hanya bisa menatap rey prihatin.
“ d-dek.. l-lepas!” ucap Rey gemetar dan
sedikit sesak. Elang mengernyit. Didiepan Rey, seorang yang tinggi besar hampir
sama dengan Elang yang di panggil Rey dengan adiik itu nampak memprihatinkan.
Wajahnya kusut, matanya merah, telinganya bertindik. Meski Elang akui dia
tampan. Sedikit badboy. Sosok itu menyentak Rey sehingga Rey menabrak ujung
meja membuat Rey meringis.
“ Rey!” kaget Elang lalu menghampiri Rey dan
membantunya berdiri.
“ Elo siapanya abang gue?” tanya sosok itu.
Elang menoleh setelah membantu Rey dan menatap dingin sosok yang mengaku adik
dari rey tersebut.
“ kamu mau apa Rega?” tanya Rey mengalihkan
pertanyaan Rega, adiknya. Rega mendnegus.
“ gue mau elo jangan pernah nyari gue lagi!
Jangan sok peduli sama gue setan!” umpat Rega kasar. Matanya menyalang marah.
“ kamu adek aku Rega.. abang nggak mau kamu
salah jalan!”
“ salah jalan hah? Kemana aja lo selama ini?
Kenapa elo baru nyari gue sekarang?” sentaknya marah. Rey mengerut takut.
“ Gue nggak butuh abang kek elo!” marah Rega
sebelum akhirnya dia membanting pintu dan keluar kamar kos Rey. Rey menatap
nanar pintu kamar kosnya dan melorot jatuh, elang nampak kaget dengan ini.
“ Rey.. lo nggak papa?” tanya elang khawatir.
Butiran bening mengalir dari sudut mata Rey di susul isakan kecil dari Rey.
Elang menariknya kedalam pelukannya.
“ a-aku abang ya—yang buruk – hiks!” isaknya.
***
Setelah menenangkan Rey dan akhirnya rey
terlelap. Elang akhirnya pulang setelah membelikan makanan untuk Rey dan
meninggalkan pesan untuuk rey nanti. Dia masih tak mengerti dengan yang
terjadi.
Dia mengendarai motornya dnegan santai menuju
rumahnya, sampai matanya menangkap satu titik. Dia menghentikan laju motornya
dan turun dari motor kemudian mendekat.
“ WOY!” teriaknya. Semua mata menatapnya
sehingga kepalan dan pukulan itu terhenti kaget. Tatapan elang dingin.
“ kalau elo ngeroyok dia lagi.. gue jamin
malam ini elo pada berakhir di sel tahanan!” ucapnya datar dan santai. Sekitar
4 orang yang mengeroyok seorang pemuda itu mendecih.
“ iya kalau elo bisa selamat dari sini..”
desis salah seorang dari mereka yang bertubuh kerempeng. Elang tertawa, tawa
yang dingin dan menakutkan. Mereka membeku takut.
“ mari kita coba!” ucap elang santai.
“ elo ngeremehin kita bocah! Sialan! SERANG!”
teriak sosok kerempeng itu. Dan ketiga anak buahnya maju menghajar Elang yang
dapat dia tangkis dengan mudah dan berakhir mereka yang bonyok. Setelahnya
elang menyeringai.
“ see!” ucap elang. Mereka nampak ketakutan
dan berlari meninggalkan Elang dan pemuda yang tak sadarkan diri didepan sebuah
emperan toko yang tutup.
“ rega..” gumam Elang saat dia sudah ada
didepan tubuh rega. Keadaan rega parah. Dia merogoh Hpnya. Menunggu
panggilannya di angkat.
“ hallo cello!” sapa Elang.
“ SIALAN! ELO DIMANA? GUE KELAPERAN SETAN!”
teriak Cello marah. Elang terkekeh kecil.
“ sory deh.. nanti gue masakin yang elo mau
deh sampai rumah tapi jemput gue dong.. di jalan Pahlawan depan Indomaret..
pake mobil ya..” ucap elang.
“ LO NGAPAIN?” teriak Cello panik.
“ buruan kesini..” suruh Elang lalu memutuskan
sambungan sepihak, dia yakin Elang pasti misuh misuh dan panic diseberang sana.
Dia terkekeh dan membopong tubuh Rega ala Bridal. Kembali memainkan Hpnya setelah meletakkan
kepala Rega di pangkuannya.
“ Hallo om.. bisa dateng kerumah elang?
Sekarang ya.. pliss!”
“ kamu kenapa lang?”
“ temen elang baru di keroyok.. tolongin ya
Om!” ucap Elang,
Hening cukup lama..
“ Om!” rengek Elang.
“ ugh.. temen? Iya..” jawab diseberang sana.
Elang nyengir.
“ makasih om!” ucap elang.
***
Marco menatap elang dan Rega bolak balik
dengan bingung. elang mendelik risih, sedangkan Marcello sedang makan cantik di
meja makan setelah Elang memasakkan Gurami asam manis untuknya sesuai janji
Elang tadi saat di telfon.
“ apasih om!” gerutu elang malas. Marco
menggeleng dan tertawa.
“ nggak nyangka om.. ada orang yang mau
temenan sama kamu!” cengirnya.
BUG
“ Sialan!” umpatnya. Marco tertawa.
“ sebenarnya dia itu adiknya temen Elang..”
jelas Elang sambil menerawang. Marco mangut mangut.
“ dia cuman memar aja kok, sama tulang
lengannya agak retak..” jelas Marco sambil menyodorkan obat pada elang.
“ makasih ya om..” ucap Elang.
“ sama sama.. bunda udah tau?” tanya Marco.
Elang hanya nyengir dan menggeleng.
“ nanti deh kalau bunda udah pulang..”
balasnya.
“ yaudah.. om balik kerumah sakit.. kamu baik
baik di rumah.. CELL!! OM PAMIT YA!” ucap Marco.
“ YA OM! HATI HATI!” balas Marcello. Elang
mendengus kasar mendengarnya.
***
Rega tak tau apa yang terjadi setelah dia di
keroyok oleh kumpulan orang orang yang dendam dengan dia. Kecuali saat ini,
pagi ini dia bangun di sebuah kamar yang lumayan mewah dengan selang infus di
tangan. Dia meringis kecil menyadari kalau badannya terasa remuk dan kepalanya
pening.
“ udah bangun lo!” ucap seseorang. Rega
menoleh, menemukan seseorang yang nampak tak asing untuknya tengah bersidekap
di ambang pintu.
“ gue Elang.. temen abang lo!” jelas Elang.
Detik itu, rahang Rega nampak mengeras dan dia mencoba bangun namun berakhir
dengan rintihan. Elang tertawa, sinis.
“ Sok Kuat!” desisnya. Elang mencoba membantu
namun di tepis oleh Rega meski akhirnya dia meringis karena sakit.
“ kamu udah bangun..” ucap seorang perempuan
di ambang pintu. Rega sontak menoleh dan menemukan seorang wanita berjilbab
dengan pakaian batik resmi. Sosok itu mendekat dengan membawa nampan. Mendadak
perut Rega terasa lapar.
“ haii.. nama Tante Lila.. mamanya Elang..”
jelas Lila lembut, mengusap rambut Rega yang langsung membuat tubuh Rega
menegang.
“ Bunda.. Elang berangkat.. assalamu’alaikum!”
pamitnya, mengecup tangan dan pipi Lila.
“ hati hati sayang..” balas Lila. elang
mengangguk dan melirik sinis pada Rega yang masih menatap kosong Lila.
“ Rega..” panggil Lila. rega tersadar dan
mengerjab. Wajahnya kembali dingin.
“ maaf tante.. makasih udah rawat Rega.. tapi
Rega harus pergi!” ucap Rega, mencoba bangun namun sia sia. Tenaganya belum
pulih.
“ tunggu sampai kamu sembuh.. kalau mau pergi,
kamu harus sehat dulu Rega!” ucap Lila lembut. Rega menatap Lila ragu.
“ makan ya!” bujuk Lila. rega mengangguk ragu,
di bantu Lila dia duduk dengan bersandar pada bantalan yang di tumpuk tinggi.
Lila menyuapi Rega karena tangan rega masih sakit. Rega menatap Lila lama
sekali, ada kobaran rindu dimata rega.
“ hey, kamu kenapa rega?” tanya Lila. rega
mengerjab dan membuang muka. Lila tersenyum kecil dan mengelus kepala Rega.
“ tante nggak kerja?” tanya rega pada Lila.
“ terus kalau Tante kerja.. kamu di rmah sama
siapa?” tanya Lila. Rega tersinggung.
“ Rega nggak akan nyolong kok te..” ketusnya. Lila
mengernyit lalu tertawa.
“ bukan itu maksud tante.. emangnya kamu bisa
jalan? Bangun dari tidur aja susah kok.. terus kalau kamu butuh apa apa.. nanti
kamu minta tolong siapa?” tanya Lila lembut. Rega tertegun dan terdiam lama
sekali memandang wajah lila. lila tersenyum.
“ kamu istirahat ya.. panggil tante kalau kamu
butuh sesuatu!” pesan Lila. rega mengangguk kaku. Lila berdiri membawa nampan
dan mangkuk kosong.
“ tante!” panggil Rega lirih. Lila menoleh
menatap rega.
“ makasih..” lirihnya lagi. Lila tersenyum
kecil.
“ sama sama sayang..” ucap Lila. rega
mendongak dan tersenyum.
***
Yang pertama Elang lihat saat masuk kekelas
adalah wajah murung Rey. Dia mendekat dan menepuk bahu Rey sehingga rey
mendongak.
“ rey.. kenapa?” tanya Elang lembut. Rey menatap
Elang lama, lalu menghambur memeluk Elang.
“ Hiks.. “
“ cup cup.. semuanya baik baik aja Rey..”
bisik Elang menenangkan.
***
Rega sedang tertawa bersama Lila saat elang
pulang kerumah bersama Cello. Cello berteriak girang membuat Elang dan Rega menoleh.
“ REGA UDA BANGUN?” teriaknya antusias. Dia
mendekati rega dan mengecek setiap inci tubuh Rega. Rega meringis.
“ sayang, reganya masih sakit!” tegur Lila.
marcello nyengir dan mengambil langkah mundur.
“ assalamu’alaikum bunda!” sapa Cello sambil mengecup
pipi Lila.
“ wa’alaikumsalam sayyang..” balas Lila.
PLETAK
“ Nyokap gue sial!” desis Elang tak suka.
Cello mencibir.
“ pelit amat sih lo sama sepupu sendiri!”
gerutunya mengelus kepalanya yang di jitak elang. Lila menengahi, lupa kalau
Rega menatap mereka tertegun bahkan tak sadar airmatanya mengalir.
“ Re.. kamu nggak papa? Kamu nangis?” tanya
Lila khawatir. Rega terkesiap. Meyentuh pipinya dan basah. Dia menatap nanar
air matanya. Sebelum sebuah pelukan hangat menyelimutinya.
“ kamu boleh anggep tante kayak mama kamu..”
bisik lila.
“ Elang nggak mau punya adek macem rega!”
balas elang ketus dan langsung mendapat lirikan tajam dari lila. elang nyengir
garing sedangkan Marcello tertawa.
“ Bunda.. elang ketempat rey ya!” pamitnya.
“ Rey sakit?” tanya Lila heran.
“ engga sih! Cuman lagi sedih soalnya kemarin
adeknya dateng terus maki maki dia.. dia kayaknya down banget!” sindir elang.
PLUK
“ ANJIRR! CELLO SAKIT!” teriak Elang saat HP
Cello melayang dikepala Elang.
“ nggak usah gitu lo!” bela Cello. Elang
mendnegus.
“ yaudah.. hati hati.. jangan balik malem
malem.. kalau bisa sebelum makan malam udah sampai rumah, ayah balik.. Rey
diajak juga boleh..” pesan Lila sambil mengelus kepala Rega. Rega mengeratkan
pelukannya
“ yep mom!” Elang berbalik pergi setelah
mendelik pada Marcello.
“ Tante.. Cello kekamar dulu!” pamitnya. Lila
mengangguk dan tersenyum pada Marcello. Setelahnya hanya ada Rega da Lila.
“ keluarkan semuanya sayang.. nggak perlu di
tahan.. disini.. tante ada disamping kamu!” ucap Lila lembut. Dan setelahnya
Rega menangis, terisak, meraung, siapapun yang mendengarnya pasti akan ikut
merasakan luka yang Rega pendam selama ini.
***
“ Hey.. Siapa ini?” tanya seorang lelaki
dewasa berjas yang masuk kedalam rumah dan melihat Rega. Rega menoleh kaget dan
wajahnya pias.
“ Rega yang.. Adeknya Rey, temennya elang..
Rega, itu Om Robbi.. ayah Elang dan tunangan Tante!” jelas Lila. rega menatap
Robbi takut takut.
“ hallo jagoan!” sapanya. Rega perlahan rileks
apalagi saat tangan Robbi terulur menepuk puncak kepala Rega.
“ hai om..” sapanya agak rileks. Robbi
terkekeh.
“ rileks aja, ga..” ucap Robbi.
“ OMMMMMMM!!” pekikan girang itu. Robbi
menoleh dan langsung di sambut pelukan dari Marcello. Robbi hampir saja
terjengkang. Lila menggeleng pelan dan berbalik menuju dapur.
“ astaga Cello!” gumamnya kaget. Marcello mendongak
dan nyengir. Robbi terkekeh dan mengacak rambut Cello.
“ kamu udah gede ya..” gumamnya.
“ iyalah om.. masak Cello kecil terus!” gerutunya. Robbi tertawa dan mengacak
rambut Cello gemas.
“ Ayah..” sapa elang dan memeluk Robbi dari
belakang. Robbi mengelus tangan Elang dan berbalik memeluk Elang..
“ Gess! Elang kangen!” ucapnya.
“ baru seminggu yang lalu kamu dateng ke hotel
ayah!” cibirnya.
“ iya! Terus ayah pergi ke jepang!” balasnya.
Robbi terkekeh ekcil dan mengecup kening Elang.
“ Tadi Cello engga di cium!” rajuk Cello.
Robbi menoleh dan menark kepala Cello kemudian mengecupnya. Elang mencibir.
Rega terdiam menatap keakraban mereka. iri!
Sampai di rasakannya sebuah kecupan hangat mampir di keningnya. Dia mendongak.
Robbi tersenyum padanya.
“ jangan ngelamun Rega!” ucap Robbi. Sesaat
rega baru sadar kalau semua mata menatapnya sekarang. Wajahnya bersemu merah.
“ Lucu!” gumam Elang sambil menyeringai. Rega
makin memerah membuat kekehan geli terdengar di ruangan itu dan sumbernya dari 3
orang disana selain Rega tentu saja.
“ udah ahh! Rega tu paling kecil, harusnya di
sayang sayang.. bukan di godain sampe wajahnya merah gitu.. yakan ga?” goda
Robbi.
“ Ayah sama aja!” cibir Elang dan Marcello. Robbi
terkekeh dan mengelus kepala Rega.
“ yaudah ayah mau mandi!” pamitnya.
Meninggalkan Cello dan Elang bersama Rega. Elang menghempaskan tubuhnya di
sebelah Rega yang langsung beringsut kaget.
“ gue manusia kali.. biasa aja!” gumam Elang
bete. Cello tertawa dan merangkul Rega yang kemudian menatapnya.
“ Elo sekolah dimana?” tanya Elang akhirnya
setelah menatap dua orang disebelahnya bete. Rega mengerjab polos.
“ SMA Harapan.” Jawabnya.
“ ketauan banget basa bassinya.. orang udah
tau.. orang yang ngasih ijin ke sekolah sana kan bunda!” cibir Cello. Rega
mendongak menatap Cello bingung.
“ tau darimana?”
“ ahh! I-itu.. nggak penting!” jawab Cello
gelagapan. Elang tersenyum mengejek sepupunya itu.
“ gue jadi curiga nih!” ucap Rega menuduh,
menjauh dari Cello. Matanya menyipit menatap Elang dan Marcello.
“ Dinner ready sweety!” teriak Lila dari
dapur.
“ oke! Lets go!” ucap Elang acuh dan berdiri
begitu saja. Rega cemberut, Cello membantunya berdiri tapi di tolak Rega karena
dia sedikit curiga dengan Cello. Cello mendengus. Dengan setengah pincang, Rega
berjalan menuju meja makan.
“ Kenapa engga ada yang bantuin Rega!” gerutu
Lila saat melihat Rega berjalan sendiri.
“ Aku bisa sendiri kok te!” balasnya kalem.
Elang mencibir dan Cello mendengus.
Tak lama Robbi muncul dengan wajah segar dan
duduk di kursinya. Makan malam di mulai dengan ramai karena celoteh Cello,
Elang dan cibiran Rega.
***
Rey menatap langit langit kamarnya dan
meringis kecil. Dia menoleh kekanan, dimana sebuah figura foto keluarganya
berada.
“ maafin abang, Ga!” lirihnya sendu.
***
Seminggu..
Rega menatap kamar yang sudah dia tinggalkan
hampir seminggu dan menghela nafas pelan. Dia menghempaskan tubuhnya diatas
kasurnya. Iya, dia sudah kembali ketempatnya. Tentu dengan sedikit memaksa
karena Lila, Robbi dan Marcello tidak memperbolehkannya pergi. Kalau Elang?
Jangan ditanya.. dia mah cuek aja.
“ Ga..” panggil seseorang. Rega menoleh dan
menatap sosok itu.
“ Ya tante!” jawabnya. Lila tersenyum dan
mendekati Rega.
“ kamu yakin? Tante khawatir!” ucap Lila. rega
tersenyum dan bangun dari kasurnya. Memeluk Lila.
“ Rega akan baik baik aja te.. nanti kalau ada
apa apa.. Rega bakal telfon tante deh!” bujuknya. Lila mendesah pelan.
“ Well! Gue merasa anak tiri disini!” cibir
seseorang. Lila dan rega menoleh, Elang bersidekap di ambang pintu menatap
mereka datar.
“ Gess!” cibir Lila.
***
Elang muncul di ambang pintu kamar kos Rey
saat Rey hendak berangkat kerja. Dengan misuh misuh dan mengunci pintu membuat
Rey mendelik.
“ lang, aku mau kerja!” sebal Rey. Elang hanya
terkekeh sambil main lempar tangkap kunci kamar rey.
“ bolos aja! Temenin gue! Gue bete!” bujuk
Elang dengan wajah datar. Rey makin jengkel.
“ aku bisa dipecat!” geramnya. Elang menatap
Rey lama, lalu merogoh Hpnya dan menghubungi seseorang.
“ Ayah dimana?” tanya Elang membuat Rey
mengernyit.
“ ayah di kantor!”
“ kantor mana?”
“ Jibran Corp.. why?”
“ Oh.. aku minta no restoran hotel Orchyd
dong!” gumamnya.
“ for what?”
“ i borrow Rey..” jelas Elang sambil
menyeringai pada Rey yang mengernyit bingung.
“ oh.. sebentar! Ros, kirimkan no telfon
restoran Orchyd hotel!” suruh Robbi di seberang sana. Elang menyeringai.
“ thanks daddy!” jawab Elang.
“ welcome son.. dan, jangan pulang malam
malam!” pesannya.
“ sure!” jawabnya. Lalu sambungan terputus.
Elang menatap Hpnya dan kembali menghubungkan dengan seseorang.
“ kamu telfon siapa?” tanya Rey bingung.
“ Mr. Lim.. i’m Elang..” rey melongo.
“ ................”
“ Erlangga.. son of your Boss!” gumam Elang.
“..................”
“ okey.. nope Mr.. saya hanya ingin mengatakan
kalau Rey, pegawai anda tidak dapat masuk.. saya pinjam dia hari ini..”
“ ..................”
“ thanks Mr..” ucap Elang. Lalu sambungan
terputus. Elang melemparkan Hpnya kesamping dan menoleh kearah Rey,
menyeringai.
“ kamu kenal?”
“ off course.. cause my daddy!” ucap Elang
sombong. Rey mencibir namun sesaat mengerjab.
“ who?”
“ sometime.. you will know! Oh, ya.. seminggu
yang lalu saat gue balik dari sini.. gue ketemu adek lo.. babak belur di hjar
orang!” rey langsung melotot.
“ how can?”
“ i dont know!” jelas Elang.
“ terus dia gimana? Baikan?” runtut Rey. Elang
terkekeh.
“ sure!” jawab Elang dan rey menghela nafas
lega.
***
Rey menatap rumah Elang dan Elang bergantian.
Bingung! entah dia lupa bagaimana ceritanya dia bisa terdampar disini.
“ ayo masuk!” ajak Elang. Rey mengangguk kaku
dan gugup.
“ relax.. my mom not like a monsters!” jelas
Elang nyengir.
“ Assalamu’alaikum bunda.. elang pulang!”
salam Elang. Terdengar derap langkah mendekat.
“ wa’alaikumsalam..” jawab sosok itu sambil mendekat.
“ oh Rey.. hallo!” sapaan itu, Rey mendongak
dan membulat takjub.
“ Miss Lila!” gumamnya tak percaya.
SREEKKK
“ Assalamu’alaikum Tan-te!” ucap Rega terputus
saat melihat Rey. Rey sama kagetnya, secepat kilat Rega berbalik dan hendak
pergi.
“ Stop Rega!” ucap Lila tegas dan rega
berhenti.
“ come in!” ucap Lila. rega menghela nafas dan
berbalik masuk menghampiri Lila mengabaikan tatapan nanar dari Rey, memeluk
lila.
“ engga ngasih salam buat abang?” sindir
Elang. Rega menoleh.
“ hai abang!” sapanya kaku pada elang.
“ not me! But him!” lirik Elang pada Rey yang
terpaku. Rega mendengus.
“ i don’t know him!” balas Rega ketus. Dia
kemudian masuk dan menaiki tangga menuju kamar Marcello.
“ Rega!” panggil Lila. namun Rega
mengabaikannya dan makin berlari menaiki tangga. Lalu terdengar pintu di buka
dan kembali di tutup dengan sedikit di banting.
“ Rey.. sory about your lil bro!” sesal Lila,
memeluk Rey. Rey membeku sebelum akhirnya menggeleng pelan dan balas memeluk
Lila. perlahan bahunya bergetar pelan.
“ tumpahin semuanya Rey..” bisik Lila. elang
yang menatapnya hanya mendengus. Dia menaiki tangga dan menuju kamar Marcello.
“ Ree.. buuka!” tegas Elang. Namun hening.
“ Regaaa! Open this door!” ucap Elang marah,
wajahnya memerah.
Ceklek..
Marcello yang membukanya, menatap datar Elang.
Elang mendorng Marcello untuk bergeser. Yang dia lihat, rega menelungkupkan
tubuhnya di atas kasur Marcello.
“ wakeup! You need to talk with him..” ucap
Elang menghampiri Rega.
Hening...
Yang ada hanya deru nafas Rega yang bergerak
tak teratur. Elang menatap pada Marcello, dia menggeser tubuh Rega. Amarah
Elang seketika padam. Dia paham, bukan hanya Rey yang terluka karena penolakan
dirinya sendiri.
“ Ree!” ucap Elang lembut. Mengelus kepala
Rega.
“ Keluar!” ucap Rega parau.
“ tap..”
“ ABANG KELUAR!” teriak Rega menoleh pada
Elang. Elang menatap Rega nanar, mengelus kepalanya dan keluar kamar Marcello.
Sepeninggalan Elang, Marcello mendekat dan
memeluk Rega erat.
“ everything gonna be okay Rega!” bisik
Marcello. Tangis Rega pecah juga saat itu.
***
Setelah kejadian itu, Rega bahkan engga mau
keluar. Lila dan elang juga Marcello sudah mencoba membujuk Rega namun hasilnya
nihil. Bahkan sampai rey kembali ke kosannya. Dan terpaksa, Robbi yang harusnya
berangkat ke Paris malam itu, terpaksa pulang kerumah.
“ ree.. ini om... boleh om masuk!” bujuk
Robbi.
Tak lama derap langkah terdengar dan suara
kunci di putar.
Ceklek..
Robbi masuk dan kembali menutup pintu,
menghampiri Rega yang tiduran diatas kasur dengan posisi telungkup.
“ Rega..” panggil Robbi. Rega bangun dan
memeluk Robbi.
“ hiks.. hiks.. kenapa sem- semua-ny-nyalahin
Ree?” lirihnya mengadu. Robbi mengelus kepala Rega.
“ mereka bukan nyalahin kamu ga.. mereka ingin
kamu damai sama abang..” bisik Robbi.
“ Ree benci abangg!” racaunya.
“ mau bagaimana kamu membenci abang kamu Ga..
dia abang kamu.. satu satunya keluarga kamu!” bisik Robbi. Rega mengeratkan
pelukannya dan terisak, sebelum akhirnya deru nafasnya makin tak teratur.
“ Ga.. tenang.. ambil nafas pelan pelan!” ucap
robbi. Rega tak melakukannya, dan berakhir dia pingsan di pelukan robbi dengan
wajah sembab merah dan pucat.
“ damn!” umpat Robbi.
***
“ Harry.. ambil alih jadwalku untuk satu bulan
kedepan.. laporkan padaku semua hasil rapat..” tegas Robbi pada seorang lelaki
berjas.
“ siap Sir!” jawabnya. Lalu lelaki berusia 40
tahun itu berlalu dari rumah sederhana mereka. robbi berbalik dan menghela
nafas.
“ kamu tau sayang.. dia belum siap bertemu
dengan saudaranya kembali!” jelas robbi.
“ i know.. aku tak memaksa.. but, dia yang
mengambil persepsi sendiri!” balas Lila smbil menyodorkan sebuah gelas berisi
coklat hangat. Robbi memeluk pinggang lila.
“ jadi bagaimana bisa dia begitu?”
“ nggak sengaja.. i don’t know jika Elang akan
membawa Rey kerumah.. jadi saat pagi sebelum berangkat sekolah dan Rega berkata
pulang sekolah akan kemari.. i say yes.. lagian, untuk apa melarang.. i love
him.. i miss him..” jelas Lila.
“ okay.. ini kebetulan..” ucap robbi. Mengecup
puncak kepala Lila.
“ Mom dad.. Rega sadar!” teriak Marcello dari
kamarnya. Lila dan Robbi saling pandang kemudian menaiki tangga menuju kamar
Cello.
Saat mereka memasuki kamar Cello, Rega sudah
berrsandar di tepi kasur. Wajahnya lebih baik di bandingkan tadi.
“ Rega..” panggil Lila, menghampirinya dan
memeluknya.
“ you know.. tante nggak tau kalau abang bakal datang disaat yang
sama!” jelas Lila.
“ i’m sory baby.. really sory! Jangan buat
tante dan yang lain khawatir lagi..” ucap Lila. rega membalas pelukan Lila.
“ rega juga minta maaf udah kek anak kecil!”
gumamnya.
“ elo emang masih kecil!” cibir Elang.
“ Bang/ Elang!” teguran dari Robbi dan Cello.
Rega memeletkan lidahnya pada Elang yang di balas delikan oleh Elang.
“ yang anaknya disini siapa coba!” gerutunya.
Semua terkekeh mendengar jawaban Elang tak terkecuali Rega. Elang mendekati
Rega dan mengusap rambutnya lembut.
“ Ga, abang udah nganggep kamu adek abang
sendiri meski abang akui abang suka jengkel sama kamu.. abang sayang sama
kamu.. maaf soal kejadian tadi.. kamu nggak bilang sih kalau mau kesini.. dan oh
ya, sebagai abang, boleh abang minta sesuatu?” tanya Elang lembut. Rega
tersihir dan mengangguk.
“ jangan terus lari dari masalah, Ga..
selesaikanlah.. masalah kamu dan Rey.. kamu dan dia punya satu sama lain
didunia ini.. meski, kami menerima kamu terbuka kapanpun kamu mau datang..”
ucap Elang. Rega terdiam dengan wajah kaku sebelum akhirnya mengangguk. Elang
tersenyum dan memeluk Rega. Rega balas memeluknya.
“ makasih abang..” bisiknya.
“ sama sama..” balas Elang.
Lila dan Robbi juga Marcello menghela nafas
lega.
“ jadi, ayo makan!” ucap Marcello. Mereka
mengangguk, Elang melepaskan pelukannya dan Rega turun, bersama dengan Robbi
disebelahnya.
“ Om, Rega egois ya?” tanya Rega lirih. Robbi
merangkulnya.
“ iya.. sedikit.. tapi Om sayang Rega kok!” kerling
Robbi. Rega tertawa lirih dan sendu. Memeluk Robbi.
“ Maafin Rega om.. gara gara Rega yang kek
anak kecil, om nggak jadi berangkat kerja!” ucap Rega menyesal.
“ nggak papa.. itu tandanya, Om lebih sayang
kamu dibandingkan pekerjaan yang bisa di handle orang lain!” ucap Robbi. Rega
tertawa sendu, bahunya bergetar pelan.
“ udah! Masak jagoan nangis sih..” gumam
Robbi. Rega tertawa dan mendongak, Robbi menghapus air matanya dan mengecup
kedua mata Rega.
“ ayo makan!” ajaknya. Rega mengangguk dan
berlari turun meninggalkan Robbi.
***
Rey memandang langit yang gelap. Segelap
hatinya. Tersenyum getir.
“ Rega,, sebesar itukah salah abang? Maafin
abang!” lirihnya sendu. Sebutir air matanya mengalir dari sudut matanya.
***
“ Gaga kenapa belum tidur?” pertanyaan itu
membuat Rega yang tadinya termenung di kolam renang akhirnya menoleh. Lila
mendekati rega dan duduk disebelahnya.
“ Nggak bissa tidur tante!” jawabnya. Lila
mengelus kepala Rega dan menariknya kedalam pelukan.
“ kan bisa tidur sama tante..” ucap Lila. rega
mendongak dan menggeleng.
“ nanti bikin Rega ketergantungan sama
Tante..” balasnya. Lila tertawa.
“ tante seneng kok kalau Gaga jadi bergantung
sama Tante.. tante seneng.. tante jadi punya anak lagi!” kerlingnya. Rega
tertawa dan mengecup pipi Lila.
“ tante serius tau.. tante mau kamu nggak
sekedar nganggep tante, Om, Elang dan Cello orang asing.. kami mau kamu
nganggep kami adalah keluarga kamu.. meski tante engga bisa menggantikan mama
kamu dan Om nggak bisa gantiin papa kamu..” ucap Lila. rega menatap lila Lama,
mengerjab dan tertawa haru.
“ tante.. aku seneng.. jadi boleh Gaga panggil
tante sama Om, kayak Abang manggil tante dan Om?” bujuknya. Lila tertawa.
“ tentu.. tapi..” lila sengaja memotong
kalimatnya. Rega menaikkan sebelah alisnya dan gagal membuat lila tertawa.
“ Setelah masalah kamu dan abang kamu
selesai!” tambahnya. Rega bungkam dan wajahnya kaku. Lila tersenyum.
“ sayang, yang namanya masalah kalau nggak
diselesaiin nggak bakal selesai.. kamu harus segera menyelesaikannya.. Tante sangat
berharap kamu segera menyelesaikkannya!” ucap lila. rega menatap Lila lama,
mengangguk setuju.
“ thanks GOD! Ayo tidur!” ajak Lila. rega
mengangguk, mengikuti Lila menuju kamarnya.
***
2 hari setelah kejadian di kolam itu..
Rega menoleh pada Elang yang sedang menyetir
disebelahnya. Kakinya bergerak gelisah dan berkali kali menghela nafas.
“ Ga.. semuanya akan baik baik aja!” ucap
Elang. Menarik kepala Rega agar bersandar padanya.
“ t-tapi..”
“ No Ga.. kamu nggak bisa mundur sekarang!”
tegas Elang. Rega mendesah pelan dan memeluk Elang. Sedangkan Elang, mengelus
lengannya menenangkan.
***
Yang tidak Rey percayai dari matanya adalah
saat sekarang ini Rega berdiri didepan pintu kamarnya dengan senyuman kaku.
“ aku pasti ngimpi!” gumam Rey. Dia hendak menutup
pintu namun di tahan Elang.
“ dia beneran Rega, Rey!” ucap Elang. Rey
mengerjab menatap Rega dari atas kebawah, matanya berkaca kaca dan langsung
memeluknya.
“ Rega..” bisik Rey, dia tidak bisa menahan
airmatanya. Sungguh! Dia sesenggukan di pelukan adiknya yang lebih tinggi dan
besar itu.
Kaku, Rega membalas pelukan Rey. Dan nyaman.
Itulah yang Rega rasakan.
***
Rega dan Rey terdiam dengan suasana canggung di
kamar Rey. Elang keluar karena ingin memberi mereka berdua privasi.
“ Ga, abang minta maaf!” lirih Rey. Rega diam
tak melirik sedikitpun.
“ Ga..” lirih Rey parau. Rega menoleh dan
memeluk REY yang kaget.
“ Rega juga minta maaf abang.. Maaf karena
Egoiss dan seenaknya.. maaf!” bisik Rey, butiran bening mengalir dari sudut
matanya.
“ kamu engga salah.. abang yang salah.. kalau
aja abang engga mengabaikan kamu.. kita nggak akan seperti ini.. maafin Abang
Ga.. maaf!” bisiik Rey. Keduanya hanyut dalam sebuah rangkaian kejadian yang
akan memperbaiki sebuah hubungan darah nantinya.
***
Elang menatap Rega yang kini terlelap di kursi
penumpang. Wajahnya masih sedikit sembab. Setelah berdamai dengan Rey tadi,
Rega pulang agak malam karena menghabiskan waktu bersama abangnya itu. Elang
membuka pintu penumpang dan menatap Rega. Dia melepaskan seatbelt dan
menggendong Rega menuju kamarnya. Melepaskan jaket dan sepatunya juga
menyelimutinya sebelum akhirnya keluar kamar.
***
“ MORNING!” sapa rega ceria dengan seragam sekolahnya.
Semua penghuni meja makan menoleh.
“ PAGI DEDEK SAYANG!” balas Cello semangat.
Rega mendengus pelan dan mengecup pipi Lila dan Robbi bergantian.
“ Pagi Sayang..” balas Lila. tak lama Elang
muncul dengan tas dan jaketnya.
“ doh doh.. yang semalem tidur nggak bangun
bangun sekarang tanpa dosa juga ada!” sindir Elang. Rega menoleh dan nyengir.
“ pagi abang!” sapanya riang. Elang mendengus
dan mengelus puncak kepala Rega.
“ pagi!” balasnya.
“ seneng banget pagi ini?” tanya Lila dengan
senyuman. Berdiri disebelah Rega. Rega memeluknya dan tertawa.
“ iya dong bun..” balasnya riang. Lila
tergelak mendengarnya. Elang dan Cello menggeleng pelan dan Robbi tersenyum
kecil.
***
“ ABANGGG!” teriak Rega girang saat melihat
Rey ada di rumah Elang. Dia menghampirinya dan mendekat. Duduk disebelah Rey
dan nyengir.
“ Baru pulang?” tanya Rey. Rega mengangguk.
Rey mengelus kepala Rega sayang.
“ Ga, ganti baju!” tegur seseorang. Rega
mendongak, Cello di ambang tangga berkacak pinggang. Rega nyengir dan
mengangguk, berdiri kemudian berlari menuju tangga. Rey tersenyum menatap Rega
yang berlari keatas.
“ REGAAAA!” pekikan geram itu terjadi setelah
terdengar bunyi gedebuk keras.
BRAK
“ MAAF ABANG!” teriak Rega dari dalam kamar.
“ HAHAHHAHAHAHA!” Cello dan Rey dengan kejamnya
tertawa. Mengabaikan Elang yang misuh misuh sambil menuruni tangga. Menghampiri
Rey yang menonton TV.
Hening..
“ Gimana perasaan elo damai sama Rega?”
“ seneng.. gue seneng banget sampai nggak tau
gimana cara ngungkapinnya..” jawabnya. Elang tertawa. Terdengar deru mesin
mobil dari halaman.
“ assalamu’alaikum..” salam Lila.
“ Wa’alaikumsalam..” balas Elang dan Rey.
Mereka menoleh serempak.
“ REYY!” panggil Lila antusias dan menghampiri
Rey. Memeluknya.
“ GESS! MOM!” balas Elang malas.
“ BUNDAA!” teriakan itu membuat ketiga orang
itu menoleh. Rega sudah berganti baju dan berlari menghampiri Lila, namun saat
seseorang lagi muncul, dia memutar arah dan menghampiri orang itu.
“ Ayah..” panggil Rega. Rey masih melongo
bingung. sesaat dia makin kaget melihat siapa yang Rega panggil Ayah.
“ Mr. Jibran!” kaget Rey. Robbi menoleh dan
tersenyum.
“ hai Rey..” balasnya. Dia menghampiri Rey
sambil merangkul Rega.
“ panggil Ayah aja.. sama kek Rega manggil
saya Ayah..” balasnya. Rey tersenyum kikuk.
“ kan sekarang kita keluarganya Rega..
otomatis kamu keluarga kami juga Rey!” bala seseorang. Cello muncul dan memeluk
Lila.
“ eung..”
“ yahh.. gitulah!” jawab Elang saat Rey
meliriknya. Rey menatap Rega yang nyengir kecil. Mengangguk dan tersenyum.
“ YEAY!” girang Rega. Memeluk rega. Lalu
tertawa bersama sama keluarga barunya.
*** TAMAT